Dua bulan setelah pengumuman CPNS, terjadi peristiwa besar di daerah Mawaranom, tempat tinggalnya Jumakir. Kala itu Sabtu pagi, tiba-tiba terjadi getaran hebat yang mengagetkan Jumakir dan keluarganya. Saat itu Jumakir hendak mengambil alat skipping guna olahraga pagi. Hal yang biasa Jumakir lakukan saat itu. Merasakan getaran yang sangat hebat Jumakir mencoba berlari ke luar rumah. Saking besarnya getaran itu membuat Jumakir jatuh bangun bahkan sempat kejatuhan eternit rumahnya yang ambrol. Memang getaran itu tidak berlangsung lama karena kurang dari satu menit. Tapi bagi Jumakir, getaran itu telah menyisakan pedih yang mendalam.

Akibat getaran itu, listrik padam, akses komunikasi terputus bahkan beberapa tetangganya ada yang meninggal dunia akibat tertimpa rumahnya yang roboh.

Setelah kejadian itu di hari yang sama, bantuan segera datang, seperti tenda, tikar, selimut, makanan instan, dan obat-obatan.

Jumakir dan tetangga segera mendirikan beberapa tenda di halaman rumahnya. Beberapa peralatan Jumakir bawa ke dalam tenda. Malam harinya, dalam suasana tanpa listrik karena listrik masih padam terjadi hujan yang menambah suasana semakin larut dalam kesedihan.

“Pak, sampai kapan kita akan begini?” tanya Jumakir kepada bapaknya.

“Entahlah, Le. Bapak juga tidak tahu. Semoga saja hal ini segera berakhir dan kembali seperti semula.

Keesokan harinya, ketika Jumakir sedang duduk-duduk di depan rumah, datanglah Paiman, tetangga Jumakir yang juga rumahnya roboh. Mereka berdua berbincang ke sana kemari membahas gempa yang baru saja melanda.

“Baru saja mau jadi pegawai sudah ada tragedi gempa ya, Kir.” Paiman memulai pembicaraan.

“iya, Kang. Padahal baru saja mau mulai kerja malah ada tragedi.” Sahut Jumakir sambil menghela nafas panjang. ”Man, Semoga ujian ini segera berlalu ya.” Lanjut ucapnya.