Sigit Priyo Prasetyanto

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Belajar dari Chef Cantik

“Abi, bangun sayang. Kita tahajud yuk!” suara Najwa memecah kesunyian malam. Ia mencoba membangunkan Jumakir, suaminya untuk salat tahajud bersama. Ia bergegas ke belakang untuk mengambil air wudhu.

Belum ada respon yang positif yang ditunjukkan oleh Jumakir. Ia hanya menggerakkan badan dan kembali tertidur. Sekembalinya Najwa dari berwudhu, ia hanya geleng-geleng mendapati suaminya masih tertidur pulas.

“Abi….. bi, ayo bangun!” Najwa mencoba membangunkan lagi.

“Iya, ini sudah pagi, Mi?” tanya Jumakir sambil membuka mata perlahan.

“Belum, Bi. Tapi Ummi mengajak Abi Salat tahajud bareng. Sudah lama lho kita nggak salat tahajud bareng.” Pinta Najwa dengan penuh harap.

“Baiklah…” Jumakir bergegasbangun dan mengambil air wudhu. Lalu melanjutkan salat tahajud bersama istrinya.

Selesai mereka salat tahajud bersama, Najwa bergegas ke dapur mempersiapkan diri memasak untuk sarapan pagi. Jumakir tak ingin tinggal diam. Ia tak ingin kembali tidur tapi akan membantu pekerjaan istri tercintanya.

Sembari menunggu Najwa mempersiapkan bahan-bahan yang akan dimasaknya, Jumakir menyapu lantai rumahnya. Selesai menyapu, ia hampiri istrinya di dapur.

“Ada yang bisa Abi bantu, Mi?” tanya Jumakir .

“Abi mau bantu masak Ummi?” Najwa balik tanya ke Jumakir.

“Kalau boleh, kenapa tidak?” Jumakir membalas Najwa dengan senyumannya.

“Baiklah, Bi. Panci ini Abi isi air lalu ditaruh di atas kompor yang sudah Ummi nyalakan itu!” suruh Najwa bak seorang chef yang memberi pelajaran kepadad anak didiknya.

“Nanti kalau sudah mendidih, masukkan sayuran ini!” Najwa menunjuk sayuran yang sudah dipotong-potong yang ada di mangkuk hijau.

“Ok, siap chef Najwa.” Canda Jumakir sambil mencubit pipi Najwa penuh cinta.

“Ah Abi genit….” Najwa mencoba mengelak.

“Terus kalau sudah begini, apalagi yang dilakukan?” Tanya Jumakir

“ya masukin bumbunya dong!” gantian Najwa yang mencubit ppipi Jumakir.

“Beres, Ummi. Setelah itu?” Jumakir terus bertanya. Maklumlah selama ini ia tidak pernah memasak.

“Kasih salam, Bi.” Jawab Najwa sambil mempersiapkan memasak nasi.

“Assalamu’alaikum… Assalamu’alaikum… Assalamu’alaikum.” Terdengar Jumakir memberi salam. Najwa menoleh ke arah Jumakir sambil tertawa geli.

“Bukan salam itu, Bi. Tapi daun salam yang ada di tas kresek hitam yang ada di dinding itu.” Najwa menunjuk ke arah tas kresek hitam yang tergantung di dinding dapur.

“o itu to?” Jumakir hanya menggaruk-garuk kepalanya tanda malu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post