Lisanmu Cerminan Hatimu
Semakin hari, semakin banyak ku saksiakan orang-orang yang terpeleset lidahnya. Seenaknya mengeluarkan perkataan tanpa terlebih dahulu berpikir. Mungkin bagi mereka itu biasa saja, tapi sungguh perkataan itu tak baik untuk didengar. Maaf, aku katakan ini bukan berarti aku juga orang yang baik, bukan. Tapi aku hanya tak enak mendengarnya. Rasanya miris mendengar itu.
Kerap kali aku saksikan bocah-bocah kecil yang sedang main game melontarkan kata-kata yang tak pantas di dengar. Ngilu rasanya mendengarnya. "Ya Allah, anak sekecil itu sudah berani-beraninya mengatakan hal-hal yang tak lazim." gerutuku dalam hati. Kata-kata bukan hanya yang kita lontarkan dengan lisan kita. Tapi juga apa yang kita tulis di media sosial. Termasuk balasan chat yang kita ketik di WA. Itu juga kata-kata. Jadi bijaklah dalam mengeluarkannya. Sebab perkataan adalah cerminan hati seorang hamba. Aku hanya teringat seorang guruku yang saat menjelaskan sesuatu dan beliau harus menyebut kata "gila", beliau mengucapkan maaf terlebih dahulu dan terlihat merasa bersalah saat mengucapkan itu. Ada pula guru ku yang begitu teduh, menjaga, tawadhu karena keilmuwannya, saat ada hal-hal sepele yang menurutku itu pantas untuk dijadikan lelucon dan bahan tertawaan, beliau tak melakukan itu, beliau begitu tenang dan datar saja. Jika bercanda, beliau melontarkannya dengan ilmu. Maa syaa Allah, betapa beruntungnya ia yang lisannya terjaga. Menandakan bahwa ialah pemilik hati yang baik.
Yahya bin Muadz bekata: “Hati ini adalah periuk yang memasak segala sesuatu yang ada di dalamnya. Dan lisan adalah penutupnya. Maka lihatkah orang itu ketika ia berbicara. Karena lisannya menggambarkan apa yang ada dalam hatinya, yang manis yang asam lisannya akan menggambarkan isi hatinya. Sebagaimana halnya lidah dapat merasakan hakikat dan rasa makanan yang ada di dalam periuk.” Yunus bin Ubeid juga mengatakan: ”Tidaklah aku mendapatkan seorang yang rusak pada lisannya, melainkan aku dapatkan pada seluruh amalannya, jika perkataannya rusak maka rusak juga amalnya”.
Berkenaan dengan ini, ada sebuah kisah menarik yang termaktub dalam Tafsir al-Qurtubi. Dikisahkan tentang Luqman al-Hakim. Suatu ketika Luqman diminta oleh seseorang untuk menyembelih domba. Dan dia meminta kepada Luqman dua bagian dari tubuh domba tersebut yang paling baik. Kemudian Luqman memotong domba tersebut dan mengambil hati dan lidahnya.
Di waktu yang sama, juga ada orang lain yang meminta kepada Luqman untuk disembelihkan domba, dan meminta kepadanya untuk membuang dua bagian dari tubuh domba tersebut yang paling buruk. Kemudian Luqman mengambil hati dan lidahnya. Menyaksikan kejadian itu, kedua orang tersebut heran. Di mana Luqman mengambil bagian yang sama pada permintaan yang berbeda. Keduanya pun mengajukan pertanyaan kepada Luqman.
Luqman menjawab : ”Tidak ada pada anggota tubuhnya yang paling baik dari keduanya jika keduanya baik, dan tidak ada yang lebih buruk dari anggota tubuhnya jika keduanya buruk”. Dari kisah di atas kita bisa mengambil pelajaran bahwa hati dan lisan sangat mempengaruhi seluruh anggota tubuh kita. Maka benarlah hadits Nabi SAW, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diam.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar