Pamula Trisna Suri

Lulusan dari FIK UNY tahun 2009, lahir di Purworejo dan tumbuh besar di kota berhati nyaman, Yogyakarta. Merantau ke Pulau sumbawa selama kurang lebih li...

Selengkapnya
Navigasi Web

P U T R I

Cerbung : P U T R I (6) #putri

Oleh : pam

Niatku sudah bulat, tidak akan kubiarkan Mamak tambah pikiran. Kondisi Bapak pun belum benar-benar pulih. Dulu, bapak bisa mencari penumpang hingga malam hari, kini tak sanggup lagi. Kepalanya sering nyeri ketika terlalu tersengat sinar matahari. Seharusnya periksa, namun urung mengingat kondisi keuangan kami yang kekurangan.

"Mak, ijinkan Putri membantu Cik Ida."

Cik Ida adalah pemilik rumah kontrakan kami. Dia mempunyai kedai yang menjual beberapa menu makanan. Mana tahu dia membutuhkan pekerja, aku mau menawarkan diri. Tentu atas ijin mamak.

Awalnya mamak menolak, dia memintaku untuk rajin belajar. Nilai akademik memang tidak banyak peningkatan. Entah bagimana? Padahal setiap hari aku belajar, mencoba selalu perhatikan apa yang guruku sampaikan.

"Kata gurumu kau terpilih lomba nyanyi, betul itu? Berlatih itu sajalah kau ini. Biar mamak yang cari tambahan uang."

"Biar Putri aja, Mak. Latihan di sekolah tidak sampai sore. Siangnya aku bisa bantu-bantu Cik Ida," kataku menyakinkan.

"Mak, Putri akan berusaha buat Mamak bangga. Percaya, Mak."

Rasa panas menjalar pada bola mata. Aku bergegas keluar rumah sebelum genangan air itu mengalir. Tanpa jawaban dari mamak, melihat ekspresi wajahnya aku tahu mamak memberi ijin.

Langit sore mendung, mungkin dia juga merasa sedih dengan nasib keluarga kami. Entah kenapa Allah memberikan banyak anak pada mamak dan bapak. Kata orang banyak anak banyak rejeki. Tapi kami?

Ahh.... Kulupakan semua pertanyaan yang memenuhi kepalaku. Semoga kali ini nasib baik berpihak pada kami.

Gayung bersambut, ternyata Cik Ida sedang mencari pegawai untuk kedainya. Dia pun menyetujui jika aku bekerja separuh waktu. Dari jam dua siang hingga jam sembilan malam.

Tak terasa sebulan ku jalani, beberapa lembar rupiah yang ku terima membuatku lebih giat bekerja tapi sedikit mengganggu aktivitasku.

Hutang terbayarkan namun ada yang kukorbankan. Iya, lomba menyanyi yang tinggal hitungan hari lagi. Beberapa kali aku tidak ikut latihan.

"Putri, ikut Ibuk sebentar ke kantor. Ada yang mau kami sampaikan."

Buk Rina menjemputku di kelas siang itu. Pasti tentang lomba, pikirku. Seperti biasa, teman-teman lelaki di kelas selalu mengolok-olok. Entah apa yang mereka katakan, aku tak peduli.

Tapi ada satu anak yang tak pernah ikut mengolok-olok. Dia bintang kelas kami, Andre Atmajaya. Sikapnya pun berbeda dengan teman lain.

***

Bersambung...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post