Heri Susanto

Heri Susanto, S.Kom., M.Pd.Guru SMK Negeri 4 Surakarta. Gabung di gurusiana pada Januari 2018. Salam kenal ...Email : [email protected] / telp : 081329707...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tantangan Hari ke-21 : Rumus Galau

Tantangan Hari ke-21 : Rumus Galau

Sering dengar orang galau?. Atau mungkin kamu sendiri juga sering galau ?. Banyak penyebab orang menjadi galau. Daftar atau deretan contohnya antara lain, belum punya pekerjaan, belum punya jodoh, ada masalah dengan keluarga, ada masalah di pekerjaan, nilai ulangan atau rapor jelek, gagal dapat tender, dan lain-lain.

Kapan orang merasa galau ?. Jika dibuat kesimpulan, sebenarnya benang merahnya sama, yaitu ketika harapan atau ekspektasi tidak sesuai dengan kenyataan. Bener nggak sih?. Yuk, ambil contoh sederhana ketika orang ingin beli bakso. Maka, dia pergi ke penjual bakso untuk memesan bakso, kemudian penjualnya bilang kalau mie ayamnya habis. Kira-kira orang yang pesan bakso tadi kecewa atau tidak?. Jawabannya sudah pasti tidak. Mengapa ?. Karena bukan mie ayam yang menjadi harapan atau ekspektasinya. Jadi, dia nggak peduli hal lain yang penting baksonya masih ada. Paham nggak sih?. Jika penjualnya bilang bahwa baksonya habis, bisa jadi orang tersebut akan galau. Mengapa?. Karena harapan atau ekspektasinya tidak sesuai dengan kenyataan.

Trus, bagaimana agar tidak mudah galau?. Sebelum menjawab pertanyaan itu, yuk simak paparan sederhana berikut. Berhubung saya muslim, saya coba nukil sabda nabi ketika ditanya, “Siapakah manusia yang paling berat cobaannya, ya Rasulullah?”. Nabi menjawab, “Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi ...”. maksudnya, para ulama menjelaskan bahwa yang paling berat ujiannya itu di urutan pertama adalah para nabi. Sedangkan, maksud dari “yang semisalnya dan semisalnya lagi” adalah orang-orang yang sholeh yang levelnya di bawah nabi. Bisa jadi tabiin, tabiut tabiin dan seterusnya. Jadi, menurut nabi, semakin sholeh dan dekat dengan Allah, maka cobaan semakin besar.

Pertanyaannya, bagaimana para nabi dan orang-orang sholeh dahulu bisa lulus dari ujian, hati mereka tenang, tidak baperan ?. Padahal ujian atau cobaan untuk ukuran orang pada umumnya adalah ketika harapan atau ekspektasinya tidak sesuai kenyataan. Orang ingin dihormati, maka ketika ia dilecehkan kehormatannya ia akan kecewa. Orang ingin mendapatkan pengakuan, maka ketika perjuangannya tidak di”gubris” orang ia akan kecewa, dan seterusnya. Sekali lagi, mengapa para nabi dan orang-orang sholeh dahulu bisa sukses menghadapi cobaan dari Allah?. Jawabannya karena harapan atau ekspektasi mereka hanya ridha Allah Subhanahu wa ta’ala semata. Itu rumusnya. Maka ketika mereka dihina kehormatannya, mereka tidak kecewa, baper. Mengapa? Karena bukan penghormatan manusia yang mereka harapkan. Tetapi mereka sudah cukup ketika Allah ridha dengan mereka. Dengan kata lain, karena harapan atau ekspektasi mereka hanya untuk Allah Subhanahu wa ta’ala semata. Maka, harapan hanya untuk Allah Subhanahu wa ta’ala itulah yang menjadikan hati kita sebagai muslim yang mukmin tidak mudah kecewa, baper dan sakit hati karena sebab makhluk. Kira-kira macem tu lah ...

***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren! Salam kenal!

15 Feb
Balas



search

New Post