Pak Hay

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Orang Dalam dan Dunia Kerja

Sudah hampir delapan bulan anak bungsuku bertarung mencari lowongan pekerjaan. Dia lebih suka bertatung dengan ribuah calon tenaga kerja di kota di mana ia pernah kuliah. Selama delapan bulan itu hanya cerita tentang kegagalann dan kegagalan yang saya terima. Kegagalan yang sering ia istilahkan karena faktor orang dalam dalam proses pendaftaran penerimaan calon tenaga kerja. Meskipun kadang a sering kecewa dan " kena mental " tetapi tetap saja aku dorong semangatnya untuk tetap berusaha dan terus berusaha.

Orang dalam, atau nepotisme dalam konteks pencarian pekerjaan, adalah praktik di mana individu mendapatkan kesempatan atau posisi karena hubungan personal atau keluarga dengan orang yang memiliki pengaruh atau koneksi di tempat kerja atau industri tertentu. Fenomena ini sering kali menimbulkan kontroversi karena dapat mengesampingkan prinsip meritokrasi dan adil dalam seleksi tenaga kerja.

Pertama, orang dalam sering kali mendapat keuntungan yang tidak adil dalam proses rekrutmen. Mereka bisa mendapatkan akses ke informasi sebelumnya tentang lowongan pekerjaan yang belum diumumkan secara publik, memberi mereka keunggulan awal dalam persaingan untuk posisi tersebut. Hal ini dapat mengabaikan hak setiap individu untuk bersaing secara adil berdasarkan kualifikasi dan pengalaman yang sesuai.

Kedua, praktik orang dalam dapat merusak kepercayaan publik terhadap proses pencarian kerja yang seharusnya transparan dan adil. Ketika orang merasa bahwa peluang kerja hanya tersedia bagi mereka yang memiliki hubungan atau koneksi tertentu, hal ini dapat menciptakan rasa ketidakpuasan dan ketidakpercayaan terhadap sistem rekrutmen yang seharusnya objektif.

Di sisi lain, bagi perusahaan, mempekerjakan orang dalam bisa menjadi keputusan yang merugikan dalam jangka panjang. Meskipun kandidat yang direkomendasikan mungkin memiliki keterampilan yang relevan, keputusan ini bisa membawa risiko penurunan moral di antara karyawan lainnya yang merasa bahwa mereka tidak memiliki kesempatan yang sama untuk naik jabatan atau mendapatkan promosi berdasarkan prestasi mereka sendiri.

Orang dalam juga dapat menghambat inovasi dan perkembangan organisasi. Dengan memprioritaskan hubungan personal daripada kompetensi profesional, perusahaan mungkin kehilangan kesempatan untuk mendatangkan bakat baru yang dapat membawa gagasan segar dan perspektif baru ke dalam perusahaan. Akibatnya, perusahaan mungkin menjadi kurang kompetitif di pasar atau industri mereka.

Untuk mengatasi masalah orang dalam, penting bagi perusahaan untuk menerapkan kebijakan yang ketat terkait proses rekrutmen dan promosi yang berdasarkan pada kualifikasi, pengalaman, dan prestasi. Transparansi harus dijunjung tinggi dalam mengumumkan lowongan pekerjaan dan menetapkan kriteria seleksi yang jelas dan terbuka untuk semua calon. Selain itu, adopsi kebijakan anti-nepotisme yang jelas dapat membantu memastikan bahwa semua karyawan memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi secara adil dalam lingkungan kerja yang inklusif.

Semoga ada solusi yang bisa menghapus kebiasan jelak ini

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post