Character Building
Character building atau membangun karakter adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina, memperbaiki dan atau membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlaq manusia sehingga menunjukkan perangai dan tingkah laku yang baik. Untuk Membangunan karakter tidak terlepas dari yang namanya keteladanan.
Keteladanan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam mendidik, membina dan sebagainya. Dalam berdakwah sebelum kita mengajak orang lain, yang lebih utama adalah kita melakukannya terlebih dahulu sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 125 yang artinya “ Ajaklah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik…..” maksud dari ayat ini adalah pengajaran yang baikpun tidak akan berjalan kalau tidak ada teladan. Sebagaimana saat perjanjian Hudaibiyah yang saat itu hasilnya mengecewakan umat islam, lalu Rasulullah SAW menyuruh para sahabatnya untuk bercukur dan menyembelih hewan qurban, dan yang terjadi adalah para sahabat saat itu tidak mau karena hasil perjanjian yang mengecewakan mereka, lalu Rasul berbicara tentang hal tersebut kepada istrinya Ummu Salamah, dan Ummu Salamah berkata “ Wahai Rasul mengapa engkau tidak keluar tenda lalu bercukur dan menyembelih hewan qurban” , lalu Rasul melakukan apa yang Ummu Salamah katakan dan kemudian hal tersebut membuat para sahabat malu dan segera melakukannya dan mengikuti Rasul. Ini artinya yang paling utama dan paling penting adalah mentransfer keteladanan.
Selain keteladanan, hal penting dalam membangun karakter diri adalah menghargai diri sendiri, kita harus mensyukuri apa yang Allah berikan kepada kita dan memaksimalkan potensi yang kita punya. Menghargai diri bukan berarti egois, membuat kita sombong, akan tetapi menghargai diri itu adalah ketika kita mampu menilai secara adil diri kita. Setiap orang memiliki kelebihan yang berbeda2, ketika kita merasa orang lain lebih hebat dari kita dalam hal akademis misalnya, sebenarnya kita pasti memiliki kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh orang lain. Karena perbedaan itu, kita sebenarnya bisa saling bersinergi. Seperti misalnya, dalam sebuah organisasi, teman kita sangat jago untuk menyusun acara yang menarik, dan kita gak bisa sejago dia dalam menyusun acara yang menarik, tapi kita lebih jago dari dia dalam membuat LPJ. Dengan fokus terhadap apa yang kita bisa, kita bisa saling bersinergi dan membangun kerjasama yang baik. Selain itu, menetapkan prinsip hidup juga merupakan hal penting dalam membangun karakter diri. Ketika kita memiliki prinsip, maka kita tidak akan mudah goyah.
Cara untuk membentuk karakter diri yang lain adalah berdamai dengan masa lalu, masa lalu adalah bukanlah hal untuk dilupakan akan tetapi untuk dijadikan pelajaran, untuk kita dijadikan sebagai tolak ukur apakah kita sudah lebih baik dari sebelumnya. Masa lalu erat hubungannya dengan waktu, karena waktu adalah suatu hal yang pasti, maka yang harus kita lakukan adalah mengendalikan, mengontrol diri kita sendiri untuk bisa memanfaatkan waktu yang kita miliki dengan sebaik-baiknya.
Hal penting lain dalam membangun karakter adalah sopan santun. Sopan santun merupakan hal yang utama, karena dengan sopan santun kita bisa lebih dihargai, disukai, disegani oleh orang lain. Selain itu, kita harus punya kesabaran untuk membentuk karakter diri, kesabaran merupakan amalan yang pahalanya tidak terbatas.
Kita juga harus memiliki skill decision making, skill membuat keputusan untuk membangun karakter diri kita, kita harus tegas terhadap diri sendiri. Ketika kita tidak bisa tegas sama diri sendiri maka kita tidak akan bisa tegas kepada orang lain dan bahkan hidup kita sendiri. Selain itu komitmen juga penting sekali, ketika kita tidak memiliki komitmen dalam diri, maka kita tidak akan bisa membangun karakter apapun. Dan ketika kita ingin memiliki kebiasaan yang baru, maka kita perlu repetisi, repetisi tidak akan terjadi jika tidak ada komitmen.
Dari point-point di atas, dalam membentuk karakter diri yang penting adalah kita mampu membaca potensi diri sendiri. Untuk bisa membaca potensi diri, bisa dengan cara mengenali diri sendiri ataupun bertanya kepada keluarga, teman, ataupun kerabat yang memahami kita. Dan dengan membangun karakter tersebut diharapkan kita bisa menjadi manusia yang berakhlaqul karimah.
Oleh: Aida Nur Tsalsabila
MAHASISWA STEI SEBIKonten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar