PERMA BAKTI

Adalah saya seorang guru dari Borneo, Anak seorang petani dari Sebuah desa nuuun jauh di pulau sumatera, dekat bukit barisan desa itu terletak. Saya mer...

Selengkapnya
Navigasi Web

Virus itu Bernama Tantangan

#Tantangan Gurusiana Tantangan hari ke-30

Virus itu Bernama Tantangan

Sejak mendapat tantangan untuk menulis secara konsisten selama sebulan di gurusiana, maka sejak itu pula para penerima tantangan gurusiana mulai melaksanakan dan menjawab tantangan dengan penuh suka cita dan semangat yang membara untuk melawan tangantan itu. Sejak itu pula selalu berusaha untuk menyisihkan waktu menulis walaupun sedikit. Sedikit tulisan tapi sejak tantangan dimulai, semua peserta secara istiqomah menjalankan dan menjawab tantangan itu. Sehingga tidak ada seharipun kecuali menulis di media ini. Banyak macam tulisan bermunculan karena keistiqomahan peserta untuk mendapatkan serifikat birunya. Hal yang sangat wajar ketika telah memulai menulis, maka ide itu selalu ada, walaupun pada awalnya buntu, namun ketika telah berhadapan dengan laptop, maka ide itu datang dan langsung tertuang di lembar demi lembar halaman putih menjadi hitam karena tulisan meliuk-liuk senada dengan alur pikiran masing-masing peserta.

Namun seiring dengan itu ternyata saya berpikir, Hebat sekali tantangan gurusiana ini sehingga sampai menyita waktu demikian banyak peserta dan semua peserta berusaha dengan baik menyelesaikan tantangan pertama ini. Pasti perlu perjuangan yang ekstra, karena nyatanya banyak juga yang harus remidi. Namun apakah remidi itu menjadikan peserta mundur?. Sama sekali tidak, dengan motivasi dari admin dan motivasi dari dalam diri peserta, peserta pun memulai dari hitungan awal lagi. Ternyata di jalan kemudian terjadi “bolong” lagi, apakah kemudian menyerah?, tidak!. Peserta semakin bersemangat untuk mengulang dan memulai tantangan dari hari pertama kembali. Hei…. Itulah motivasi, itulah semangat yang harus selalu ada untuk menyelesaikan tantangan. Tantangan gurusiana telah membangunkan guru-guru di nusantara menjadikan tantangan ini sebagai “triger” untuk menulis. Menulis apa saja tidak ada aturan harus menulis apa, namun konsistenkan untuk menulis. Apakah tulisan itu kemudian dibaca atau tidak oleh orang lain atau peserta lain?, apakah tulisan itu dikomentari oleh peserta lain atau di medsos?. Tidak penting. Tapi kekonsistenan menulis itulah yang dilatihkan oleh tantangan ini.

Demikian hebatnya tantangan ini sehingga semua tersita untuk memikirkan besok akan menulis apa ya?. Aduh koq gak ada ide. Aduh buntu ni pikiran. Apakah itu menyurutkan semangat para peserta? Justru semakin menggila ide-ide itu kemudian bermunculan. Ide-ide itu kemudian menunggu giliran untuk tertuang dalam sebuah tulisan dan diposting di media ini. Mari kita perhatikan sejak tantangan hari pertama sampai hari ini, apakah ada perubahan yang terjadi pada peserta?. Pasti ada, pasti ada insyaallah ada perubahan pada semua peserta. Perubahan apakah itu?. Perubahan untuk mencermati semua fenomena yang terjadi di depan matanya atau apa yang didengarnya, karena itu yang akan menjadi ide tulisannya. Dari semua pengamatan di sekolah, di kantor, di sekililing nya, semua tidakluput dari perhatian sang peserta demi mendapatkan ide tulisan nantinya.

Peserta semua telah berusaha untuk konsisten menulis, berusaha untuk tidak bolong tulisan dalam satu hari pun karena akan mengulang dari hari pertama lagi. Sungguh virus ini telah menjangkiti guru-guru nusantara untuk menulis. Penyebaran virus yang sangat luar biasa cepat dan berdampak sangat signifikan dengan kemampuan guru mengamati setiap kejadian di sekitar. Sampai tingkah laku siswa tidak luput dari perhatiannya, padahal selama ini sebelum mengikuti tantangan ini semua itu terlewatkan begitu saja. Jarang guru memperhatikan tingkah laku siswanya, atau bertanya detail tentang sesuatu dari siswanya. Namun setelah terjangkit virus tantangan ini perhatian kepada siswa menjadi lebih baik dan lebih mendalam. Selama ini tidak pernah memperhatikan lingkungan sekitar, ternyata setalah kena virus ini, guru nusantara semakin jeli memperhatikan kejadian di lingkungan di sekitarnya. Virus ini luar biasa.

Virus tantangan ini sangat dahsyat mempengaruhi kebiasaan guru di Nusantara, bagaiman sejak dulu tidak pernah berupaya untuk mendokumentasikan setiap kegiatan, maka sejak terjangkit virus ini, semua guru jadi mendokumentasikan kegiatan sebagai bahan untuk ditulis. Terkadang tingkah laku kolega di kantor tidak luput dari perhatian guru lain karena itu menarik untuk ditulis sebagai bahan untuk menjawab dan menumbuhsuburkan virus tantangan ini di dalam sanubari para guru. Apakah guru nusantara terganggu dengan jumlah pembaca pada tulisannya?. Tidak ada kata terganggu, namun itu menjadi pelecut untuk berusaha menulis semakin baik dan semakin tertata. Itulah efek kena virus ini, sungguh luar biasa.

Namun apakah kita tidak pernah bercermin, bahwa dahsyatnya penyebaran virus ini tidak pernah kita praktekkan atau belum kita praktekkan ke dalam kegiatan kita dalam memperhatikan tantangan kita sebagai guru?, Tantangan untuk membuat keomentar di jurnal untuk setiap siswa?, tantangan untuk hadir lebih awal di sekolah?, tantangan untuk masuk tepat waktu ke dalam kelas. Atau tantangan lain seperti mengajar yang lebih baik lagi, memperhatikan setiap perkembangan siswa. Itulah tantangan yang harus kita jawab sebagai guru, sebagai pendidik, bagaimana memberikan perhatian dan mendidik siswa-siswi kita sehingga mereka betah di sekolah, betah di kelas, dan betah diajar oleh gurunya. Apakah kita telah konsisten untuk melakukan itu semua sama dengan kita konsisten menjawab tantangan gurusiana?.

Tantangan gurusiaana ini sangat hebat, sehingga semua peserta tidak ada yang mundur atau mengeluh karena harus menulis tiap hari. Tapi apakah di dalam kelas terhadap siswa kita kita pernah berusaha sedemikian rupa sehingga siswa kita paham apa yang kita paparkan di kelas? Dan jika siswa itu belum paham apakah kita juga akan berusaha sehingga siswa tersebut paham?. Kadang perhatian kita kepada siswa menjadi surut ketika siswa tersebut tidak menunjukkan kemajuan yang signifikan. Kita kurang konsisten dalam mengingatkan supaya siswa kita selalu belajar dan berusaha dengan baik, dan jika ada yang kurang faham silakan bertanya kepada gurunya. Apakah setiap hari kita menyapa siswa kita dengan sapaan yang ceria? Apakah kita setiap hari menegur siswa yang melakukan kesalahan? Apakah kita sebagai guru konsisten memberikan nasehat baik kepada siswa kita? Bagi yang belum, mari kita bercermin dengan tantangan yang sekarang sedang kita jalani.

Oleh Sang Pencipta dan Rasulnya?. Kita ditantang untuk konsisten dalam membaca kitab suci. Apakah seperti kita terjangkit virus tantangan gurusiana dalam membaca kitab suci? Semoga saja lebih dari itu. Tapi bagi yang belum bisa konsisten membaca kitab suci, marilah kita sejajarkan atau bahkan kita lebih utamakan karena itulah sesungguhnya tantangan yang hakiki. Tantangan untuk selalu sholat tepat waktu, dan berjamaah, apakah telah pula kita usahakan sedemikian seperti kita berusaha memenuhi tantangan gurusiana?. Jika belum mari kita mulai dari hari pertama lagi dan konsisten untuk itu, karena itulah tujuan tantangan yang sesungguhnya. Piagam atau sertifikat yang ditawarkan oleh gurusiana sangat menggiurkan peserta, tapi piagam yang dapat dipakai untuk menjadi tiket masuk surga kadang kita abaikan. Tiket yang selama ini kita selalu doakan untuk dimudahkan ternyata kalah dengan tiket yang ditawarkan oleh gurusiana. Apa sesungguhnya yang kita harapkan dari tantangan ini? Tidak lain menurut saya adalah perubahan dalam keistiqomahan melakukan sesuatu, dan ketika istiqimah itu telah menjadi karakter kita, maka semua kegiatan kita akan teratur dan lancar. Kapan kita melakukan satu hal kapan pula melakukan hal lain. Virus itu luar biasa oh virus gurusiana menantang.

Virus ini sangat hebat, karena mampu menulari guru di nusantara. Menjangkitkan kesenangan untuk menulis, menumbuhkembangkan bakat menulis guru, bahkan yang selama ini tidak pernah berpikir untuk menulis, terkena virus ini menjadi berusaha untuk menulis dan selalu berupaya untuk memperbaiki tulisannya. Virus ini sungguh cepat menular, guru-guru yang sebelumnya tidak berkeinginan untuk ikut tantangan, karena temannya terkena virus menjadi ikut menulis dan menjadi keranjingan untuk membuat tulisan. Hei, tapi aku malu menulis, karena tata Bahasa dalam tulisanku berantakan, apakah itu menjadi penghalang?. Sama sekali bukan sebuah penghalang, menulislah dan tulisanmu akan menjadi baik seiring dengan semakin banyak menulis dan membaca. Yang selama ini malas membaca, karena kena virus ini menjadi sering membaca untuk bahan tulisan nanti dan nanti. Jangan takut tulisan jelek tidak bertata Bahasa yang baik dan benar, yang penting tuliskan dan tulislah, sampai pada akhirnya tulisanmu akan menjadi baik dengan sendirinya.

Bahasa ku tidak baku, aku malu menulis. Jangan hiraukan Bahasa mu, karena Bahasa akan mengikuti menjadi baik saat semakin banyak tulisamu. Saya pernah dibetulkan oleh admin, atau teman-teman karena judul saya tidak baku, apakah kemudian saya putus asa dan malu sehingga berhenti menjawab tantangan ini?. Malah saya sangat berterima kasih kepada admin atau bapak ibu yang memberi masukan untuk tulisan saya. Perbaikan dalam penulisan adalah sebuah keniscayaan untuk menjadi lebih baik, wong saat kita dulu menulis skripsi atau tesis, ada saat konsultasi dan tulisan kita dicorar-coret oleh pembimbing, apakah kita menjadi marah dan tidak melanjutkan penelitian kita saat itu?. Jika kita berhenti karena teguran atau masukan, maka tidak mungkin sekarang gelar dapat diraih. Jika pada saat mendapat masukan lalu tersinggung dan berhenti menulis, maka itu berarti kita telah menyerah dengan satu peluru saja, sedangkan kita punya persiapan amunisi untuk melawan serangan itu, mengapa kita cepart menyerah?.

Hal positif telah menjangkiti para guru di nusantara, Hal positif itu di antaranya adalah

1) Konsisten dengan apa yang dilakukan, sehingga menyediakan waktu setiap hari untuk melakukannya

2) Tidak berputus asa, sehingga selalu berupaya untuk menulis dengan baik, dan bangkit ketika ternyata lupa atau ketinggalan.

3) “Liar” mencari ide tulisan, ini pulalah yang harus dikembangkan dalam menacri pola pembelajaran yang menyenangkan di kelas, sehingga siswa kita menjadi senang belajar dan betah diajar, serta senang mencari inovasi.

4) Peduli terhadap lingkungan, dengan itulah ketajaman mengambil kesempatan atau mengambil momen untuk menjadi ide tulisan.

5) Merefleksi tantangan menjadi sebuah pemahaman bahwa sesungguhnya tantangan gurusiana ini adalah sindiran untuk kita bawa kepada kegiatan kita sehari-hari baik dalam bidang agama dan social serta keluarga kita, agar selalu istiqomah dalam menjalankan hal-hal kecil naum bermakna.

Virus ini sangat sangat “jahat”, karena telah menjangkiti guru-guru di nusantara, jadilah virus yang selalu membawa perubahan perbaikan dan pada akhirnya semua guru nusantara pintar menulis dan kemajuan pendidikan akan kita dapatkan karena gurunya selalu berinovasi dengan ide-ide “gila”nya. Selamat berkembang “virus tantangan gurusiana”, semoga ada manfaatnya.

13 Februari 2020

Tantangan gurusiana hari ke-30

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post