Pamula Trisna Suri

Lulusan dari FIK UNY tahun 2009, lahir di Purworejo dan tumbuh besar di kota berhati nyaman, Yogyakarta. Merantau ke Pulau sumbawa selama kurang lebih li...

Selengkapnya
Navigasi Web
OFFSIDE
Tantangangurusiana

OFFSIDE

Hari ke 7

#tantangangurusiana

======

"Rendiii, siniii...!"

Aku tak menjawab, sebagai gantinya kuangkat wajahku seoalah-olah berkata, "Apa?"

"Cepetan, sini sini," panggil Kak Pam tangan kiri melambai penuh semangat, tangan kanannya memegang erat hp. Dibelakang hp biasanya ada selembar uang berwarna merah, aku sering mengambilnya. Melihatnya bingung saat membayar minum di warung adalah kemenanganku.

"Rasakan pembalasanku," kataku kala itu.

Kali ini entah apa lagi ulahnya. Semoga bukan bahas tentang si Nita lagi. Masih ingat kan? Oh iya, lamaran diterima bukan berarti menikah denganya. Ah, ceritanya panjang, besok-besok saat hati ini tak berdarah lagi aku akan cerita. Uhuuk uhukk.

"Ren, kamu kelahiran tahun berapa?"

"Sembilan Enam, Kak. Kenapa?"

"Lah, seumuran adikku. Kita selisih sepuluh tahun dong. Duh. Udah tua juga aku, ya?" katanya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Kulihat dia sering begitu, menggaruk kepala tanpa sebab, menggoyangkan kaki tanpa sadar dan yang paling aneh, dia suka banget hentakkan kaki sampe bergetar lantai dibuatnya. Eh, itu mungkin karena dia sekarang lebih gendut. Ups.

"Ini nih, tak kenalin cewek. Anaknya baik, manis, sholeh, sabar juga sih kayaknya. Dia ngajar di pesantren, ngajar SD."

"Mana fotonya, lihat."

"Sebentar." Kulihat Kak Pam membuka facebook dan mengetikkan nama seseorang. Nama itu tak asing bagiku, dan ternyata benar. Dia adalah teman sekolahku dulu. "Ku kerjain ah," batinku.

"Ini, Ren. Masuk kriteria kan? Cocok nih sama kamu."

Aku pura-pura antusias dan minta segera dikenalkan.

"Dianya mau gak sama aku?"

"Aman tu, percayakan padaku."

Aaiihh, kumat lagi deh, over percaya diri Kakak yang satu ini. Lihat saja nanti reaksi Maya.

Nama cewek itu Maya, dulu kami memang pernah dekat, saling suka, namun karena bersuku sama, kami tidak bisa menjalin hubungan serius. Begitulah adat istiadat kami, dan orang tua kami masih melestarikannya. Apa kata mamak saat kutanya kenapa, " Kalau nikahnya dengan sesama suku gak tambah keluarga nanti."

Begitulah, akhirnya kisahku dan Maya berakhir sebelum dimulai. Ibarat lomba lari sprint, peluit belum bunyi udah dis duluan, yakdeeess.

"Ren, berdiri di situ. Biar ku foto, pasang wajah ganteng. Eh, gak bisa, ya? Emang segitu aja sih wajahmu," katanya sambil tertawa.

"Pelanggaran, perbuatan yang tidak menyenangkan ini. Ku laporin mamakku lho," balasku becanda sambil berpose seolah-olah sedang serius mengamati pertandingan sepak bola.

Sore itu tim kecamatan kami tanding dalam kegiatan GALA Siswa tingkat Kabupaten. Kebetulan, juara kecamatan dari sekolah Kak Pam dan ada beberapa siswaku yang terpilih mewakili kecamatan.

Sesi foto-foto selesai, kulihat dia sibuk memilih foto mana yang akan dikirim untuk maya.

"Sip. Kita tunggu balasannya," katanya sumringah seperti anak kecil mendapat mainan baru.

Aku duduk di sampingnya dan tetap memperhatikan permainan anak-

anak, di sini aku bertugas sebagai tim medis.

Kraakkk.

"Aduh!" kataku. Kak Pam mendorongku hingga hampir jatuh dari kursi.

"OFFSIDE!!! Kenapa gak bilang kalau kalian udah saling kenal? Haaa?" katanya melotot sambil mendorong menguncangkan kursi.

Kuda-kudaku kuat walapun dorongan Kak Pam kencang, kurasa dia lelaki di tubuh wanita. Upss.

Aku masih sanggup bertahan duduk di kursi walapun mendapat serangan bertubi-tubi. Sebagai balasannya kutunjukkan foto kami memakai baju seragam putih abu-abu dan tertawa sekenjang-kencangnya.

"Kami tetanggaan, Kak. Masih satu suku," kataku sambil tertawa puas.

"Goooollll." Sorak ramai penonton membuat kami berhenti bertengkar.

Eh itu tim kami, mereka melakukan tendangan pinalti dan gol. Secepat itu kisah tentang maya berakhir. Wassalam. 😁

Tamat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post