“Monggo lho Pak Marto dan Mas Jum, diminum sekedarnya. Oiya itu tadi anak kedua saya, juga baru lulus bahasa Inggris.”

“Begini Pak Marto, kebutuhan guru bahasa inggris di sekolah saya hanya 1 formasi dan itupun minggu lalu sudah terisi anak saya yang tadi. Jadi mohon maaf saya tidak bisa membantu Pak Marto.” Lanjutnya.

“Tidak apa-apa, Pak. Terima kasih.” Timpal Pak Marto.

Banyak hal yang dibicarakan Pak Warsito dan Pak Marto dan tak lama setelah itu Pak Marto pamit pulang.

Dua minggu setelah usahanya mencari tempat pengabdian, ada berita gembira. Pemerintah kabupaten membuka lowongan untuk guru bahasa inggris. Jumakir lantas menyampaikan kabar itu kepada kedua orangtuanya.

Dengan giatnya Jumakir mencari segala sesuatu yang menjadi syarat pendaftaran. Pada waktu yang telah ditentukan oleh panitia, Jumakir mengikuti tes penerimaan calon pegawa negeri sipil atau CPNS. Ada 6 formasi guru bahasa inggris yang dibuka terbagi 3 formasi dari tes umum dan 3 formasi dari honorer. Pendaftar guru bahasa inggris dari formasi umum lebih dari 2000 orang hanya untuk memperebutkan 3 formasi.

Dua bulan setelah tes CPNS, sekitar bulan Maret waktu pengumuman tiba. Hati Jumakir dag-dig dig tidak karuan. Dia segera ke tempat yang ditunjuk. Jumakir bergegas menuju papan pengumuman. Satu persatu formasi dibacanya sampailah pada formasi guru bahasa inggris.

Betapa bahagianya Jumakir saat melihat namanya terpampang di deretan paling atas nama peserta yang lolos.

Tanpa pikir panjang, Jumakir segera tancap gas pulang ingin segera memberitahukan kabar bahagia itu kepada kedua orangtuanya.

Sesampainya di rumah, Jumakir memanggil-manggil ibunya, “Buk…. Ibuk… .” Mendengar panggilan sang anak, bu Marto beranjak dari dapur. “Ada apa le?” tanyanya.

“Aku diterima CPNS, namaku ada di urutan teratas Buk.” Jawab Jumakir.

“Alhamdulillah akhirnya kamu jadi guru, Le. Doa ibumu selama ini dikabulkan Allah. Akhirnya kamu jadi guru juga.” Tangis haru mewarnai kebahagiaan bu Marto dan Jumakir kala itu.