3.1.j. Koneksi Antar Materi - Modul 3.1
3.1.j. Koneksi Antar Materi - Modul 3.1
Tujuan Pembelajaran Khusus :
1. CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.
2. CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.
Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya:
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best). Bob Talbert
Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?
Jawaban
Kutipan ini ingin menyampaikan bahwa pendidikan tidak hanya sebatas transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter. Pendidikan yang berkualitas harus mampu menghasilkan individu yang cerdas, berakhlak mulia, dan memiliki kontribusi positif bagi masyarakat. kutipan tersebut mengajak kita untuk merenungkan kembali tujuan pendidikan. Selain mencetak generasi yang cerdas, kita juga perlu mencetak generasi yang baik dan berkarakter. Dengan demikian, anak-anak atau murid kita akan tumbuh menjadi individu yang sukses dan bahagia.
Kaitannya dengan proses yang sedang saya pelajari dimana saat ini sedang mengikuti program pendidikan guru penggerak, saya merasakan bahwa menguatkan peran diri saya sebagai guru, pendidik, dan pemimpin pembelajaran yang perlu menyelenggarakan pendidikan yang berpihak pada murid. Sampai sejauh ini, dalam proses pendidikan guru penggerak ini, saya selalu mendapatkan banyak ilmu dan keterampilan yang mendorong terwujudnya pendidikan yang sesuai digambarkan dalam kutipan diatas yakni yang menuntun kekuatan kodrat anak/murid untuk mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai individu maupun anggota masyarakat.
Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?
Jawaban
Sebagai pemimpin pembelajaran, nilai dan prinsip yang saya yakini selalu selaras dengan nilai-nilai kebajikan. Nilai-nilai dan prinsip yang saya anut akan sangat personal dan terbentuk dari pengalaman hidup, keluarga, pendidikan, dan lingkungan sosial yang telah membentuk. Tentu, setiap orang memiliki nilai-nilai yang diyakininya secara personal, namun selama tidak bertentangan dengan nilai kebajikan, saya meyakini bahwa sinergitas dan kolaborasi akan sangat berkecenderungan terjadi dan menciptakan suatu keadaan yang selaras untuk sebuah tujuan terutama bagi saya dan rekan guru lain di dalam instansi sekolah kami khususnya dan lingkup dunia pendidikan umumnya.
Nilai-nilai dan prinsip yang kita anut sebagai individu memiliki kekuatan yang besar untuk mengubah dunia. Dengan mengimplementasikan nilai-nilai kebajikan dalam pengambilan keputusan di kehidupan sehari-hari, kita dapat berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pengembangan lingkungan dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?
Jawaban
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, pengambilan keputusan yang saya ambil memiliki dampak signifikan terhadap proses pembelajaran murid. Melalui bekal dalam program guru penggerak ini, saya akan berupaya selalu menguatkan nilai dan peran diri saya sebagai pendidik dan menyelenggarakan pendidikan bermakna dan holistik yang berpihak pada murid. Saya meyakni bahwa melalui kolaborasi seluruh unsur pendidikan dalam hal ini guru, tenaga administrasi, murid, orangtua, masyarakat dan unsur-unsur lainnya akan sangat berkencederungan terwujudnya eksositem pendidikan yang selaras dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara.
Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.
Education is the art of making man ethical. Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis. ~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Jawaban
Kutipan Hegel ini memiliki maksud bagaimana pendidikan dianggap sebagai usaha kreatif penuh dengan nilai-nilai seni dalam mendorong terciptanya manusia-manusia berbudi pekerti. Kutipan ini mengingatkan kita bahwa pendidikan adalah proses yang kompleks dan multidimensi. Pendidikan yang sejati tidak hanya menghasilkan individu yang cerdas, tetapi juga individu yang berkarakter, beretika dan memiliki kontribusi positif bagi masyarakat. Dengan memahami makna dari kutipan ini, kita dapat menguatkan diri kita sebagai penyelenggara pendidikan yang perlu menguatkan nalar kritis, kreatifitas, nilai-nilai kebajikan dan wawasan yang memadai untuk memastikan bahwa pendidikan yang kita selenggarakan itu bersifat universal dan holistik serta berorientasi pada budi pekerti.
Berikut Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran Koneksi Antarmateri Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin:
1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Sebagai pemimpin pembelajaran yang diberi kesempatan mengikuti program pendidikan guru penggerak, pengambilan keputusan saya erat kaitannya dengan pernggambaran filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara - Pratap Triloka. Pratap Triloka merupakan semboyan yang diserukan oleh Ki Hajar Dewantara yeng marupakan landasan berpijak seorang guru (pendidik) di mana seorang guru harus senantiasa Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangunkarsa, Tut Wuri Handayani.
Ing Ngarso Sung Tulodho, filosofi ini mengajarkan bahwa guru sebagai pemimpin pembelajaran harus senantiasa memberikan teladan kepada murid. Dalam mengambil keputusan, seorang guru harus bertindak, berpikir dan berperilaku yang baik sehingga menjadi panutan / teladan bagi murid, warga sekolah maupun warga di lingkungan guru. Guru harus senantiasa menumbuhkembangkan nilai-nilai kebajikan universal melalui cipta, rasa dan karsa. Sebagaimana kutipan kalimat bijak yang disampaikan oleh Bob Talbert di atas, mengajarkan materi ajar saja tidaklah cukup, namun harus disertai dengan penanaman nilai-nilai kebajikan. Langkah yang dapat dilakukan diantaranya guru dapat mengajarkan murid melalui perbuatan dengan kesadaran penuh (mindfulness) guna menumbuhkembangkan nilai kebajikan kepada murid. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam akan memberikan gambaran kebaikan bagi guru dalam mengambil keputusan baik dalam situasi bujukan moral maupun dilema etika.
Ing Madya Mangun Karso, filosofi ini mengajak guru selalu berada di tengah murid untuk menuntun, membimbing, mengajar serta mengayomi dengan cipta rasa dan karsa. Guru harus dapat menjadi mediator, memberikan fasilitas, serta mendampingi murid dalam memenuhi kebutuhan belajar murid. Guru juga diharapkan senantiasa menghadirkan lingkungan belajar yang nyaman bagi murid agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Tut Wuri Handayani, filosofi ini mengajarkan bahwa seorang guru harus senantiasa memberikan dorongan kepada seorang murid agar dapat menjadi seorang pemimpin yang berpegang teguh pada nilai-nilai kebajikan universal.
Semboyan Ki Hajar Dewantara ini merupakan landasan dalam setiap pengambilan keputusan yang berpihak pada murid. Harapannya, murid dapat menjadi generasi cerdas dan berkarakter Profil Pelajar Pancasila. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran di sekolah tidak hanya mengutamakan capaian materi ajar dalam kurikulum, tetapi juga penanaman nilai-nilai kebajikan yang diajarkan secara implisit maupun eksplisit termasuk dalam pengambilan keputusan.
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Perilaku seseorang mencerminkan nilai yang tertanam dalam individu tersebut.. Nilai-nilai dan prinsip yang kita anut akan sangat personal dan terbentuk dari pengalaman hidup, keluarga, pendidikan, dan lingkungan sosial. Hal ini akan mempengaruhi prinsip yang diambil seseorang (termasuk guru) dalam pengambilan keputusan. Demikian juga, proses pengambilan yang bertanggung jawab, pengelolaan diri, kesadaran diri serta ketrampilan bersosialisasi kan mendukung penerapan semboyan Tut Wuri Handayani. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam juga akan mempengaruhi pemilihan prinsip-prinsip pengambilan keputusan agar keputusan yang dipilih dapat dipertanggungjawabkan.
3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.
Dalam kehidupan sehari-hari masalah tentu akan selalu hadir, dan kita meyakini bahwa masalah yang hadir akan mendorong lahirnya sebuah solusi. Dalam rangkaian alur penyelesaiannya, masalah yang ada harus diidentifikasi terlebih dahulu, apakah termasuk dilema etika ataukah bujukan moral. Selanjutnya, keputusan diambil dengan langkah-langkah yang berpedoman pada prinsip-prinsip pengambilan keputusan. Hal ini dilakukan karena pengambilan keputusan berhubungan dengan masa depan seseorang, kelompok maupun lembaga (misalnya satuan pendidikan). Salah satu faktor yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan adalah keterampilan coaching. Guru sebagai pemimpin juga harus memiliki kemampuan ini.
Selama proses identifikasi, pembelajaran serta pendampingan melalui kegiatan coaching bersama fasilitator sangat efektif dalam membantu saya memahami materi yang ada. Contoh-contoh kegiatan coaching yang ada memberikan tambahan ilmu untuk dapat diaplikasikan di sekolah. Dengan teknik coaching, keputusan diambil dengan memperhatikan etika, nilai-nilai kebajikan universal, disesuaikan dengan visi misi dan tujuan sekolah yang berpihak pada murid serta menciptakan budaya positif di lingkungan sekolah. Salah satu ciri khas teknik coaching adalah adanya prinsip kesetaraan sehingga coach tidak terkesan menggurui coachee. Hal ini akan memberikan rasa nyaman bagi coachee dalam menyampaikan permasalahan-permasalahan, menggali potensi diri hingga menemukan solusi secara mandiri. Pertanyaan-pertanyaan berbobot yang diberikan coach kepada coachee merupakan langkah efektif untuk menggali potensi coachee untuk menemukan solusi. Teknik coaching ini dapat dilakukan kepada sesama guru maupun dengan murid.
4. Bagaimana kemapuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam pengambilan keputusan harus senantiasa dilandaskan pada nilai-nilai kebajikan, prinsip-prinsip pengambilan keputusan serta dilakukan dengan 9 tahap pengambilan keputusan sehingga masalah yang ada dapat dibedakan menjadi dilema etika atau bujukan moral.
Kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosi serta membangun relasi sosial akan menumbuhkan simpati dan empati sehingga individu tersebut dapat memposisikan diri dalam berkomunikasikan dengan orang lain. Seorang guru yang memiliki rasa empati dan simpati, akan lebih peka terhadap apa yang dirasakan oleh muridnya. Hal ini berdampak pada poses identifikasi masalah hingga pengambilan keputusannya akan dilakukan dengan bijak. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus mempertimbangkan bahwa segala sesuatu harus berpusat pada murid, berbasis etika dan nilai kebajikan serta berdasarkan pada empat paradigma, yaitu :
individu lawan kelompok (masyarakat)
rasa keadilan lawan rasa kasihan
kebenaran lawan kesetiaan
jangka pendek lawan jangka panjang
Selain berdasarkan pada paradigma tersebut, juga harus mengacu pada tiga prinsip pengambilan keputusan, diantaranya :
prinsip berbasis akhir
prinsip berbasis aturan
prinsip berbasis rasa peduli
Dalam pengambilan keputusan, guru harus melaksanakan sembilan langkah pengambilan keputusan yang terdiri dari :
mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
menentukan pihak yang terlibat
mengumpulkan fakta yang relevan
pengujian benar salah yang terdiri atas uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji idola dan uji halaman depan koran
pengujian paradigma benar lawan benar
prinsip pengambilan keputusan
investigasi opsi trilema
membuat keputusan
meninjau ulang keputusan dan melakukan refleksi
5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Bagi saya pribadi, pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral etika dapat meningkatkan rasa simpati dan empati sebagai guru atau pemimpin pembelajaran. Saya meyakini bahwa guru yang memiliki rasa simpati dan empati yang tinggi akan dapat mengidentifikasi pradigma dilema etika sehingga berkecenderungan dapat mengambil keputusan secara bijaksana. Keputusan yang diambil mengacu dan berpihak kepada murid sehingga sesuai dan solutif. Guru yang mampu menganalisis masalah dari bermacam sudut pandang akan dapat membedakan permasalahan yang dihadapi tergolong bujukan moral atau dilema etika.
Saat seorang guru berhadapan dengan kasus menitikberatkan pada masalah moral dan etika, maka pengambilan keputusan akan dipengaruhi oleh nilai-nilai kebajikan universal yang dianutnya. Pengambilan keputusan yang menekankan nilai-nailai kebajikan maka kecenderungannya keputusan yang ditetapkan merupakan keputusan yang tepat, bijaksana serta dapat dipertanggungjawabkan. Pembahasan masalah yang berfokus pada moral dan etika juga dapat meningkatkan kemampuan dalam pengambilan keputusan menjadi lenih akurat, berpusat pada murid, menciptakan keselamatan dan kebahagiaan sehingga menciptakan keselamatan dan kebahagiaan.
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?
Saya memandang bahwa sebuah keputusan yang diambil akan berdampak pada pelaksanaan pembelajaran dan situasi serta kondisi sekolah secara langsung maupun tidak langsung. Setiap keputusan yang kita ambil harus berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal serta taat pada aturan atau norma yang ada. Pemilihan paradigma, prisip pengambilan keputusan serta melaksanakan sembilan langkah pengambilan keputusan juga harus dilakukan agar keputusan yang diambil tepat, bijak dan berdampak baik sehingga tercipta lingkungan belajar yang nyaman, aman dan kondusif bagi murid dan seluruh warga sekolah.
7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan yang muncul di lingkungan saya dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus dilema etika adalah karena permasalahan tersebut adalah permasalahan di mana terdapat benturan antara nilai-nilai kebajikan, maka terkadang terjadi perbedaan pandangan dengan guru yang lain sehingga menimbulkan kontroversi di sekolah atau lingkungan. Pengambilan keputusan seharusnya didasarkan pada tiga prinsip penyelesaian masalah dilema etika berupa berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan dan berpikir berbasis rasa peduli. Pemilihan prinsip yang tepat dapat mengurangi kontroversi dan perbedaan sudut pandang antar warga sekolah sehingga pro dan kontra dapat diminimalkan. Setiap keputusan tentunya tidak selalu memuaskan seluruh pihak, namun pemilihan konseukensi terkecil dapat dijadikan pertimbangan utama agar keputusan yang diambil sesuai dan kondisi di lingkungan menjadi kondusif.
8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Saya memandang bahwa keputusan kita dengan mempertimbangkan nilai dan prinisip kebajikan akan sangat berpengaruh dengan pengajaran yang memerdekakan murid. Pengaruh tersebut berupa terwujudnya merdeka belajar yang memberikan kesempatan kepada murid untuk mencapai kesuksesan, kebahagiaan, keselamatan dan tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar, minta serta potensi yang dimiliki tanpa adanya paksaan dan tekanan. Dengan demikian, murid diharapkan dapat mencapai kesuksesan pada bidangnya masing-masing. Hal inilah yang menjadi dasar pengambilan keputusan harus selalu berpihak pada murid. Guru berperan sebagai fasilitator dalam mengembangkan bakat dan minat murid untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kurikulum merdeka sangat berpusat pada murid yang sangat memfasilitasi pembelajaran berdiferensiasi sehingga murid dapat terpenuhi kebutuhan belajarnya. Penerapan KSE secara implisit akan meningkatkan ketajaman keterampilan sosial emosional murid.
9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan yang kita ambil sebagai pemimpin pembelajaran akan berpengaruh bagi murid baik jangka panjang maupun jangka pendek. Keputusan yang kita ambil akan senantiasa diingat oleh murid dan menjadi role model bagaimana murid akan berpikir dan bertindak di masa datang, juga bagaimana murid mengambil keputusan ketika menjadi anggota masyarakat. Oleh karena itu, seorang guru harus tepat dan bijak dalam melakukan analisis permasalahan dan pengujian benar-benar dan benar-salahnya. Pengujian yang dilakukan terdiri dari uji legal, uji regilasi, uji intuisi, uji publikasi, dan uji panutan agar keputusan yang diambil tepat dan akurat.
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumya?
Reflekasi yang saya dapatkan dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya adalah bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu keahlian yang harus dimiliki seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam melakukan pengambilan keputusan, guru harus berlandaskan pada filosofi pendidikan Ki hajar Dewantara agar keputusan yang diambil sesuai dengan kodrat alam dan zaman murid. Keputusan yang diambil juga senantiasa bermanfaat bagi seluruh warga sekolah maupun lingkungan, sehingga tercipat lingkungan yang kondusif, budaya positif, aman, nyaman serta terwujudnya well being warganya. Hal ini dapat terwujud dengan pelaksanaan yang tertata menggunakan alur BAGJA. Hal ini dilakukan untuk menjadikan murid memiliki karakter Profil Pelajar Pancasila. Ketika dalam pelaksanaannya, muncul dilema etika dan bujukan moral maka penerapan sembilan langkag pengambilan dan pengujian keputusan harus dilakukan agar keputusan yang diambil berpihak pada murid. Satuan pendidikan sebagai lembaga uang memberikan layanan dalam membimbing, mengajar, mendidik bertuga melakukan transfer ilmu pengetahuan serta pendidikan karakter murid dengan melaksanakan merdeka belajar dan pembelajaran berdiferensiasi
11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Hal yang menurut saya di luar dugaan adalah dalam pengambilan sebuah keputusan yang dilakukan oleh kita tentu tidak hanya berdasarkan keyakinan diri saja namun terdapat hal-hal yang perlu dikuatkan oleh kita sebagai pemimpin pembelajaran yakni dimulai dari identifikasi mengenai bujukan moral atau dilema etika, penggunaan paradigma, pemilihan prinsip pengambilan keputusan yang sesuai serta melakukan sembilan langkah pengujian dalam pengambilan keputusan. Hal ini bertujuan agar keputusan yang diambil tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Keberanian mengambil konsekuensi dari opsi yang dipilih juga menjadi hal yang menantang. Perbedaan pandangan antara warga sekolah juga merupakan hal yang harus diperhatikan
12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Saya pernah merasakan pada sebuah situasi memiliki peran sentral untuk mengambil sebuah keputusan yang bernuansa dilema etika. Perbedaannya dengan apa yang dipelajari di modul ini adalah pada saat itu saya belum mengenal paradigma, prinsip pengambilan keputusan serta sembilan langkah pengujian dalam pengambilan keputusan secara eksplisit. Namun, saya mengupayakan terjadinya berkolaborasi dengan rekan sesama guru dalam mengambil keputusan dan secara implisit mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan universal. Menurut saya, keputusan bersama saat itu sudah terbilang cukup baik. Setelah mempelajari modul ini, saya memperoleh ilmu bahwa apa yang saya lakukan selama ini belum sepenuhnya tepat dan perlu menguatkan pada 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan.
13. Dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Secara pribadi saya merasakan dampak yang luar biasa saat mempelajari konsep ini yakni saya memahami mengenai konsep dilema etika, bujukan moral, paradigma, prinsip pengambilan keputusan, sembilan langkah pengambilan keputusan serta contoh-contoh kasus mengenai dilema etika dan alternatif-alternatif keputusan yang diambil dengan berbagai konsekuensinya. Perubahan yang terjadi pada cara mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran ini adalah kedepannya jika saya akan memutuskan sesuatu saya akan mengidentifikasi termasuk dilema etika atau bujukan moral serta menerapkan paradigma, prinsip dan sembilan langkah pengujian keputusan supaya keputusan yang saya ambil lebih tepat.
14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Mempelajari modul 3.1 ini sangatlah penting untuk dipelajari sebagai seorang individu maupun pemimpin karena kita pasti akan menemui masalah-masalah yang harus diselesaikan dengan keputusan yang benar. Dengan mempelajari modul ini, kita dapat memahami langkah pengambilan keputusan terlebih jika masalah tersebut berkaitan dengan dilema etika. Permasalahan tersebut tidak dapat diselesaikan dengan keputusan yang diambil secara serampangan, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan agar keputusan yang diambil tepat, bijak, dan dapat diterima oleh banyak pihak. Dengan mempelajari modul ini, kita juga dapat belajar mengenai pentingnya bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang diambil dan pertangggungjawabannya.
Demikian Koneksi Antar Materi Modul 3.1 ini saya susun. Saya menyadari masih banyak sekali kekurangan, untuk itu saya mohon masukan dan saran agar pemahaman saya mengenai materi ini semakin baik dan termotivasi untuk terus belajar. Salam dan bahagia.TERGERAK, BERGERAK DAN MENGGERAKAN.

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar