Osep Muhammad Yanto

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Dokter Dambaan

Dokter Dambaan

Siang itu matahari sedang berkunjung hangat, tanpa ada tanda-tanda akan hujan. Sebagian orang menganggap tadi malam adalah Malam Kemuliaan, Malam Seribu Bulan. Mereka beralasan karena konon salah satu ciri datangnya malam yang diharap di bulan Ramadhan itu bahwa suasana pagi yang cerah, tidak ada awan, tidak dingin, dan tidak panas. Memang, pagi harinya sesuai suasananya dan wajar jika siangnya begitu cerah dan banyak matahari. Aamiin.

Ramadhan ke-27 itu membuat orang-orang banyak keluar rumah. Wabah Covid-19 yang menakutkan itu seolah-lah tidak ada taringnya dibanding baju lebaran yang akan dipakai tiga hari lagi. Masyarakat begitu banyak berkeliaran melanggar aturan PSBB dari pemerintah setempat. Jalan-jalan banyak yang macet dan banyak tempat parkir dadakan mendekati pusat perbelanjaan.

“Kita nggak bisa lewat simpang Gunsab,” celoteh Zulu.

“Lho, kenapa?” jawab Din.

“Nih, lihat!” Zulu menyodorkan hp-nya.

“Masya Allah! Ih, koq ramai begini, ya?” Din kaget

“Memangnya ada apa?” Donk ingin tahu.

“Macet! Tuh, lihat!” jawab Din

Video kemacetan simpang Gunsab terlihat jelas oleh Donk. Lampu lalu lintas tidak bermanfaat sama sekali. Segala macam kendaraan tumplek blek pada satu titik simpang jalan yang dikenal selalu ramai, karena lokasinya dekat pasar. Suasana PSBB karena wabah Covid-19 tidak terlihat di tempat itu, karena tidak ada social distancing yang terjadi. Menakutkan.

“Jadi, kemana kita ambil arah jalannya?” tanya Donk.

“Ambil arah Barat saja. Kalian, kan mau ke puskesmas yang direncanakan dulu?” jelas Dane

Woi, jangan khawatir. Google Map juga bisa kalian pake, koq,” tambah Wink.

“Iya, benar. Setuju!” jawab Dri menambahkan.

Akhirnya mereka berpisah dengan buntelan masing-masing. Buntelan ringan berisi Alat Pelindung Diri (APD) berupa hazmat suit dan masker yang akan didonasikan kepada para pahlawan kesehatan di puskesmas sekitar. Mereka sedih mendengar dan melihat berita, bahwa banyak sekali para tenaga kesehatan yang meninggal dunia karena terpapar Covid-19. Salah satu alasannya adalah karena kekurangan APD yang mereka miliki ketika berhadapan dengan pasien positif Corona.

Wink dan Dane langsung meluncur ke RSU yang dianggap lebih banyak membutuhkan APD. Dri membawa dua buntelan besar di motornya ke puskesmas yang dituju. Sementara Donk langsung menginjak gas mobilnya diteman Din dan Zulu. Mereka saling berpesan untuk tetap clean dan safe, karena mereka akan masuk ke sarang Corona.

Dalam perjalanan ke puskesmas, Din, Donk, dan Zulu diskusi kecil berbagi tugas. Zulu kebagian jadi tukang foto, sementara penyerahan akan dilakukan Din dan Donk. Din langsung menghubungi contact person puskesmas yang dituju bahwa mereka sudah sampai di gerbang depan. Satu buntelan APD langsung dikeluarkan dari bagasi mobil.

Mereka diterima petugas yang dihubungi tadi dengan ramah. Bincang-bincang kecil antara Donk dengan petugas tersebut berlangsung singkat dan efektif. Mereka berterima kasih atas bantuan APD tersebut. Kami pun langsung pamitan menuju puskesmas kedua.

“Puskesmas mana, nih selanjutnya?” tanya Din.

“Tadinya, sih mau ke Puskesmas 09, tapi kupikir yang Puskesmas 05 lebih membutuhkan,” jelas Zulu.

“OK, deh kita langsung saja ke Puskesmas 05, ya?” Donk memutar setir mobilnya dengan lincah.

Jalanan ke arah ini tidak terlalu ramai dengan kendaraan, meskipun jaraknya sedikit lebih jauh. Mereka bertiga menikmati perjalanan itu diiringi alunan musik radio.

“Sudah dihubungi belum orangnya?” tanya Din.

“Sudah!” Zulu jawab cepat.

“Pak Mantrinya sudah pulang, tetapi katanya di puskesmas ada temannya dokter yang piket,” jelas Zulu.

“Hah, dokter?” Din secepat kilat berseru.

“Aku lagi yang ngasih buntelan APD nya, ya!” harap Din.

“Eh, nggak, lah, yang piket tuh dokter cewek, dr. Clara,” jawab Zulu.

“Ah, dokter cewek…..!” kesal Din dan Donk berbarengan.

“Berarti sekarang bagian aku yang ngasiin buntelan,” kata Zulu percaya diri.

Zulu berfikir bahwa tadi mereka sudah berfoto di puskesmas pertama, dan sekarang bagian dirinya untuk berfoto di puskesmas kedua. Bukti fisik harus diserahkan kepada donatur buntelan APD ini, bahwa dirinya ikut berkontribusi. Apalagi, yang akan menerima adalah dokter Clara.

“Ya, udah deh, biar aku nanti yang foto aja,” sahut Din.

Terlihat sedikit raut kesal di wajah Din dan Donk.

“Kenapa bukan dokter cowok yang akan nerima kita nanti?” kayaknya itu di fikiran mereka.

Puskesmas 05 terlihat masih buka, tetapi tidak ada masyarakat yang berobat. Hanya kendaraan pegawai yang terparkir di depan gedung dan dua orang petugas berpakaian siap tempur melawan Corona yang menyambut mereka.

“Kami dari DS, Bu, hendak memberikan ini,” Zulu memperkenalkan diri sambil memperlihatkan buntelan.

“Oh, iya silakan masuk!” jawabnya.

Mereka langsung masuk melalui pintu utama. Tiba-tiba, ada seorang petugas tinggi putih memakai masker menyambut kedatangan mereka.

“Assalaamu’alaikum, saya dr. Ashone, dokter piket di Puskesmas 05 ini,” sapanya.

Zulu pun langsung menjawab sapaannya dan mengutarakan niatnya. Belum selesai menjelaskan, tiba-tiba dr. Ashone menatap tajam kepada Donk, seolah mereka sudah lama kenal.

“Ah, Bu Haji, apa kabar?” seru dr. Ashone.

“Eh, pantesan, perasaan kok, saya kenal wajah ini,” jawab Donk.

Suasana pun langsung cair dan tidak kaku. Mereka mengobrol hangat dan saling tertawa. Sementara Din tidak banyak bicara. Proses pemberian donasi APD pun berlangsung sangat lancar. Ternyata dr. Ashone adalah teman lama Donk yang sekarang baru ketemu lagi.

Dalam perjalanan pulang, Din dan Zulu terlihat lega proses donasi sudah selesai, meskipun terlihat ada sedikit kekesalan. Harapan Din terpenuhi bertemu dokter cowok, tetapi obrolan hangatnya bukan bersama dirinya. Zulu terlihat sedikit kecewa, karena dr. Clara tidak ada di tempat dan digantikan dr. Ashone.

“Ini sudah qodarulloh,” jawab Donk Sambil nyetir mobil pulang.

Din dan Zulu tertawa.

“Ini rezeki anak sholeh,” tambahnya.

“Kalian yang mengharapkan ketemu dokter, tapi aku yang kebagian menghadapinya,” kata Donk sambil tertawa.

“Wush…!” mobil pun melaju kencang penuh kebahagiaan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap pak

20 May
Balas

Terima kasih.

20 May

salam kenal dan salam literasi Pak

20 May
Balas

Salam kenal juga, Pak. Salam literasi.

20 May

Bagus pak

20 May
Balas

Thank you very much.

20 May



search

New Post