Petrus Pito, S.Pd., Gr.

Lahir di Lewolera - Lembata, Tanggal 27 April. Aku Hanyalah Seorang Guru di Pelosok Negeri Ini. Aktivitas Sekarang Mengabdi Sebagai Guru Garis Depan, Mengajar ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bapak Porwisi 'Terimakasih Guru-Guru Dari Lao'
Istimewa (Di Depan SMP Negeri 37 Buru)

Bapak Porwisi 'Terimakasih Guru-Guru Dari Lao'

Menjejakkan kaki di dataran Rana merupakan hal yang istimewa bagiku. Akhirnya kesampaian juga mendatangi tempat yang disebut sebagai penjara, namun daya tariknya bagi siapa pun tidak pernah pupus. Termasuk pada diriku.

Ditemani seorang teman guru honor, kami berdua menempati salah satu kamar di rumah milik warga yang sudah disiapkan. Kamar yang kecil namun cukup nyaman untuk menghilangkan rasa lelah yang masih menyengat diriku. Ketika mataku melihat tempat tidurnya, langsung aku merasakan daya tarik yang hebat. Sepertinya tempat tidur itu memamanggilku untuk segera tidur, melepaskan lelah setelah hampir dua belas jam menempuh perjalanan yang jauh. Sementara jam pada layar HP sudah menunjukkan pukul 22.00 WIT.

Sambil berbaring di tempat tidur, kembaliku teringat dengan perjalanan jauh yang baru kami lalui, medan yang sulit, naik turun bukit dan lembah. Guncangan mobil di jalan yang rusak dan berlubang membuat semua tulang badanku sepertinya remuk, belum lagi berdesakan dengan penumpang lain yang ada dalam mobil. Keinginan untuk berkomunikasi dengan keluarga di kampung pun dibatasi dengan tidak adanya jaringan telepon. Aku ternyata telah tenggelam beberapa jam untuk memikirkan semuanya itu. Tiba-tiba aku disadarkan dari pikiran itu ketika dinginnya malam seperti menusuk tulangku. Kembali tanpa dapat kutahan, ujung kaki dan tanganku terasa menggigil. Gigilan itu semakin sering seiring malam yang semakin larut dan terus menghantarku hingga terlelap dalam tidur.

Tidur panjang malam tadi telah meghantarku sampai bangun pagi. Pagi ini, kami harus menuju ke SMP Negeri 37 Buru dan SD Negeri 13 Fena Leisela yang berada dalam kampung Waegrahe untuk melaporkan diri. Walaupun sekolah tempatku bertugas masih di Kampung Kaktuan yang berada di sebelah danau. Namun, aku dengan teman Fani Caniago (yang berasal dari Sanggau - Kalimantan Barat), sesama penempatan di Kampung Kaktuan di SD Negeri 10 Fena Leisela karena berada dalam rombongan itu, maka kami berdua pun turut hadir.

Bergegas kami menuju sungai, berada tepat di pintu gerbang masuk kampung yang tidak jauh dari pemukiman. Di sungai itulah warga kampung setempat bisa mencuci, mandi, mengambil air minum, dan kebutuhan lainnya. Di sana kami bisa mandi, menggosok gigi, dan tidak lupa juga kami membawa dengan jerigen kosong untuk mengambil air yang akan digunakan untuk masak.

Selesai bersiap, kami terlebih dahulu menuju ke SD Negeri 13 Fena Leisela yang berada tidak jauh dari rumah tempat kami menginap. Di sana sudah hadir kepala sekolah Bapak Remon Nacikit, beberapa guru honor dan siswa-siswinya. Beberapa saat di sana, selanjutnya kami menuju ke SMP Negeri 37 Buru yang berada di sebelah utara kampung. Sesampainya di sana, sambil menunggu Kepala Dusun, Kepala kawasan, dan Bapak Porwisi (keduanya, Kepala Kawasan dan Bapak Porwisi adalah pemangku jabatan adat kampung setempat) kami bisa menikmati suasana pagi hari di sekitar sekolah. Bangunan sekolah model panggung, dengan empat ruangan belajar berdiri tepat di pinggir kampung. Siswa sudah berdatangan, kepala sekolah Bapak Frianus Tasidjawa dan beberapa guru honor juga sudah berada di sekolah.

Beberapa saat menunggu, datanglah Kepala Dusun, Kepala Kawasan, dan Bapak Porwisi. Dipandu oleh seorang guru acaranya dimulai. Kepala UPTD, Bapak Abas Salasiwa saat memberikan sambutan, beliau menyampaikan bahwa akan ada guru-guru baru yang akan bertugas di kampung Waegrahi. “Mereka ini adalah Guru Garis Depan yang ditugaskan pemerintah untuk mengajar di Kabupaten Buru, termasuk Kampung Waegrahi di dataran Rana sini”, kata beliau menjelaskan. Selanjutnya Bapak Porwisi dalam sambutannya, beliau mengatakan “Saya sangat bersyukur dengan kehadiran guru-guru baru yang berasal dari lao (tempat jauh) yang rela datang untuk mengajar anak-anak kami”. “Terimakasih juga untuk pemerintah yang mau memperhatikan kami yang ada di dataran Rana ini, dengan mengirimkan guru-guru”. Selanjutnya kami dipersilahkan untuk memperkenalkan diri satu per satu. Selesai acara melaporkan diri, kami pun kembali ke tempat menginap untuk memasak makan siang. Sambil menunggu waktunya kami melanjutkan perjalanan ke kampung Kaktuan.

bersambung...

#GuruPelosok

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post