Kudriah

Perempuan yang memiliki hobi membaca semesta dan buku, juga menulis. Dengan nama pena yang sering dipakai yaitu Pena Almujahidah....

Selengkapnya
Navigasi Web

Surat untuk Anak Didik

Untuk seorang guru, bagaimana pun keadaan anak didik kita, tak pantas kita menilainya dengan asumsi negatif. Senakal-nakalnya anak didik kita, kita harus meyakini bahwa di waktu yang akan datang ia akan menjadi anak yang baik. Sebab masa depan tak pernah ada yang tahu. Jangan sampai karena sikap-sikap tidak baik dari seorang anak didik menjadikan kita buta untuk memandang sisi baik dari dirinya. Tugas kita adalah tetap sabar membimbingnya dan mendo’akan kebaikan untuknya, dan memperlakukannya dengan baik. Semoga kebaikan-kebaikan itulah yang akan membuatnya tersadar suatu saat nanti. Bukankah kebaikan yang tulus mampu meluluhkan hati?

Saya pernah ditugasi untuk membimbing ngaji seorang anak yang sulit untuk diatur. Ketika sang anak dibetulkan bacaan Al-Qur'annya, ia selalu mengelak dan membentak bahkan berani main fisik. Namun, karena saya teringat perjuangan guru dari Hellen Keller yang begitu sabar membimbingnya, meskipun Hellen Keller adalah seorang anak tuna netra, tuna rungu dan tuna wicara dan juga termasuk anak yang hiperaktif, maka saya berusaha untuk bersabar menghadapai anak tersebut. Meski tak jarang saat selesai sesi pengajaran itu saya menangis. Dalam kekalutan itulah saya menuliskan surat yang saya simpan sendiri.

Aku akan sabar, Nak. Meski kau belum dapat memahami penjelasanku saat ini. Meski aku telah menjelaskan berulang kali, aku tak akan menyerah. Sebab aku percaya bahwa suatu saat kau akan memahaminya, bahkan dengan pemahaman yang lebih luas.

Aku paham, untuk anak seusiamu, penjelasanku ini terlalu rumit. Karena aku sendiri baru memahami banyak hal setelah dewasa. Aku justru cemburu padamu, yang dapat mengetahui sebuah teori di usiamu sekarang ini. padahal aku baru mengetahuinya beberapa tahun yang lalu. Tak apa jika kau belum bisa mempraktekan apa yang aku jelaskan. Sebab, sekali lagi aku katakan bahwa kau akan memahaminya dan dapat mempraktekannya suatu saat nanti.

Nak, ada hal-hal yang baru dapat kita pahami setelah kita dewasa. Meski sejak kecil kita telah mendengar tentangnya, namun itu hanyalah lintas lalu. Semakin kita dewasa, pemahaman kita akan sesuatu akan lebih dalam, dan itulah yang akan membuat kita lebih bijaksana dalam menyikapi sebuah problema.

Nak, juga ada bahasa cinta yang akan kita pahami setelah kita dewasa. Bahwa ternyata omelan-omelan ibu adalah tanda kasih sayangnya. Bahwa ternyata di balik diamnya bapak tersimpan banyak cinta. Saat kecil dulu, kita mungkin menerjemahkannya dengan salah. Menganggap ibu tak menyayangi kita, menyangka bapak tak pernah peduli terhadap kita.

Saat ini, kau selalu menghindar saat aku datang untuk mengajarimu pelajaran. Kau mungkin belum paham mengapa kau harus rajin belajar, membentak saat kesalahanmu enggan diluruskan. Tapi ketahuilah Nak, aku akan tetap bertahan mengajarimu banyak hal, karena aku yakin bahwa kau akan memahami dengan pemahaman yang lebih baik dariku. Aku bersyukur dengan kemauanmu tetap hadir belajar meski terpaksa. Tetaplah begitu. Suatu saat nanti keterpaksaan itu akan luruh sendiri, dan ketulusan hati akan datang mendorongmu untuk belajar yang lebih giat lagi. Semoga, suatu saat kau mampu menyelami makna dari proses ini setelah dewasa nanti.

Dariku,

Gurumu yang menginginkanmu terus maju

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post