PERMA BAKTI

Adalah saya seorang guru dari Borneo, Anak seorang petani dari Sebuah desa nuuun jauh di pulau sumatera, dekat bukit barisan desa itu terletak. Saya mer...

Selengkapnya
Navigasi Web

TETIBA

#Tantangan Gurusiana Tantangan hari ke-43

TETIBA

Sosok yang selama ini sangat kurindui, yang selama ini sangat kunanti sapaannya, siang ini tiba-tiba menelponku, yang telah beberapa hari ini ingin kutelpon.

“Hallo, Nak. Bagaimana kabarmu?”

Aku selalu kedahuluan dalam menanyakan kabar ibu. Mungkin itulah hati nurani seorang ibu yang kasih sayangnya tidak akan pernah luntur sampai kapanpun. Iabarat pepatah kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang gala, itulah yang sedang aku alami beberapa hari ini. Sejak ku ingin menghbungi ibu, selalu tidak bisa, karena Telepon genggamnya tidak dibawa saat ibu pergi ke kebun atau ke sawah.

Hari ini aku terima telepon dari ibu, dan aku hari ini sesungguhnya sedang sibuk. Namun sesibuk apapun aku ketika ibu nelpon selalu dan akan selalu aku berhenti dari kesibukan itu. Karena aku sadar aku tidak dapat membahagiakan ibu yang jauh di sana, kecuali dengan cepat menerima telponnya saat ibu nelpon. Ibu menanyakan sedang apa aku, sedang sibuk kah? Tanya ibu. Tidak jawab ku, aku sedang santai bu. Ibu di mana ni, di kebun atau di sawah bu?. Ibu ku sedang di kebun setalah beberapa hari tidak ke kebun. Hari ini ibu ke kebun untuk melihat-lihat keadaan kebun yang sedang menunggu masaknya buah kopi.

Menunggu masa panen adalah waktu yang lama dan di sela-sela itu banyak yang harus dilakukan untuk membat hasil panen dapat maksimal. Misalnya mengurangi tunas kopi yang dapat mengurangi asupan makan ke buah. Membersihkan rumput dan gulma yang tumbuh di sekita kopi, dan lain-lain. Telah menjadi kebiasaan ibu setiap pergi ke kebun selalu menyempatkan diri untuk mengelilingi areal kebun, dan sambil berkeliling itulah ibu akan menentukan harus melakukan apa dan dari posisi mana. Karena hari ini yang pertama dilihat adalah pohon-pohon kopi yang di dekat gubuk dan nampaknya sudah waktunya dibersihkan rumput-rumputnya. Maka hari ini ibu memluai dari dekat gubuk.

Di tengah-tengah membersihkan rumput itu, ibu ingat aku dan segera mengubungi aku. Ibu bercerita tentang kenangan bersama ayah yang telah lama meninggalkan ibu. Biasanya ibu dan ayah selalu bersama ketika di kebun, hari ini ibu merasakan kerinduan kepada ayah, dan untuk mencurahkan isi hatinya ibu menelpon aku. Saat ibu bercerita tentang kenangan bersama ayah, aku tak kuasa untuk tidak menangis. Namun aku tidak ingin ibu juga seperti aku yang menangis di sini. Maka sekuat-kuatnya aku menahan tangisku untuk tidak terdengar oleh ibu.

Di tengah-tengah kami bercerita, tiba-tiba ibu bertanya, ini kebun untuk siap nanti?. Mendengar ibu berkata seperti itu, aku tidak ingin menanggapinya secara srius. Aku hanya mengajak ibu bicara tentang hal lain yang berkenaan dengan kebun. Bagaimana keadaan semua kebun ibu di sana apakah semuanya terawat atau tidak. Aku tahu sekarang ibu sendirian, dan agak sulit mengajak orang lain untuk menemani ibu di kebun, karena semua orang juga mempunyai kesibukan sendiri-sendiri. Ternyata ibu masih ingin membicarakan untuk siapa kebun itu nanti. Aku alihkan lagi pembicaraan kami tentang kebun yang ayang diberikan ke cucunya. Ibu bercerita dulu saaat ayah masih ada, ayah telah memutuskan bahwa kebun yang pa;ing bawah akan diberikan kepada cucu dari anak perempuan pertama ayah.

Aku antusias menanggapinya, aku katakana bahwa sesuai pesan ayah dan kesepakatan dengan ibu yang telah lama, maka sebaiknya segera dikasihkan saja, namun dengan beberapa syarat kataku. Syarat pertama bahwa setalah diberikan dengan resmi, maka kebun itu harus dirawat dengan baik, jika dalam waktu 2 tahun tidak dirawat dengan baik, maka akan ditarik kembali dan dikasihkan dengan anak bapak yang lain. Syarat kedua adalah, harus sering ditengok, karena dengan menegok kebun itu artinya sama dengan menengok ibu kalau ibu sedang di kebun, karena ibu sering di kebun sendirian, kaka harus sering ditengok juga. Syarat ketiga adalah jangan dijual, jika nanti suatu saat kebun itu hendak dijual, maka harus dijual ke saudara sendiri.

Mendengan aku mengatakan hal semacam itu, ibu membenarkan, dan ibu minta aku menyampaikan pembicaraan kami tadi ke saudara saya di sana. Aku menyanggupinya dan aku akan sesegera mungkin menyampaikan hal itu kepada saudaraku.

Hari ini aku ternganga mendengar ibu bicara hal warisan. Aku berbaik sangka karena ibu ingin merawat satu kebun saja supaya lebih terawatt dengan bai. Jika terlalu banyak, maka khawatir tidak terawat dengan baik. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan kekuatan kepada ibuku yang telah semakin tua. Ibu sehatlah selalu dan kuatlah selalu. Aamiin

Tanggal 26 Februari 2020

Tantangan gurusiana hari ke 43

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post