Pemi Senja Maulana, S.Pd

Personal Details Full Name &nb...

Selengkapnya
Navigasi Web
Peranan Penting Faktor Psikologis dalam Menghadapi COVID-19
https://cdn-u1-gnfi.imgix.net/post/large-cdc-linionbajm4-unsplash-567ef7c4bb86bc7d8ff166335ea80469.jpg?w=715&max-h=550&fit=crop&crop=face

Peranan Penting Faktor Psikologis dalam Menghadapi COVID-19

Pemi Senja Maulana,S.Pd

Awal tahun 2020, dunia digemparkan setelah mendapati kabar terkait mewabahnya sebuah penyakit yang disebabkan virus corona di Wuhan, Iran dan beberapa negara lainnya, sebagian besar media teralihkan fokusnya dari berita-berita lokal di sekitarnya. Yang tidak dapat dibendung adalah cepatnya laju penyebaran virus ini sehingga hal inilah yang menjadi sorotan utamanya. Penyebaran COVID-19 kini telah menjadi tantangan global yang membutuhkan tindakan nyata dari semua pihak. Bahkan, WHO (World Health Organization) telah menyatakan bahwa COVID-19 sebagai pandemi. Sejak diumumkannya oleh Presiden Indonesia Ir. Joko Widodo pada awal maret lalu bahwa ada dua WNI asal depok yang dinyatakan positif Corona, Pemerintah dengan sigap melakukan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan. Tindakan pencegahan dan juga penanggulangan dari penyakit ini tak hanya harus dilakukan oleh Pemerintah saja, tetapi juga oleh persorangan, perusahaan, institusi, sekolah, dan organisasi lainnya di seluruh wilayah Indonesia.

Pada awalnya, Banyak masyarakat yang merespon peristiwa ini dengan kepanikan dan ketakutan. Mendadak supermarket dibanjiri pengunjung. Kelangkaan masker (penutup wajah) dan hand sanitizer merupakan manifestasi dari respon kepanikan masyarakat. Setelah mendapati edukasi dari beragam media mengenai pencegahan, penanggulangan dan kecilnya dampak kematian yang disebabkan COVID-19 yang hanya mencapai angka 2-3%, kepanikan masyarakat mulai mereda. Walau demikian kepanikan masyarakat tidak hilang karena antivirus atau vaksin corona ini masih belum tersedia di Indonesia. Presiden terus berupaya pada penanggulangan dan meminimlisir dari dampak virus ini. Bukti nyatanya adalah dengan memesan 2 juta obat Avigan dan 3 juta obat Klorokuin yang disinyalir dapat membantu penyembuhan pasien corona.

Untuk mencegah penyakit ini semakin meluas kita harus melakukan persiapan. Lalu yang menjadi pertanyaannya adalah persiapan yang seperti apa yang harus dilakukan? Tentu hal tersebut sudah banyak sekali ditampilkan di internet maupun media pemberitaan yakni upaya penerapan pola hidup sehat, mengkonsumsi asupan vitamin dan kebutuhan lainnya, pembiasaan mencuci tangan yang benar, penggunaan masker, pembuatan hand sanitizer mandiri, dan sosial distancing Hal terpenting adalah jangan panik, namun harus tetap merasa bahagia dan juga perlu tetap menjaga kewaspadaan. Kepanikan dan ketakutan yang berlebihan akan membunuh perasaan bahagia seseorang. Faktor yang sering kali luput dalam menghadapi pandemi COVID-19 ini adalah faktor psikologis. Edukasi melalui beragam media mengenai COVID-19 ini telah disampaikan. Kita telah memahami bagaimana pentingnya menjaga kebersihan tubuh, langkah mencuci tangan yang benar, manfaat penggunaan masker, membuat hand sanitizer secara mandiri, menjaga pola hidup sehat dan sebagainya yang keseluruhan hal tersebut bertujuan agar kesehatan diri tetap terjaga. Namun, kadang kita luput bahwa faktor psikologis juga memberi peranan penting bagi kesehatan tubuh.

Salah satu hasil penelitian PNI (Psiko-Neuroimunologi) dipublikasikan di New England Journal of Medicine pada 1991. Sekelompok ilmuwan mengadakan survei kepada sejumlah orang yang diminta memakai obat semprot hidung. Beberapa dari obat tersebut mengandung virus demam ringan dan sisanya hanya mengandung garam. Para objek penelitian tidak tahu kandungan mana yang mereka dapatkan. Hasilnya, mereka yang pikirannya stres mengalami gejala flu. Di sisi lain, mereka yang tidak terlalu stres dapat melawan virus tersebut, terlepas dari usia, berat badan, pola diet, dan faktor lainnya. Para ilmuwan semakin memahami mengapa stres bisa membuat kita gampang sakit. Studi PNI menunjukkan kondisi emosional seperti stres, takut, atau marah akan mengirimkan sinyal ke kelenjar utama dalam tubuh untuk memproduksi hormon seperti kortisol, adrenalin, dan epinefrin. Hormon-hormon inilah yang memberitahu sel dalam tubuh kapan waktunya Anda untuk bekerja atau beristirahat, bahkan untuk berkelahi atau lari. Hasilnya, tubuh akan 'melupakan' sejenak tugas untuk mencerna makanan atau melawan penyakit supaya tekanan darah Anda naik dan dapat terus berlari kencang. Namun, berapa dari Anda yang perlu berlari menyelamatkan diri dalam kehidupan sehari-hari? Kegiatan berat seperti itu kini tergantikan rasa takut yang tak ada habisnya seperti takut gagal, takut dipecat, dan lain sebagainya. Tubuh kita terus-menerus bekerja dengan maksimal, hingga Anda akan jatuh sakit. Mengapa demikian? Alasannya, di waktu Anda bekerja, tubuh Anda melupakan virus atau bakteri infeksi yang masuk ke dalam tubuh, agar Anda bisa tetap bekerja alias melawan stres.

Virus tersebut baru akan dibasmi ketika tubuh punya waktu untuk melambat, yaitu saat liburan. Kabar baiknya, tubuh pun dapat memproduksi hormon yang menguatkan imun tubuh ketika Anda merasa gembira atau santai. Contohnya adalah serotonin, dopamin, relaksin, atau oksitosin. Ketika hormon-hormon ini masuk ke aliran darah, mereka akan mengirimkan sinyal agar tubuh menciptakan lebih banyak sel imun. Bahkan tertawa selama lima menit akan secara signifikan meningkatkan jumlah sel darah putih yang berfungsi untuk membunuh sel penyakit.

Lalu mengenai kebijakan pemerintah terkait liburnya kegiatan belajar mengajar tatapmuka di sekolah baru-baru ini tidak sama dengan liburan pada masa akhir sekolah, sebab kebijakan tersebut dimaksudkan untuk meminimalisir kegiatan yang bersifat ramai agar dapat menekan terjadinya kontak fisik yang dapat berkecenderungan terjadinya penyebaran COVID-19. Yang sungguh disayangkan adalah masih banyaknya masyarakat yang menggunakan liburan ini sebagai ajang travelling dan hangout di tempat-tempat ramai yang berkencederungan memiliki resiko tinggi dalam penyebaran COVID-19. Sebetulnya, masih banyak hal menarik yang dapat dilakukan dalam mengisi kebosanan di rumah, seperti: berenang, gym, menggambar, bernyanyi, bermain permainan tradisional (congklak, bekel dll), bermain e-sport, bermain truth or dare dan permainan-permainan seru lainnya yang memberikan dampak positif bagi kemampuan psikomotor, kognitif dan afektif serta bahkan memberikan dampak positif pada keeratan hubungan keluarga.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Rasa Bahagia Membuat Tubuh Sehat?", https://sains.kompas.com/read/2014/08/13/150547723/Mengapa.Rasa.Bahagia.Membuat.Tubuh.Sehat..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Betul...betul..Karena saya mengalaminya ketika di vonis harus di oprasi usus besar tidak bisa bertahan hidup, saya berpikir yang menghidupkan dan mematikan bukan analisa dokrer, saya yakin Alloh lebih kuasa atas kehidupan mahluknya, dengan keyakinan itu saya semakin semangat untuk cepat sembuh dan Alhamdulillah tanpa oprasi & bonus usia 100% sampai sekarangNikmat mana lagi yang kau dustakanJazakallohu khairan katsiran Teruslah menginspirasiSulses selalu salam kenal dari kota TasikBarokallohu

21 Mar
Balas

Alhamdulillah, Terimakasih ibu telah share pengalaman kehidupannya, semoga semakin menguatkan artikel ini dan memberikan inspirasi bagi yang lainnya. salam balik dari kota Karawang. May Allah SWT give us a healthy. Amin Allahuma Amin

23 Mar



search

New Post