Pamula Trisna Suri

Lulusan dari FIK UNY tahun 2009, lahir di Purworejo dan tumbuh besar di kota berhati nyaman, Yogyakarta. Merantau ke Pulau sumbawa selama kurang lebih li...

Selengkapnya
Navigasi Web
Merengkuh Cinta Galuh (9)
Cerita Bersambung

Merengkuh Cinta Galuh (9)

Tantangan hari ke -1

#tantangangurusiana

Merengkuh Cinta Galuh

Mobil melaju kencang, meliuk melewati jalan yang sepi. Ibu dan anak tertawa renyah bercanda. Sesekali aku pun menimpali dan ikut tertawa.

Lelaki jangkung itu ternyata lebih cerewet dari yang kuduga. Entah berapa kali kata-kata rayuan untuk sang ibu terlontar.

Sebuah pesan pendek masuk, nomor baru. Belum tersimpan.

"Deg", hatiku berdesir.

Pesan yang cukup singkat, tertulis salam dan sebuah nama, Ardi.

Perasaan apa ini, kenapa mudah sekali mengagumi lelaki itu. Bukankah itu sebuah pesan biasa, tetapi kenapa aku berharap lebih. Aah, sudahlah. Kuputuskan untuk menunda membalas pesan.

Tiga puluh menit perjalanan tidak terasa. Gerbang memasuki Bandara Internasional Lombok.

"Mbak Galuh, terbang ke Jogja pesawat apa?" tanya Bu Siti sambil melepas sabuk pengaman.

"Lion air, Bu."

"Bener kata ibu, kita satu pesawat. Tiket kasih ke Putra aja, biar dia yang cek in," perintahnya.

Aku menurut, kuserahkan tiket pada Putra setelah turun dari mobil.

Dia tersenyum, terlihat gigi gingsul di bagian kiri. Alis matanya tebal hampir bertautan, sorot matanya tajam, mirip dengan ibunya.

Putra lelaki tampan, berkali-kali ia lontarkan candaan merayuku. Namun entah mengapa tidak ada desir halus seperti saat berkenalan dengan Ardi.

Tempat duduk kami berdampingan, aku duduk disamping jendela, Bu Siti kemudian Putra.

Tepat pukul 06.00 pesawat take off. Cahaya pesawat meredup dan penumpang hening. Ibu dan anak di sampingku berhenti mengobrol. Kulihat Bu Siti mulai tidur, Putra membaca majalah yang tersedia di depannya.

Kulihat langit abu melalui jendela, terbayang wajah Mae, Pae dan kedua adik-adikku. Dua jam berarlda di pesawat terasa lama, mungkin karena rindu.

"Mbak Galuh dulu kuliah dimana ? Asli Purworejo?" tanya Putra tiba-tiba setelah lampu mulai dinyalakan tanda akan landing.

"Aku kuliah di jogja Mas, kami dulu tinggal di jogja tapi setelah kakek meninggal kami menemani nenek tinggal di Purworejo."

"Oohh.... Eh, bagi nomor hp boleh?" tanya Putra sambil mengambil gawai dalam sakunya.

Kusebutkan deretan angka kemudian dia melakukan panggilan.

"Simpan, ya? Mana tahu besok kami butuh guide untuk jalan-jalan keliling Purworejo," katanya sambil tersenyum manis.

"Sudah akrab kalian, ya?" Bu Siti terjaga dari tidurnya mendengar obrolan kami.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post