Jam tangannya menunjukkan pukul tiga dinihari dan Saka baru saja meninggalkan sekolahnya yang sepi dan sedikit gelap. Saka sengaja pulang lebih lama lagi karena ada yang memberikan tanda kepadanya jika beberapa orang suruhan ayah angkatnya menunggu sedari tadi dengan wajah kusam dan buram.

Saka tidak takut akan tetapi dia merasa bukan waktu yang tepat baginya untuk membuang tenaga dan energi hanya untuk menghadapi lawan yang tidak sebanding terlebih disana ada ayah angkatnya yang secara emosional tak mampu dia sakiti. Ayahnya yang kejam dan keras padanya namun sebagai orang yang berbagi kehidupan dengannya tak akan mungkin tersakiti.

Saka melewati jalan melingkar dan memilih masuk lewat pintu belakang. Dia tidak melihat orang-orang lagi dan suasana yang sepi. Akan tetapi keadaan yang seperti itu membuatnya takut dan berniat pergi.. Saat akan membuka pintu lift menuju kamarnya dirinya dan mengurungkan niat setelah dikagetkan oleh suara langkah kaki sedikit keras disepanjang koridor.

Bersambung. ....