Dimanakah Kelas Kita ?
Oleh : Syaiful Rahman, S. Pd.
( Guru SMAN Plus Sukowono, Jember )
Tantangan hari ke-1
#TantanganGurusiana
Lagi-lagi cerita tentang Pak Say sang guru matematika. Kali ini Pak Say mengajar di kelas X MIPA, biasa sebelum bel berbunyi Pak Say sudah bersiap di serambi kelas. Tepat pukul 12.30 bel berbunyi pertanda pergantian pelajaran .Pak Say pun masuk kelas dengan salam gurihnya. “ Assalamualaikum……” sapanya. “Waalaikumussalam…..” sahut para siswa. Dengan menenteng tas kesayangannya Pak Say melangkah menuju meja guru dan mengeluarkan beberapa buku dan laptop dari dalam tasnya.
Seperti biasa “lagu lama” jurus yang dikeluarkan oleh Pak Say mengawali doa bersama dan menyampaikan beberapa patah kalimat motivasi kepada siswa sebagai bahan apersepsinya. Lima menit berjalan , para siswa sudah bersiap dengan “kipas manualnya”, apa itu ? pastinya buku tulis.
Gerah pada siang itu cukup membuat para siswa termasuk Pak Say merasakan “ketidakbetahan” di kelas. Pak… Panas.” cuitan dari beberapa siswa mengeluh. Pak Say pun tanggap akan kondisi kelas yang tidak representatif untuk ditempati belajar karena cuaca panas . Maklum waktu itu terik matahari sangat menyengat hingga ruang kelas terasa “puanas”.
Tanpa basa-basi Pak Say pun langsung mengajak siswa keluar kelas menuju ke masjid sekolah. Setibanya di serambi Masjid semua siswa diperintahkan untuk berwudlu terlebih dahulu . Satu persatu para siswa berwudlu dengan berbaris memanjang ke belakang, karakter antri yang ditanamkan di sekolah tersebut.
Dua puluh menit berjalan terhitung mulai bel berbunyi para siswa sudah berkumpul dengan duduk rapi di masjid. Dengan meminta izin kepada semua siswa, Pak Say memulai pembelajaran. Pembelajaran berlangsung dengan nyaman dan santai tanpa terganggu dengan “ ongkep” . Kipas manual berhenti tak bergerak tergantikan angin “ smilir-smilir”, tanya jawab guru dan siswa saling bersahutan bak bincang-bincang burung di pepohonan. Hingga pembelajaran usai dalam waktu 90 menit.
Sedikit cerita diatas merupakan kondisi dan situasi yang mungkin terjadi di kelas kita. Kita tidak bisa bersikukuh memaksakan pembelajaran dikelas jika kondisi dan situasi demikian terjadi. Kita sebagai guru harus berinisitif dan mengambil langkah agar pembelajaran bisa berjalan dengan nyaman dan menyenangkan. Dimanapun tempat dapat dijadikan sebagai sarana untuk belajar.
Merdeka belajar, merdeka beraktifitas, dimanapun tempat menjadi sarana belajar ,menjadi kelas yang menyenangkan dengan tidak mengenyampingkan etika dan adab.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantab
Terimkasih.semoga semakin semangat menulisnya.
Semangat menulis selalubyesss
Terimakasih bu anis supportnya
Pak Syaiful pernah ngisi materi pgri kah ?
Iya bu. Sepertinya sy pernah tahu bu agustina..... dmna ya.sidoarjo kah
Guru merdeka juga kah pak?
Merdeka belajar dan pembelajaran, yg penting tidak lepas dari tujuannya Ibu. HEHEHHE
Siyappp, besok kalau siswa saya mengantuk ikuti langkah njenengan. Mantap
Bu mimin..... cusss... langsung terjun . IPA banyak objek disekitar menjadi media belajar
Siyappp, depan sekolah ada sungai sebagai sumber belajar
Mantap
Mantul pak!
Nggi bu Hj. Terimakasih
Bagaimanapun situasinya tetap belajar merdeka.Tulisannya keren pak..
Terimkasih Bu Rawalumaili. Secuil cerita dilapangan.
Keren Pak...
Terimakasih bu Ratna