PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI DALAM BELAJAR DAN BERMAIN MEDIA PUZZLE ANGKA
Peran guru dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak sangat menentukan
kemampuan mngenal angka pada anak. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan
mengenal angka yaitu menggunakan media puzzle. Melalui media puzzle tersebut anak dapat
mengenal angka melalui bentuk dari angka.Puzzle adalah salah satu bentuk permainan yang
didalamnya ada kegiatan membongkar dan menyusun kembali kepingan-kepingan suatu
gambar menjadi bentuk gambar yang utuh. Kemampuan mengenal lambang bilangan/angka
anak akan berkembang karena pada puzzle yang dimainkan oleh anak, anak diperintah
dengan menyebutkan yang terdapat pada puzzle angka yang terdiri dari angka 1-10 sehingga
anak lebih mudah mengenal lambang bilangan/angka.Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1)
Untuk mengetahui pengaruh permainan puzzle angka terhadap kemampuan berhitung pada
anak. 2) Untuk mengetahui pengaruh permainan puzzle angka terhadap kemampuan
mengenal warna pada anak. 3) Untuk mengetahui pengaruh permainan puzzle angka terhadap
kemampuan mengenal angka pada anak.
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan
berfungsi, sehingga dapat berfikir. Perkembangan kognitif adalah proses dimana individu
dapat meningkatkan kemampuan dalam menggunakan pengetahuannya.Kognisi adalah fungsi
mental yang meliputi persepsi,pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah. Istilah
kognisi (cognition) dimaknai sebagai setrategi untuk mereduksi kompleksitas dunia. kognisi
juga dimaknai sebagai cara bagaimana manusia menggambarkan pengalaman mengenai
dunia dan bagaimana mengorganisasi pengalaman mereka.
Anak Usia Dini adalah anak dengan rentang usia 0-6 tahun (Permendiknas, 2010). Anak
merupakan generasi penerus serta investasi bagi masa depan bangsa sehingga pendidikan
untuk anak usia dini sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap Negara. Menurut Harun
Rasyid (2009:64) anak usia dini merupakan usia emas atau the golden age yang sangat
potensial untuk melatih dan mengembangkan berbagai potensi multi kecerdasan yang
dimiliki anak. Multi kecerdasan tersebut dapat dikembangkan dengan adanya pendidikan
anak usia dini.Sejalan dengan hal tersebut, Yuliani Nurani Sujiono (2001:54)
mengungkapkan pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya pengasuhan
dan pendidikan pada anak dengan menciptakan suasana dan lingkungan di mana anak dapat
mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan untuk mengetahui dan memahami
pengalaman belajar yang diperoleh dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan
bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan
kecerdasan anak.
Johnsonn (2008) mengemukakan bahwa bermain merupakan cara anak-anak belajar
tentang diri sendiri dan dunia dimana mereka berada. Dalam proses bermain, anak-anak akan
menguasai situasi secara akrab, dan mereka dapat belajar menguasai hal yang baru
kecerdasan dan kepribadian mereka berkembang, begitu pula fisiknya. Bermain pada usia
dini mempunyai fungsi untuk mengembangkan keterampilan, eksplorasi realitas dan
penguasaan kecemasan. Bermain imajinatif menjadi wahana (vehicle) penting untuk
memahami dunia sekitarnya serta dapat memfasilitasi perkembangan kognitif, sosial-
emosional dan aspek perkembangan lainnya.
Essa (2012) mengemukakan bahwa adanya teman untuk bermain menjadi sangat penting
karena bermain adalah kegiatan sosial yang sangat penting bagi mereka dan mereka
menikmati kegiatan ini. Dalam membangun pengetahuan anak tidak terlepas dari peranan
guru agar tujuan belajar tercapai maka di butuhkan guru yang profesional dan kreatif.Media
puzzle adalah media permainan anak yang menarik dan menyenangkan akan meningkatkan
kemampuan kogntif anak.
Guru hendaknya memiliki kemampuan merencanakan alat permainan untuk pendidikan
anak usia dini, karena alat permainan yang dirancang dengan baik akan lebih menarik dari
pada alat yang tidak didesain dengan baik sebab anak usia dini biasanya menyukai alat
permainan dengan bentuk yang sederhana dan tidak rumit yang disertai dengan warna dan
bentuk yang menarik yang salah satunya adalah media puzzel.Dengan menggunakan media
puzzle kemampuan kognitif anak akan tercapai misalnya mengklasifikasikan benda
berdasarkan warna atau bentuk atau ukuran , mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok
yang sama atau kelompok yang sejenis atau kelompok yang berpasangan dengan 2 variasi
dan kemampuan berpikir untuk memecahkan permasalahan yang sederhana (Permendiknas
No.58 Tahun 2009).
Keterampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan untuk belajar dan memecahkan
masalah. Puzzle adalah media yg menarik bagi anak karena anak usia dini menyukai bentuk
gambar dan warna yang bagus dan menarik. Dengan bermain puzzle anak mencoba
memecahkan masalah dengan merangkai kembali kepingan puzzle yang sudah diacak
sekaligus menghitung jumlah kepingan puzzle secara urut sesuai dengan tulisan angka
disetiap kepingan puzzle tersebut.Dengan demikian anak dapat berhitung dari angka 1-10,
mengenal konsep angka 1-10, dan dari tulisan angka tersebut anak dapat mengetahui bentuk
angka pada puzzle sehingga anak dapat menulis angka 1-10.Oleh karena itu peneliti
menggunakan media puzzle sebagai media yang dapat mewakili media lainnya yang terdapat
disekolah. Puzzle digunakan untuk mengenalkan angka kepada anak agar anak bisa menerima
dan fokus pada pembelajaran, serta tidak mudah bosan. Disamping itu, penggunaan media
puzzle diharapkan agar anak dapat mengenal angka.
Media merupakan suatu alat yang digunakan atau dimanfaatkan untuk merangsang daya
fikir, perhatian, perasaan, dan kemampuan anak. Dengan demikian kita bisa memahami pula
bahwa media yang digunakan haruslah mampu membawa anak kepada dunia mereka. Dunia
anak adalah dunia yang bebas dan murni untuk menciptakan berbagai hal yang kreatif,
berekspresi, bermain, dan belajar. Jikapun akan mengajarkan belajar baca, tulis, dan
berhitung bagi anak maka harus melalui kegiatan yang menyenangkan dan tidak formal,
sehingga dirasakan sebagai sebagian dari kegiatan bermain.
Anak TK perlu belajar secara konstruktif, terus menerus mengembangkan kemampuan
melalui permainan, melalui hal konkrit yang dapat dijangkau panca indra anak secara dekat.
Sehingga ia mampu mendorong terjadinya proses belajar mengajar pada diri anak.
Pemahaman disini tidak hanya terbatas kepada sarana dan wahana fisik untuk menyalurkan
pesan melainkan juga mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia, dan metode yang
dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran.
Media Pembelajaran PAUD adalah semua hal yang dapat digunakan sebagai penyalur
pesan dari pengirim ke penerima untuk merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat,
serta perhatian anak sehingga proses belajar terjadi.Peran media dalam pembelajaran
khususnya dalam pendidikan anak usia dini semakin penting mengingat perkembangan anak
pada saat itu berada pada masa berfikir konkrit. Media dalam proses pembelajaran dapat
mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan
dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.
Menurut Asnawir, 2002:19-25 media pengajaran digunakan dalam rangka upaya
peningkatan atau mempertinggi mutu proses kegiatan belajar-mengajar yang akan dillakukan
disekolah. Media adalah suatu benda yang tidak bisa lepas dari pembelajaran anak usia dini
sebagaimana media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki
oleh anak usia dini. Pengalaman tiap anak berbeda-beda, tergantung dari kejadian-kejadian
yang alami oleh anak. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika anak
usia dini tidak memungkinkan dibawa ke objek langsung yang dipelajari, maka objeknyalah
yang dibawa ke pada anak usia dini. Objek dimaksud bisa dalam bentuk nyata,miniatur,
model, maupun bentuk gambar-gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial
(Rohani ahmad, 1997:32).
Menurut Patmonodewo (Muzammil,2010) kata puzzle berasal dari bahasa inggris yang
berarti teka-teki atau bongkar pasang. Media puzzle merupakan media sederhana yang
dimainkan dengan bongkar pasang. Berdasarkan tentang media puzzle dapat disimpulkan
bahwa, media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang
kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan
puzzle berdasarkan pasangannya.Menurut Jatmika Nur (2012:25) puzzle adalah permainan
yang menarik bagi anak. Sebab pada dasarnya, anak menyukai bentuk gambar dan warna
yang menarik. Pada tahap awal mengenal puzzle, anak munkin mencoba menyusun gambar
puzzle dengan cara memasang bagian-bagian puzzle tanpa petunjuk. Dengan sedikit arahan
dan contoh, maka anak dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya dengan cara
mencoba menyesuaikan bentuk, warna, atau logika.
Menurut Yulianti I (2011:42) alat permainan puzzle sudah bukan permainan asingbagi
anak-anak. Biasanya anak-anak akan senang menyusun dan mencocokkan bentuk dan
tempatnya. Anak-anak akan suka mainkan puzzle dengan berbagai macam gambar yang
menarik.
Sedangkan menurut Saropah (2015:5) puzzle diyakini sebaga media yang tepat karena
merupakan permainan yang sangat populer, sudah biasa dimainkan oleh anak-anak. Kegiatan
bermain puzzle bertujuan melatih koordinasi mata, tangan,dan pikiran anak sehingga
mendorong anak untuk lebih antusias saat mengikuti pembelajaran.
Menurut Sobachman (dalam Masruroh 2014:13) berpendapat bahwa, permainan puzzle
adalah permainan yang terdiri atas kepingan-kepingan dari satu gambar tertentu yang dapat
melatih kreatifitas, keteraturan, dan tingkat konsentrasi. Bermain puzzle dapat dilakukan oleh
anak-anak hingga anak belasan tahun, tetapi tentu saja tingkat kesulitannya harus disesuaikan
dengan usia anak yang memainkannya. Pada permainan puzzle anak akan mencoba
memecahkan masalah, yaitu menyusun gambar. Pada tahap awal mengenal puzzle, mereka
mungkin mencoba untuk menyusun gambar puzzle tanpa petunjuk. Namun, dengan sedikit
arahan dan contoh, maka anak akan dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya dengan
cara mencoba menyesuaikan bentuk, menyesuaikan warna atau logika.
Alat permainan edukatif yang sesuai dengan perkembangan anak usia dini akan
memberikan perasaan senang dan aman serta merangsang anak untuk melakukan kegiatan
sehingga anak betah di lembaga pendidikan anak usia dini (Cucu Eliyawati 2005: 121). Jadi
kesimpulan dari peneliti bahwa Alat permainan edukatif yang baik akan lebih menarik untuk
anak dari pada alat permainan yang tidak didesain dengan baik, sebab anak usia 4-5 tahun
biasanya menyukai alat permainan dengan contoh yang sederhana dan tidak rumit serta
berwarna terang salah satu contoh permainan yang menarik yaitu permainan puzzel, karena
puzzel dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak, sebab anak akan berpikir bagaimana
puzzel tersebut dapat tersusun dengan rapi sesuai lekuk-lekuk yang sudah ada pada papan
dasar dan dengan puzzel anak dapat mengenal bentuk maupun warna yang ada di puzzel
tersebut.
3.Media Puzzle Angka Mengembangkan kognitif Anak Usia .
Kemampuan kognitif diperlukan oleh anak dalam rangka mengembangkan
pengetahuannya tentang apa yang mereka lihat, dengar, rasa, raba ataupun cium melalui
panca indera yang dimilikinya. Di lembaga RA/TK dan sejenis lainnya, pengembangan
kognitif dikenal juga dengan istilah pengembangan daya pikir atau pengembangan
intelektual. Menurut Sujiono (2014: 1.11) mengatakan bahwa, perkembangan kognitif
mengacu pada perkembangan anak dalam berpikir dan kemampuan untuk memberikan
alasan. Secara umum kognitif adalah perubahan dalam pemikiran, kecerdasan, dan bahasa
anak. Menurut Piaget (dalam Sujiono 2014:3.3) mengemukakan bahwa, perkembangan
kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan saja,
melainkan interaksi antar keduanya. Otak manusia bekerja menerima informasi,
memprosesnya, kemudian memberi jawaban.
Menurut Piaget (dalam Masruroh 2014:22) mengatakan bahwa, anak dapat membangun
secara aktif dunia kognitif sendiri. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang
mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi).
Dalam proses belajar perlu adaptasi yang membutuhkan keseimbangan antara dua proses
yang saling menunjang, yaitu asimilasi dan akomodasi.
Karakteristik perkembangan kognitif anak usia 5 sampai 6 tahun, yaitu (Ahmad
Susanto, 2014): Menciptakan suatu bentuk dengan menggunakan tanah liat, menyebut dan
membilang angka 1 sampai 20, memahami lambang bilangan, menghubungkan konsep
dengan lambang bilangan, memahami konsep sama dengan, lebih besar dan lebih
kecil, memahami sebab akibat, menunjukkan kejanggalan suatu gambar, mengetahui
asal usul terjadinya sesuatu, menggunakan balok-balok menjadi bahan bangunan,
menyusun kepingan puzzle secara sederhana. Media tersebut hanya mengandalkan
unsur–unsur visual semata dan tidak diikuti unsur lain seperti audio maupun gerak.
Media puzzle yang baik hendaknya mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas
berpikir anak(E. M. Komang, Suami, & Tirtayani, 2016).
Puzzle merupakan salah satu bentuk permainan yang mampu mengasah kemampuan
berpikir, mempermudah anak dalam mengingat dan memahami konsep-konsep, anak
menjadi lebih kreatif dan manfaat bermain puzzle lainnya adalah berdampak pada
perkembangan kognitif anak. Dalam bermain puzzle, anak dituntut bernalar sehingga otak
anak akan terasah.(Yuniati, 2018) Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan
(Iskandarwassid, Dadang Sunendar, 2009). Menurut Dowretsky seperti yang dikutip oleh
Novi Mulyani menyebutkan bahwa bermain merupakan kegiatan yang menimbulkan
kesenangan dan dilaksanakan utuk kegiatan itu sendiri yang lebih ditekankan pada caranya
daripada hasil (Novi Mulyani, 2016).
Jadi Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk
menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses
kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang menandai seseorang
dengan berbagai minat terutama ditujukan kepada ide-ide dan belajar (Ahmad, 2011). Metode
bermain pada hakekatnya dapat membuat pembelajaran menjadi lebih efektif dan
menyenangkan bagi anak. Penggunaan metode bermain agar mampu meningkatkan
perkembangan kognitif anak dalam mengenal bentuk, memerlukan media yang menarik
seperti media puzzle geometri agar dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak dalam
mengenal bentuk secara optimal. Menurut Latif (2013:77) bermain diartikan sebagai
“Suatu aktivitas yang langsung dan spontan, di mana seorang anak berinteraksi dengan
orang lain, benda-benda di sekitarnya, dilakukan dengan senang (gembira), atas
inisiatif sendiri.
Angka memiliki arti sebagai lambang bilangan yang menyatakan nama dari suatu
bilangan tertentu (Abdul Halim Fathani, 2012). Selain itu, ketika mereka bermain puzzle
anak dapat berlatih untuk mengenal bentuk dan bagaimana mereka mengisi ruang kosong
dimana potongan-potongan tersebut di perlukan.(Maghfuroh, 2018) Permainan berhitung
merupakan bagian dari matematika, permainan ini diperlukan untuk menumbuh kembangkan
keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama
konsep bilangan yang merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan matematika
maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar (Hestidias, 2013). Untuk
menentukan gaya kognitif dan soal pemecahan masalah untuk mengukur kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa(Ulya, 2015).
Untuk mengatasi pembelajaran membilang yang membosankan bagi anak usia dini
maka digunakan metode bermain dalam pembelajaran membilang dengan media kartu
angka dengan harapan pembelajaran lebih menyenangkan bagi anak usia dini jika dilakukan
sambil bermain, sehingga membantu pengembangan kognitif anak pada dimensi membilang
pada anak (Fauziddin, 2016).
Jadi, puzzle angka adalah salah satu mainan edukatif terdiri dari kepingan
gambar/angka yang disusun menjadi gambar yang utuh yang dapat mengasah kemampuan
anak dalam memecahkan ragam masalah dan dapat mengembangkan kemampuan logika
matematika. Media puzzle sendiri merupakan alat permainan edukatif yang menyenangkan
yang bisa digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir atau kemampuan
kognitif anak untuk memecahkan masalah(Yulianti, Dahriyanto, & Sugiariyanti, 2018).
Media puzzle dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan guru seperti media puzzle kartu
angka(Reafani, Fatmawati, & Irdamurni, 2018). Permainan puzzle merupakan salah satu
jenis permainan edukatif. Dimana dalam permainan ini anak tidak hanya memperoleh
kesenangan melainkan anak dapat belajar dari alat permainan ini. Bermain puzzle dapat
dilakukan secara bersama-sama orang tua sehingga mampu merekatkan hubungan antara
anak dan orang tua.
Bermain puzzle memberikan tantangan tersendiri bagi anak, disaat anak kebingungan
mencari tiap keping dari susunan gambar disinilah peran orang tua untuk tetap memotivasi
anak agar dia tidak menyerah dan menyelesaikannya sampai selesai. Motivasi orang tua
mampu menumbuhkan rasa percaya diri anak, dia akan merasa bahwa dia pasti bisa
menyelesaikannya. Rasa percaya diri yang dimiliki anak dapat menambah rasa nyaman
pada anak sehingga anak akan lebih aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan lainnya.
Seperti dalam (Dewi, Kamid, & Saharudin, 2019) Pada usia 3-4 tahun, anak menyukai
kegiatan menyusun benda berdasarkan urutan kecil ke besar. Di usia ini anak telah
berada dalam tahap perkembangan berpikir untuk menimbang dan mengukur. Penelitian
sebelumnya.
Keterampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan untuk belajar dan memecahkan
masalah. Puzzle adalah media yg menarik bagi anak karena anak usia dini menyukai bentuk
gambar dan warna yang bagus dan menarik. Dengan bermain puzzle anak mencoba
memecahkan masalah dengan merangkai kembali kepingan puzzle yang sudah diacak
sekaligus menghitung jumlah kepingan puzzle secara urut sesuai dengan tulisan angka
disetiap kepingan puzzle tersebut.Dengan demikian anak dapat berhitung dari angka 1-10,
mengenal konsep angka 1-10, dan dari tulisan angka tersebut anak dapat mengetahui bentuk
angka pada puzzle sehingga anak dapat menulis angka 1-10.Tujuan kemampuan anak
mengenal angka yaitu agar anak lebih mengenal angka secara lisan maupun tertulis serta anak
mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung, sehingga anak dapat lebih siap mengikuti
pembelajaran berhitung pada jenjang yang lebih tinggi.
Manfaat Bermain Puzzle
a. Dapat membantu meningkatkan konmsentrasi anak, ketika bermain puzzle anak dapat
melatih sel otaknya. Serta menyelesaikan potongan gambar atau angka yang tercecer.
b. Terlatih kesabarannya.Kesabaran menjadi tantangan tersendiri bangi anak ketika
menggunakan permainan ini.
c. Melatih sosialisasi. Berkelompok dalam bermain puzzle akan melatih anak untuk
bekerjasama dan sling berinteraksi sehingga dapat melatih social anak.
Manfaat Media Puzzle Angka Manfaat media puzzle angka selain yang sudah di paparkan
diatas antara lain sebagai berikut:
a. Melatih koordinasi mata dengan tangan
b. Melatih logika penyusunan angka
c. Melatih motorik halus serta stimulasi kerja otak
d. Anak dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.
Menurut Yuliani, manfaat penggunaan media puzzle adalah sebagai berikut :
a. Mengasah otak, kecerdasan otak anak akan terlatik karena dalam bermain puzzle akan
melatih sel-sel otak untuk memecahkan masalah
b. Melatih koordinasi tangan dan mata, bermain puzzle melatih koordinasi mata dan
tangan karena otak harus mencocokkan kepingan-kepingan puzzle dan menyusunnya
satu gambar yang utuh
c. Melatih membaca, membantu mengenal bentuk dan langkah penting menuju
perkembangan ketrampilan membaca Melatih nalar, bermain puzzle dalam bentuk
manusia akan melatih nalar anak karena anak akan menyimpulkan dimana kepala,
tangan, kaki, dan lainnya sesuai logika
d. Melatih kesabaran, aktivitas bermain puzzle akan melatih kesabaran karena saat
bermain puzzle dibutuhkan kesabaran untuk menyelesaikan permasalahan
e. Melatih pengetahuan, bermain puzzle memberikan pengetahuan kepada anak-anak
untuk mengenal warna,dan bentuk. Anak juga akan belajar konsep dasar binatang,
alam sekitar, jenis-jenis benda,anatomi tubuh manusia dan lainnya.
Beberapa manfaat tersebut dapat membantu anak dalam mengoptimalkan
perkembangannya terutama perkembangan kognitif dalam belajar dan pemecahan masalah.
Dari manfaat diatas dapat dilihat bahwa media puzzle dapat digunakan sebagai stimulus
perkembangan anak terutama alam perkembangan kognitifnya.
Cara Bermain Puzzle Angka
Seperti biasanya cara memainkan puzzle untuk anak TK tidak begitu sulit. Yaitu
menyusun kepingan kepingan angka kedalam papan yang disediakan cocokan sesuai bentuk
kepingan pada bentuk lubang papan yang kopsong. Dengan demikian diharapkan secara
otomatis anak mengetahuai bentuk bilangan dan urutan hitungannnya 1-10.
Keterampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan untuk belajar dan memecahkan
masalah. Puzzle adalah media yg menarik bagi anak karena anak usia dini menyukai bentuk
gambar dan warna yang bagus dan menarik. Dengan bermain puzzle anak mencoba
memecahkan masalah dengan merangkai kembali kepingan puzzle yang sudah diacak
sekaligus menghitung jumlah kepingan puzzle secara urut sesuai dengan tulisan angka
disetiap kepingan puzzle tersebut.Dengan demikian anak dapat berhitung dari angka 1-10,
mengenal konsep angka 1-10, dan dari tulisan angka tersebut anak dapat mengetahui bentuk
angka pada puzzle sehingga anak dapat menulis angka 1-10.Oleh karena itu peneliti
menggunakan media puzzle sebagai media yang dapat mewakili media lainnya yang terdapat
disekolah.
Puzzle digunakan untuk mengenalkan angka kepada anak agar anak bisa menerima
dan fokus pada pembelajaran, serta tidak mudah bosan. Disamping itu, penggunaan media
puzzle diharapkan agar anak dapat mengenal angka.
Jadi, puzzle angka adalah salah satu mainan edukatif terdiri dari kepingan
gambar/angka yang disusun menjadi gambar yang utuh yang dapat mengasah kemampuan
anak dalam memecahkan ragam masalah dan dapat mengembangkan kemampuan logika
matematika. Media puzzle sendiri merupakan alat permainan edukatif yang menyenangkan
yang bisa digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir atau kemampuan
kognitif anak untuk memecahkan masalah(Yulianti, Dahriyanto, & Sugiariyanti, 2018).
Media puzzle dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan guru seperti media puzzle kartu
angka(Reafani, Fatmawati, & Irdamurni, 2018). Permainan puzzle merupakan salah satu
jenis permainan edukatif. Dimana dalam permainan ini anak tidak hanya memperoleh
kesenangan melainkan anak dapat belajar dari alat permainan ini. Bermain puzzle dapat
dilakukan secara bersama-sama orang tua sehingga mampu merekatkan hubungan antara
anak dan orang tua.
PENULIS
( NURWAHIDAH NASUTION)
DOSEN PEMBIMBING
( HILDA ZAHRA LUBIS, M.Pd )
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar