Angka 0,001 dalam literasi merupakan digit yang menyedihkan dan sekaligus tantangan. Hanya 1 dari 1.000 orang yang membaca buku, begitu mungkin arti dari hasil penelitian tentang minat baca di negara kita di tahun 2016. Sedih rasanya hati ini, melihat angka digit nol koma, bahkan belum mencapai satu koma.

Kalau dihitung secara nasional memang menyedihkan, tapi kalau dihitung secara personal tidak begitu menyedihkan. “Are you sure?” kata yang nanya.

Iya, buktinya teman saya lemari bukunya penuh berisi. Bahkan tidak satu lemari, ada yang lemari buku pojok kanan kiri rumah, dan ada lemari buku yang dekat dapur. Angka kunjungan ke perpustakaan di sekolahku juga cukup lumayan lah, bertengger di kisaran 800 – 1.000 pengunjung per bulannya. Bahkan, para siswa berpesan kepada kami di perpustakaan sekolah, agar novel Asma Nadia terbaru jangan diberikan kepada siapapun, saking terbatasnya jumlah eksemplar dan ‘udah ngebet’ ingin membacanya.

Segera kusingkirkan saja rasa sedihku dengan nasib bangsa pada digit nol koma tadi dalam minat baca. Kumulai saja dengan niat dan sikap positif dalam memperbaiki kebiasaan membaca. Setidaknya dimulai dari diri sendiri untuk dapat membaca minimal 30 judul buku tebal di tahun ini dan 12 judul bagi para siswaku di kelas. Hal itu karena keyakinan yang mendalam, bahwa anak bangsa Indonesia ini mempunyai potensi yang sangat besar untuk memimpin dunia di suatu masa.

Potensi besar itu juga terlihat dari pertumbuhan pengguna internet dengan tren naik sampai 143 juta di 2017 (data APJII). Hal ini berarti kita termasuk yang menyukai berbau internet dan ingin mengenal teknologi baru. Apalagi dunia teknologi hari ini semakin berlari kencang.

Semoga saja kita sebagai pendidik hari ini mendapatkan keberkahan dari tak kenal lelahnya memotivasi siswa dalam membaca dan dapat merasakan kegemilangan itu. Aamiin.