Keputusan besar yang diambil ayahnya tanpa berpikir dua kali, merasa bahwa hubungan kakak beradik akan aman dan nyaman setelah semuanya berakhir. Kenyataan yang terberat adalah semua harapan itu bohong, dia hanya mendapatkan sesuatu yang menakutkan baginya dan pertikaian yang berujung pada konflik yang tak berkepanjangan. Laki-laki itu mengelola seluruh aset tak bergerak milik orang tuanya dengan tulus dan iklas. Dia bekerja siang dan malam tanpa memikirkan akan berbeda pandangan dengan satu-satunya saudara laki-lakinya.

Saudara yang sejak kecil dititipkan oleh keluarga pada nenek pihak ibu yang jaraknya cukup jauh, saat keadaan memburuk keduanya tak ingin membahayakan anak-anak. Setelah situasi perekonomian keluarga menjadi kuat dan kokoh akhirnya mereka memanggilnya kembali. Perbedaan pola asuh dan kedekatan emosional mempengaruhi hubungan mereka. Berat bagi si adik membiasakan dirinya pada kehidupan keluarga yang sudah nyaman tanpa kehadiran dirinya. Dia merasa terasing dan hatinya pilu, mencari pelampiasan bersama teman-temannya yang berlatar belakang sama.

Maka dia akhirnya menjadi preman, mengganggu warga yang berjualan di pasar dan merusak dirinya dengan alkohol. Setiap saat bergadang dengan botol dan rokok di warung ujung kampung beberapa meter dari gapura desa. Keadaan tidak semakin membaik setelah adik perempuan mereka lahir, dia kembali terabaikan dan kini dia tidak peduli. Namun ada hal manis yang tak terduga jarak umur mereka menjadikan semuanya kembali manis. Kasih sayangnya kepada adik perempuannya, sejenak melupakan penolakan yang dia rasakan sampai ayah mereka akhirnya meninggal.

Bersambung...