Paulus Geradus Hurint, S.T.,Gr

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengenang Ziarah Hidup Mama Maria Hadu Tukan
Dokumen Pribadi

Mengenang Ziarah Hidup Mama Maria Hadu Tukan

“Tuhanlah Yang Memberi, Tuhanlah Yang Mengambilnya, Terpujilah Nama Tuhan”

(Ayub; 1:21)

Kesaksian dan Keteladanan Hidup Mama Maria Hadu Tukan

Oleh Anakmu : Paulus Geradus Hurint, S.T.,Gr

Manusia terlahir dari rahim seorang mama. Karena itu mama adalah sosok wanita paling berjasa bagi semua insan manusia di dunia. Selama sembilan bulan mama mengandung, hingga melahirkan, merawat sang buah hati dengan penuh kasih sayang. Tak pernah ada keluh kesal yang muncul dari bibirnya, karena mama begitu ikhlas tanpa pamrih. Tanpa imbalan sepeserpun, mama begitu bahagia ketika melihat anaknya tumbuh besar dan sehat.

Adalah sebuah pertaruhan antara hidup dan mati bagi seorang mama sewaktu melahirkan kita. Namun kadang kala kita tidak pernah menyadari betapa besar jasa dan perjuangan seorang mama dalam membawa kita kedunia ini. Keberhasilan dan kebahagiaan kita saat ini juga tidak mungkin terlepas dari perjuangan dan pengorbanan seorang mama. Sayangnya tidak semua anak memahami akan arti penting dari seorang mama. Terkadang perkataan dan perbuatan seorang anak tak sengaja telah melukai hati seorang mama. Diam-diam di tengah gelapnya malam, mama mungkin akan menangis. Namun mama tidak pernah marah. Mama selalu memaafkan segala apa yang dilakukan oleh sang anak. Dalam kesedihannya itu mama akan tetap berdoa demi kebaikkan anaknya. Di balik semua kesuksesan yang telah diraih oleh seorang anak, ada doa mama yang selalu menyertai setiap langkahnya.

Memiliki seorang mama Maria Hadu Tukan bagi kami berenam merupakan anugerah terindah dalam hidup kami. Bukan hanya mengasihi dengan penuh kasih dan sayang, tapi mama Maria Hadu Tukan juga telah menjadi guru pertama bagi kami berenam. Tentu saja setiap mama di dunia ini, pasti ingin memberikan hal-hal terbaik untuk anak-anaknya dalam hal apapun termasuk tumbuh kembang anaknya. Mama Maria Hadu Tukan juga menginginkan kami anak-anaknya untuk tumbuh dengan sehat dan baik serta tidak mau ada kekurangan suatu apa pun. Mama Maria Hadu Tukan tidak mau kami berenam tumbuh hanya soal fisik saja, tetapi juga kedewasaan sikap kami. Mama selalu mengajarkan kami anak-anaknya untuk menjadi orang yang berani dan selalu bersikap sopan pada orang lain, bagaimana menghargai pendapat orang lain, bagaimana menyikapi setiap persoalan dalam hidup sekecil apapun itu. Petuah-petuah bijak dari seorang mama Maria Hadu Tukan telah menjadi bekal yang berarti untuk pertumbuhan dan kehidupan kami yang saat ini kami rasakan. Mama Maria Hadu Tukan selalu berpesan bagi kami berenam : “pana ne lewotana, balik juga dengan lewotana, ema bapak lewotana moe molo anak goen dore, jaga dan liko lapak rae”.

Kasih sayang dari seorang mama Maria Hadu Tukan begitu nyata dan tulus bagi kami berenam. Mama tidak pernah memikirkan dirinya sendiri, karena yang ada dipikirannya hanya kami anak-anaknya. Bahkan mama Maria Hadu Tukan pun tidak segan-segan bekerja keras membanting tulang hanya demi memenuhi semua keinginan kami berenam. Tugasnya pun tidaklah mudah, ia harus mendidik, merawat dan membesarkan kami sekaligus ia pun harus mengurus keperluan rumah tangga yang lainnya. Namun meskipun begitu, ia tidak pernah mengeluh sama sekali. Justru semuanya itu ia lakukan dengan penuh keikhlasan dan rasa tanggung jawab yang begitu besar.

Kehilangan seseorang yang disayangi dan sangat berarti, seperti orang tua (bapak dan mama) telah menjadi kesedihan yang sangat mendalam. Baik kehilangan sosok ayah ataupun sosok seorang ibu sama-sama membuat hati seorang anak akan hancur seketika. Namun apalah daya, takdir berkehendak lain yang harus kita menerimanya dengan ikhlas. Sejumlah kata-kata rindu bagi orang yang sudah meninggal hanya bisa terucapkan dan mewakili perasaan kita. Sosok seorang mama memang menjadi perempuan yang paling berharga dalam hidup setiap orang. Kasih sayang seorang mama yang tulus, cinta mama yang murni tanpa mengharapkan balasan dari buah hatinya. Darinyalah kita semua belajar arti dari mencintai dengan ikhlas, tulus dan murni. Kita tidak pernah membayangkan bagaimana perasaan seseorang yang kehilangan sosok yang begitu berarti baginya. Perasaan hancur, sedih, tak dapat kita tutupi disaat sosok yang kita sayangi sudah tak ada lagi di samping kita.

Tak terasa kini mama Maria Hadu Tukan telah tiada. Teringat kembali masa-masa lalu kami, ingin rasanya waktu itu terulang kembali namun semua itu telah berlalu. Kini tinggalah kenangan yang hanya untuk diingat kembali. Tetesan keringat yang tak kau hiraukan menjadikan saksi bisu antara semua pengorbanan dan perjuangan yang telah engkau berikan untuk kami berenam. Terima kasih kami ucapkan untukmu mama tersayang. Kami sadar, bahwa apa yang engkau lakukan selama ini semuanya demi kami anak-anakmu. Mama maafkan kami yang pernah kesal padamu. Tak pernah terbayangkan jika engkau pergi begitu cepat meninggalkan kami, pergi dan takkan pernah kembali lagi. Mungkin jiwa ini serasa tak sadarkan diri ketika itu terjadi, mama tinggalah terus bersama kami dan tetaplah disamping kami dan selalu menjaga kami anak dan cucu-cucumu.

Kehilangan seorang mama Maria Hadu Tukan menjadi momen yang paling berat bagi kami berenam. Kehilangan orang yang paling kami cintai membuat dunia terasa runtuh dan penuh keputusasaan. Untuk bisa melalui hari-hari hidup kami tanpa kehadiran seorang mama, bukan perkara yang gampang. Ada kesedihan yang kerap hadir dalam hidup kami berenam ketika kami mengingat sosok mama. Namun, kami harus terus berjalan dan kami tidak boleh terus larut dalam kesedihan. Hanya doa yang terus kami panjatkan untuk ketenangan dan kedamaian mama kami di sana. Walaupun raga mama kami sudah tak lagi kami lihat, ataupun kami peluk, namun mama Maria Hadu Tukan selalu ada dalam hati kami berenam.

Menyebut frasa abadi, pikiran kita langsung tertuju pada kehidupan akhirat atau dunia lain setelah kematian. Mama Maria Hadu Tukan telah meninggalkan kami berenam beberapa hari yang lalu tepatnya di hari Minggu Panggilan atau hari Minggu Gembala Baik, tanggal 08 Mei 2022 tepat pukul 21.00 wita di Rumah Sakit Umum dr. Hendrikus Fernandez Larantuka pada usia 71 tahun 09 bulan. Mama Maria Hadu Tukan telah menjejaki kakinya di rumah abadi yakni Surga, Sion yang baru. Seperti kata Santo Fransiskus de Sales, “Hidup adalah waktu untuk mencari Allah, kematian adalah waktu untuk berjumpa dengan Allah, dan keabadian adalah waktu untuk memiliki Allah”. Dalam konteks iman Kristiani, mama Maria Hadu Tukan dalam keyakinan imannya yang teguh baik olehnya maupun keluarga yang telah mengantarkannya menuju ufuk timur, perjalanan menyambut matahari terbit, berjumpa dengan Sang Terang tak terhampiri yakni Allah sendiri.

Setelah berpulangnya mama Maria Hadu Tukan ke Sion Baru, kami sekeluarga percaya bahwa mama kami telah memeluk keabadian. Ia telah berada dalam rangkulan kasih Bapa yang Maha Kasih. Allah yang telah menyulam hidupnya semenjak dari rahim ibunya, merawatnya seperti biji mata sendiri dan akhirnya Ia datang kembali menjemputnya. Kesempatan memperingati kembalinya mama Maria Hadu Tukan ke pangkuan Allah, merupakan kesempatan bersyukur. Bersyukur atas anugerah keselamatan, atas kesempatan hidup abadi dalam kerajaan Allah, Surga Abadi, Sion yang baru.

Mama Maria Hadu Tukan telah mengalami suasana yang Agung itu. Sehingga doa kami berenam dalam penyerahan mama kami tercinta adalah doa syukur atas kemurahan kasih Allah. Semoga kami yang sedang berziarah ini, dapat memperoleh kekuatan karena senandung syair indah dan doa-doa yang disampaikannya kepada Allah, sehingga kasih-Nya membumi mengitari kami anak, cucu dan menantu dalam harapan yang sama, meniti jalan ziarah hidup dan pada waktunya kami akan mengalami bersamanya di Sion yang kita sama-sama rindukan. Selamat berbahagia mama Maria Hadu Tukan.

Mama, Selamat Jalan !

Terima kasih banyak mama atas semua kesaksian dan keteladan hidupmu. Mama telah mengingatkan kami keenam anakmu untuk tetap menjaga keseimbangan antara vita activa dan vita contemplativa karena kadang kami lebih sibuk dan menghabiskan waktu kami hanya untuk mengumpulkan harta dan sering lupa memberi waktu kami untuk Tuhan.

Pana teti Tua Alla lango, tonga hau tede kame ana moen !

(Paulus Geradus Hurint, S.T.,Gr).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post