Kamu sedang menunggu sesuatu?. Ada ungkapan menunggu itu membosankan, boring. Contohnya, menunggu giliran beli tiket kereta, menunggu giliran periksa dokter, antri obat (pengalaman atau curhat?), menunggu postingan kita dibaca orang hehe, menunggu keberangkatan bis, kereta, pesawat, menunggu kepastian jawaban seseorang hehe, dan lain-lain. Banyak orang merasakan bahwa menunggu itu membosankan.

Itulah mengapa di ruang tunggu (stasiun, tempat praktik dokter, rumah sakit, bengkel) disediakan buku, majalah. Apa fungsi buku bacaan atau majalah tersebut?. Sudah pasti agar dibaca untuk mengisi waktu selama ‘proses’ menunggu. Hal itu dilakukan untuk ‘men-sugesti’ penunggu agar tidak merasa bosan, boring. Betul hadirin?. Nah, mengapa membaca dijadikan kegiatan orang yang menunggu?. Mungkin alasannya adalah membaca itu bermanfaat. Jadi, waktu yang mau tidak mau habis untuk menunggu, sedikit termanfaatkan dengan membaca.

Poin pertama yang ingin penulis sampaikan pada tulisan ini adalah mengisi kegiatan yang bermutu dalam ‘menunggu’. Itulah rahasia pertama dari menunggu, yaitu berusaha memanfaatkannya dengan kegiatan yang berkualitas. Kegiatan yang berkualitas adalah kegiatan yang juga bermanfaat untuk hidupnya. Hal tersebut menunjukkan pula tentang berharganya waktu untuk kita. Dan, sering kita lupa bahwa hal itu adalah salah satu nikmat dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Nabi pernah bersabda, “Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang”. (Muttafaqun ‘alaih).

Jadi, kreatiflah mengisi waktu ‘menunggu’mu dengan kegiatan yang bermanfaat untuk hidupmu. Bahkan seorang muslim yang mukmin tentu akan menggunakannya untuk lebih mendekat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Sekarang, apa contoh kegiatannya :

- Untuk hafalan quran

- Belajar agama, membaca kitab, risalah agama, baca transkrip ceramah ustadz

- Ngobrol tentang agama kepada anaknya (kalau pas diajak). Mungkin itu saat yang berharga bagi ayah untuk menanam sesuatu kepada anaknya

- Untuk mahasiswa / siswa, ketika dalam perjalanan di kendaraan umum, bisa digunakan untuk belajar untuk menghadapi ulangan. Niatkan untuk Birrul walidain, bahwa ketika hasil ulangan kita bagus, maka akan membahagiakan orang tua. Ingat, satu senyum kebahagiaan mereka, pahala besar untuk kita. Sebaliknya, setetes air mata kesedihan mereka karena ulah kita, sungguh dosa yang sangat besar.

- Dan lain-lain (buat sendiri ya ...)

Sebagai penutup, saya nukilkan pendapat orang-orang besar, orang-orang ‘alim yang mereka sangat menghargai waktu mereka. Ada banyak orang sebenernya, tapi pada kesempatan ini saya nukilkan dua di antaranya :

- Syaikh ‘Abdul Malik Al Qosim berkata, “Waktu yang sedikit adalah harta berharga bagi seorang muslim di dunia ini. Waktu adalah nafas yang terbatas dan hari-hari yang dapat terhitung. Jika waktu yang sedikit itu yang hanya sesaat atau beberapa jam bisa berbuah kebaikan, maka ia sangat beruntung. Sebaliknya jika waktu disia-siakan dan dilalaikan, maka sungguh ia benar-benar merugi. Dan namanya waktu yang berlalu tidak mungkin kembali selamanya.” (Lihat risalah “Al Waqtu Anfas Laa Ta’ud”)

- Sahabat Nabi, Abdullah bin Mas’ud berkata, “Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, ajalku berkurang, namun amalanku tidak bertambah.”

Semoga bermanfaat ...

(Bersambung)