Nanti kalo kamu diberi kesempatan menjadi ibu, hargailah setiap usaha anakmu untuk membantu. Entah itu hanya sekedar menyapu lantai atau halaman, melipat baju, atau mencuci piring. Hargailah, meski hasilnya jauh dari apa yang diharapkan. Karena itu adalah proses pembelajaran baginya, karena itu adalah tanda ia peka terhadap urusan-urusan rumah tangga. Jangan sampai kamu menghancurkan kepekaannya dan kesediaannya membantu dengan mengatakan 'udah! nanti ibu aja yang beresin, percuma diberesin sama kamu kalo masih berantakan kayak gini' dengan nada tinggi. Nanti anakmu jadi sedih, nanti dia gak mau lagi bantu-bantu, sebab usahanya tak pernah dihargai.

Meski ini adalah bentuk kasih sayang, tapi jika disampaikan dengan cara yang salah, maka anak akan salah pula dalam memahaminya. Kalo mau, bicaralah baik-baik, beritahu ia cara yang benar dalam melakukannya. Bukan langsung menyalahkan dan menyuruh untuk tidak melakukannya lagi. Jika begitu dari mana ia belajar mandiri? Sedangkan orangtuanya sendiri tak pernah memberi kesempatan untuk ia mengeksplorasi diri. Urusan menghargai dan mengapresiasi ini bukan hanya berlaku kepada anak ya, tapi menurut saya juga bagi semua orang. Sepele memang, tapi kadang sulit untuk dilakukan. Kita seringnya fokus pada titik hitam daripada putihnya kertas. Sehingga biasanya langsung mengomentari kesalahannya.