Indahnya Gotong Royong
Semua orang pasti mempunyai cerita masing-masing. Dan masing-masing cerita pasti berbeda, karena perjalanan hidup orang itu lain-lain. Adakalanya yang memilukan, bahagia bahkan ada yang membuat pikiran kita down ketika kembali mengingat kenangan yang menyedihkan. Yang pasti perjalanan hidup seseorang itu ada dua kemungkinan, bahagia atau sengsara, kaya atau miskin, disegani, atau dicaci, disukai atau dibenci, dan sebagainya.
Tentang hidupku yang bisa dibilang tak seperti kebanyakan orang. Tentang kenangan dengan kawan-kawan, dengan tetangga, dengan alam pedesaan, dengan suasana kampung, dan dengan semua yang pernah bersua denganku. Banyak kenangan yang tak terlupakan. Semua cerita itu pastinya suatu saat nanti akan menjadi kenangan yang tak mungkin dapat terulang.
Seperti kehidupan di kampung. Di kampung, tingkat kepedulian dan kebersamaan sangatlah tinggi. Setiap kali bertemu atau berpapasan dengan masyarakat, pasti akan saling menegur atau menyapa seperti layaknya satu keluarga besar. Dari waktu hampir sebulan yang aku lewati di sana, aku sadar bahwa keindahan yang sebenarnya tidak datang hanya dari pengelihatan atau kesan pertama semata, walaupun aku harus mengakui bahwa pemandangan di sana indah, tetapi keindahan kampung, yang sebenarnya terlihat dari kehangatan dan kekeluargaan yang ditunjukkan oleh masyarakat setempat kepada orang luar seperti kami, walaupun kami berbeda suku, ras, atau agama. Sekarang, aku senang menjadi bagian dari masyarakat kampung Kaktuan.
Sebulan sudah keberadaan kami di kampung Kaktuan. Teman Noviyani yang sebelumnya tidak ikut dalam rombongan kami juga sudah datang. Untuk sementara, ia menginap di rumahnya Ibu Pendeta kampung setempat. Sedangkan aku dengan teman Pak Fani masih di rumahnya bapak Anton. Tidak mungkin juga, kami harus berlama-lama menumpang dengan masyarakat. Karena kami juga tidak ingin kehadiran sekadar menumpang, menjadi beban untuk mereka.
Rumah dinas guru SD Negeri 10 Fena Leisela yang belum di huni, dipinjamkan kepala sekolah untuk bertiga kami tempati. Rumah yang sudah lama dibangun, namun belum pernah ada yang menghuninya. Atas himbauan kepala dusun, meminta bantuan masyarakat untuk membersihkan semak-semak yang rimbun di sekitar rumah, dan mengganti dinding papan yang sebagiannya sudah rusak dimakan rayap.
Segera siang itu juga, setelah bunyi pukulan tifa di rumah bapak Marimu (Marimu : bukan nama orang. Salah satu posisi pemangku jabatan adat kampung setempat) sebagai pertanda akan adanya kegiatan yang melibatkan masyarakat kampung, seluruh masyarakat berbondong tanpa kecuali, semuanya menuju rumah kosong tepat berada di ujung kampung sebelah timur. Terik matahari siang itu, tak mampu mengehentikan semangat mereka. Mereka bahu membahu, membersihkan rumput, meratakan tanah yang di cungkil binatang. Suatu bentuk gotong royong yang bukan slogan semata.
Kami bertiga juga ikut berbaur bersama dengan mereka. Tidak terasa pekerjaan yang awalnya dianggap berat itu dapat diselesaikan juga. Menjelang sore, rumah yang sebelumnya terlihat dipenuhi semak-semak, sekarang sudah bersih dan siap untuk dihuni. Aku sangat terharu bercampur bangga. Walaupun berada di rantau, tetapi seakan berada di kampung sendiri. Suatu pemandangan yang sangat luar biasa.
Matahari mulai condong ke arah barat, sementara waktu sudah menunjukkan pukul 16:00. Rumah sudah tampak berbeda. Beberapa orang tua pun masih bersemangat membereskan sisa-sisa tumpukan rumput yang ada di belakang rumah. Sementara ada beberapa ibu, terlihat sedang menuju ke arah kami, membawa makanan yang akan kami nikmati bersama. Kasbi rebus, pisang rebus, dan keladi rebus. Melihat hal tersebut, aku merasa sangat tersentuh.
Beberapa siswa yang sore itu berada di sekitar rumah, dikomandoi oleh bapak Merimu, mereka serta merta membantu mengangkut barang kami menuju rumah yang baru dibersihkan itu. Satu persatu barang-barang diangkat. Malam itu juga, menjadi malam pertama kami menempati rumah baru. Mulai besok pagi, kami akan memulai kehidupan baru, di tempat yang baru, bersama keluarga baru, di tanah rantau nan jauh.
bersambung...
#GuruPelosok
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semangat pak
Terimakasih Bu, salam Literasi
Keren pak
Terimakasih Bu, salam Literasi
mantul
Terimakasih Bu,