Maut Tak Kenal Usia
Mata sembabnya belum hilang, dan air matanya tak juga berhenti. Seharian ini adikku terus menangis. Akupun terbawa suasana. Tubuh mungil tak berdaya masih dipangkuanku. Tubuhnya dingin, jari jemarinya membiru. "Terus kompres dengan air hangat" kataku padanya.
Tepat jam 10 pagi, hanya ada aku, gadis kecilku, si kembar dan ibunya. Sengaja gadis kecilku mengasuh adiknya. Abangnya dalam gendonganku. Tubuh mungilnya semakin lemah, dua gigi atas nya mengatup pada bibir bawah. "Telepon mama cepat" suruhku padanya. Dengan cepat ia menyambar handphone. Tak berapa lama mama dan ayah si kembar datang membawa mobil. Tanpa banyak bicara mereka membawa si kecil mungil "abang" ke rumah sakit.
Tinggallah kami bertiga dirumah dengan perasaan was-was tingkat tinggi. Penuh sudah isi kepalaku dengan pertanyaan. Bagaimana keadaan abang? Apakah dia baik-baik saja? Tepat jam 2 sore handphoneku berbunyi. Mamaku memberi kabar yang sangat menyesakkan dada. "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un". Usia tiada yang tahu, tua atau muda. Bayi mungil itu telah menghembuskan nafas terakhir, sewaktu menuju rumah sakit. Kata dokter, sakaratul mautnya saat 2 gigi atasnya mengatup bibir bawah. "Itukan waktu si kembar masih dalam pangkuanku" gumam hatiku.
#Throwback 2005
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sedih. Membuncah dalam hati. Semoga husnul khotimah. Aamiin
Aamiin ... terima kasih pa