Pendiam dan Tertutup

#Tantangan_Menulis_Day106

Dulu saya tipikal orang yang cenderung pendiam. Tidak banyak bicara dan juga tidak terlalu open dengan keadaan. Saya sering menghabiskan waktu di rumah atau dilingkungan sekitar sambil gembala sapi. Kerasnya hidup membuat saya menghabiskan paruh waktu untuk belajar, dan separuhnya lagi gembala sapi. Tidak banyak teman yang saya punya.

Ketika menempuh pendidikan di SMP, saya lebih memilih untuk menyendiri. Saya bahkan tidak hafal dengan semua teman satu kelas ketika di SMP. Padahal saya dulu sekolah yang cukup favorit di daerah itu. Terletak di tengah pusat ibu kota kabupaten dan mayoritas anak-anak di sekolah tersebut adalah anak pegawai dan termasuk orang yang memiliki strata ekonomi lumayan. Mungkin tidak banyak yang seperti saya, hanya anak seorang petani yang tinggal di daerah terisolir. Tanpa listrik, tanpa air bersih dan jauh dari keramaian. Namun hal tersebut tidak menghalangi saya untuk bersekolah di pusat kabupaten.

Hari-hari saya habiskan di dalam kelas dan tidak bergaul dengan teman-teman lainnya. Boleh dikatakan saya sulit mendapatkan teman. Dari puluhan siswa dikelas tersebut, palingan teman saya hanya lima orang saja. Tidak jarang juga saya menerima perlakuan kasar dari sebagian teman-teman yang cukup nakal. Bahkan ada juga yang memanfaatkan keluguan saya waktu di SMP. Saat istirahat pun saya lebih sering menghabiskan waktu di dalam kelas. Hal ini menyebabkan saya tidak dikenal dan juga tidak memiliki banyak teman. Mengingat masa itu, jika dibandingkan dengan keadaan sekarang, tentu orang tidak akan percaya bahwa Pendri Guchi yang dikenal sekarang dulunya adalah sosok yang pendiam dan penakut. Tapi itulah hidup, seiring berjalannya waktu akan mengubah cara dan perilaku untuk berproses ke arah yang lebih baik lagi.

#kenangan_masa_lalu