Proses komunikasi bisa terjadi di lingkungan kita berada karena adanya dua pihak, yaitu pihak yang menyampaikan makna ( pembicara) dan pihak yang menerima makna ( pendengar). Keseriusan di antara keduanya amat diperlukan karena masing masing akan berpengaruh pada jiwa masing-masing. Pembicara atau pendengar akan merasa berharga apabila pihak yang lain meresponnya dengan baik. Tentu kita tidak dapat menerima dengan lapang dada, apabila saat kita berbicara justru lawan bicara bicara justru acuh tak acuh atau mungkin meremehkan kita. Bisa saja kita menegurnya langsung, atau kalau tidak punya keberanian menegurnya, minimal kita akan malas bicara dengan orang itu di lain waktu.

Usut punya usut ternyata " mendengar " memiliki makna berbeda dengan " mendengarkan ".Dua istilah yang kelihatannya sama maknanya, tapi sesungguhnya memiliki makna yang berbeda.

Mendengar ( hearing) adalah kemampuan menerima suara, sehingga aktifitasnya terlihat pasif. Biasanya kegiatan mendengar ini dilakukan secara kebetulan, tanpa tujuan yang khusus, cenderung tidak memerlukan usaha atau tenaga yang khusus, dan termasuk kemampuan fisik. Adapun mendengarkan ( Listening) adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar, memerlukan konsentrasi dan difokuskan pada makna cerita yang didengarkan. Mendengarkan adalah keterampilan yang dapat dipelajari dan lebih penting lagi dilatih secara istikomah. Kegiatan mendengarkan meliputi keterampilan dalam berelasi, kemampuan memperhatikan bahasa lisan dan bahasa tubuh, serta kecakapan untuk merespon apa yang didengarkan.

Jadi mendengarkan itu sesungguhnya kemampuan komunikasi yang perlu dimiliki untuk membangun relasi dengan orang lain.

Marilah sekarang kita harus belajar mendengarkan, bukan mendengar