Pagi jelang siang cuaca cerah di langit Batam. Nampak dari pesawat yang kami tumpangi gugusan kepulauan yang didominasi warna hijaunya pepohonan. Tepat pukul 08.40 WIB pesawat kami mendarat dengan mulus di Bandara Hang Nadim. Saya sempatkan melihat Map Google untuk sekedar melihat posisi. Ternyata tinggal selangkah Singapura berada di seberang.

Perjalanan kami masih jauh untuk menuju pulau yang dituju. Dari Bandara kami bergegas mencari Taxi untuk segera ke Pelabuhan Sekupang. Dengan transportasi kapal feri, lokasi tujuan Selat Panjang ditempuh dalam waktu 3,5 jam.

Saya selalu bersemangat setiap kali mendapat kesempatan untuk sedikit berbagi pengalaman literasi guru Indonesia di daerah terpencil. Saya berkeyakinan guru Indonesia itu hebat dan istimewa. Itulah keyakinan saya selama ini dan itu tidak salah.

Saya selalu tercengang setiap kali mendengar pengalaman perjuangan dan pengorbanan guru di kepulauan. Mereka harus menempuh tempatnya mengajarnya menggunakan perahu kecil, menyeberangi selat dan tanjung. Tidak berhenti dari keganasan alam menjadi tantangan para guru. Cerita dari Pak Jaini membuat saya semakin bersyukur bekerja di Jawa. Ketika mendidik anak untuk berkarakter baik, ia pernah diancam dengan senjata tajam oleh siswanya sendiri. Orang tua pun kerap selalu memposisikan guru sebagai orang yang bersalah.

Semangat para guru itu membuat saya iri dan mbrebes mili. Besok sebanyak 239 guru yang penuh semangat itu akan berkumpul di Selat Panjang, bersama Media Guru untuk berliterasi dan membuat buku. Satu Guru Satu Buku, itulah target kami. Melalui buku, inspirasi dan semangat mereka akan tersebar ke seantero negeri. Kisah dan pengalaman mereka akan menjadi penyemangat bagi kita untuk bekerja dan membangun Indonesia menjadi lebih baik.

Semoga keberkahan dan kebaikan berlimpah untuk semua guru Indonesia di manapun berada.

Selat Panjang 28 September 2018