Tantangan ke 6

Saya pernah berada di situasi begitu dibutuhkan, tapi lupa dihargai.

Benar memang dengan suatu pernyataan, bahwa jika orang-orang masih membutuhkan kita, itu artinya kita masih bermanfaat. Manfaat yang nantinya berimbas tidak pada orang lain saja, tetapi lebih kepada diri sendiri.

Terkadang kita memang membutuhkan situasi itu untuk banyak alasan, salah satunya barangkali tentang satu kepuasan. Ada rasa puas yang mengarah pada kebahagiaan saat kita bisa membantu orang lain dan membuatnya bahagia. Bahagia orang lain karena kita, adalah kebahagiaan kita juga. Ini merupakan titik tinggi dalam satu dari cabang ilmu 'nafs'.

Suatu waktu, saya sedang menggarap suatu proyek yang luar biasa menyita waktu dan merongrong mental dengan kondisi yang sesungguhnya butuh banyak dimengerti. Hamil muda.

Yah, benar, saat sedang masa-masa morning sickness di trisemester pertama yang seharusnya harus banyak istirahat, ini malah lebih banyak begadang. Saat orang lain yang data-datanya saya selamatkan sudah memeluk mimpi, saya masih memeluk data-data yang kadang hang, bahkan kadang harus mengulang dari awal karena error.

Pernah saya sampai harus mengerjakan di kantor dinas hingga malam hari karena mengejar deadline pengiriman data yang membutuhkan bantuan operator setempat.

Itu masih sesi pengerjaannya. Sesi lain yang tak kalah membuat nyeri adalah saya harus menanggulangi semua hal yang terkait dengan biaya pengerjaan, mulai dari modem yang harganya ngga murah saat itu, paket internet yang juga masih di tarif tinggi, laptop milik pribadi, printer, tinta, dan kertas-kertas untuk kelengkapannya.

Sudah saya rinci semua pengeluaran itu lengkap dengan tanggal pembelian dan sebagainya. Namun, saat saya serahkan catatan itu dengan maksud menagih, akan selalu ada alasan dan cara mengelakkannya. Maka, catatan itu terlupakan sampai sang pemimpin purna bakti.

Bersambung ….

Medan, 18 Januari 2022