Nepotisme adalah praktik pemberian preferensi atau keuntungan kepada anggota keluarga atau kerabat dekat, terutama dalam konteks pengangkatan atau promosi di tempat kerja atau pemerintahan. Praktik ini sering kali menjadi sumber kontroversi dalam berbagai organisasi dan negara karena dapat merusak prinsip meritokrasi yang adil dan objektif.

Salah satu dampak negatif dari nepotisme adalah terganggunya keadilan dalam seleksi dan promosi tenaga kerja. Individu yang memiliki hubungan keluarga atau personal yang kuat dengan pengambil keputusan dapat diberikan kesempatan lebih besar untuk mendapatkan posisi atau keuntungan yang seharusnya didasarkan pada kualifikasi dan prestasi profesional.

Di banyak negara, praktik nepotisme dapat merugikan ekonomi dan efisiensi birokrasi. Penempatan orang yang tidak tepat dalam posisi kunci hanya karena hubungan keluarga dapat menghambat kemajuan organisasi serta mengurangi motivasi dan produktivitas pegawai yang merasa tidak diakui atas prestasi mereka sendiri.

Nepotisme juga dapat merusak moral dan etika di tempat kerja. Ketidakadilan yang dirasakan oleh anggota tim atau karyawan lainnya yang melihat promosi atau pengangkatan didasarkan pada hubungan personal daripada prestasi kerja dapat menyebabkan ketidakpuasan, konflik interpersonal, dan atmosfer kerja yang tidak sehat.

Pada tingkat politik, praktik nepotisme dapat mengancam stabilitas demokrasi. Pemberian posisi atau kekuasaan kepada keluarga politisi atau pejabat dapat menciptakan monopoli kekuasaan, membatasi pluralisme politik, dan mengurangi kepercayaan publik terhadap institusi negara.

Untuk mengatasi masalah nepotisme, penting untuk menerapkan kebijakan yang transparan dan berdasarkan pada prinsip meritokrasi yang objektif. Pengambil keputusan harus mengutamakan kualifikasi dan prestasi profesional dalam proses seleksi dan promosi, serta memastikan bahwa kebijakan anti-nepotisme ditegakkan dengan ketat untuk memastikan kesetaraan kesempatan bagi semua individu tanpa memandang hubungan personal dan keluarga