Yang Mulai Bergeser
Satu bulan terakhir ini di daerahku ramai diadakan pesta perpisahan untuk anak anak TK, SD, ataupun SMP. Sementara untuk tingkatan SMA belum begitu saya dengar gaungnya karena memang di daerah kan hanya ada satu sekolah setingkat SMA yaitu SMKN Kendit. Acara itu ada yang diselenggarakan pada siang hari namun ada pula yang menyelengarakannya pada malam hari. Catatan benang merahnya adalah rata rata acara itu dilaksanakan secara mewah. Saya mengatakan mewah karena dibutuhkan biaya tidak kurang dari 6 sampai 8 juta untuk melaksanakan acara tersebut. Biaya itu didapatkan dari iuran para wali murid kelas terakhir, ditambah dengan sumbangan iuran dari kelas di bawahnya. Bahkan jika masih terdapat kekurangan, sekolah juga membantu menambalnya sekalipun dengan cara berhutang ke uang tabungan siswa.
Kondisi ini memicu konflik berkepanjangan. Bahkan dalam beberapa hari terakhir beranda twitter kemendikbud ristek dan juga akun pribadi mas menteri Nadiem Makarim banjir komentar dari nitizen. Isinya minta pihak departemen segera membuat larangan pelaksanaan pesta perpisahan yang berlebih lebihan itu. Semua berawal dari beratnya biaya yang harus ditanggung para wali murid guna terselwnggaranya pesta perpisahan tadi. Kalau wali murid ada dalam golonga ekonomi menengah ke atas tentu tidak jadi persoalan, namun bagi wali murid dengan klas ekonomi menengah ke bawah tentu ini menjadi beban yang amat berat.
Saya melihat memang ada sesuatu yang bergeser dari maksud tujuan dilaksanakannya pesta perpisahan swkolah. Saat ini lebih mengarah pada kegiatan hura hura danenghabiskan biaya melimpah. Di samping iuran, tentu masih ada yang harus disiapkan andaikan murid yang lulus adalah berjenia kelamin perempuan. Berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk sewa kostum dan make up. Dan hasilnya siswa siswi yang lulus pendidikan, hadir dengan tampilan yang tidak sesuai dengan umurnya. Bisa dibayangkan jika anak TK atau SD memakai kebaya dan dandanan menor. Mengapa tidak dikembalikan pada seragam kebanggaan mereka masing masing. Yang TK lulus dalam keadaan berseragam TK, demikian pula yang SD dan SMP dirayakan kelulusannya dalam balutan seragam kebanggaan mereka masing masing. Bukankah itu akan lebih bermakna? Bukankah pula itu akan melihat biaya yang harus dikeluarkan para orangtua. Yang lebih penting adalah para siswa tampil apa adanya, tanpa beban harus berjas, berkebaya serta bermake up yang justru membuat wajah mereka tidak imut lagi.
Jadi, ayo galakkan gerakan mengembalikan marwah pesta perpisahan sekolah pada khittohnya
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren ulasannya, saya sependapat! Acara wisuda dengan kostum orang dewasa telah menyusahkan banyak orangtua. Salam literasi dan Salam kenal Pak.