Saatnya Menjadi Orang Super
Kehidupan selalu menyibakkan makna. Penuh misteri dan teka-teki yang sama sekali tak mampu diprediksi. Sebagaimana aku yang sama sekali tak mengira, jika akan mengabdikan diri di tempat terpelosok seperti ini?
Kabut hitam masih menyelimuti kampung. Suasana pagi hari yang dingin, membuat siapa pun pasti akan terus membungkus badannya dengan selimut. Namun aku harus kuat untuk melawan hawa dingin itu. Dari kejauhan tampak beberapa siswa dengan seragam putih-biru sedang menuju ke sekolah. Sebuah bangunan berdiri di pinggir kampung sebelah barat, yang terletak di sepetak tanah yang lebih tinggi dari pemukiman penduduk.
Saat mentari pagi perlahan pelan merangkak naik, menghantarkan mereka sampai pada lingkungan sekolah. Hingar bingar suara mereka sudah terdengar, ada juga yang terlihat lagi sibuk mengumpulkan sampah kertas dan daun-daun pada tempatnya, dan beberapa siswi sedang menyapu di dalam ruangan kelas. Selanjutnya mereka semua sudah berada dan berkumpul di dalam kelas menunggu kedatanganku. Ketika aku tiba, itulah pertanda bahwa pelajaran akan segera dimulai. Tak ada bel pemberitahuan. Semua mereka sudah duduk rapi mengisi bangku yang kosong.
Begitu tiba di sekolah, segeraku panggil semua siswa yang sudah menungguku di dalam kelas. Satu per satu mereka keluar dari dalam ruangan kelas menuju halaman depan sekolah. Ku panggil semua mereka keluar untuk kegiatan apel pagi. Segera mereka berbaris rapi sesuai kelasnya masing-masing dihadapanku. Selanjutnya aku menunjukan salah seorang siswa maju ke depan untuk menyiapkan barisan. Selanjutnya aku menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan dan proses belajar ke depannya. Setelah aku memberikan arahan dan mitovasi pagi itu, datanglah kepala sekolah dan berdiri di sampingku. Selanjutnya beliau memberikan sedikit arahan untuk mereka. Setelah itu, aku meminta salah seorang siswa untuk memimpin doa sebelum masuk ke dalam ruangan kelas.
Setelah mereka masuk ke dalam kelas, kepala sekolah mengajakku untuk ngobrol sebentar. Segera kami berdua bergeser sedikit ke halaman depan sekolah di bawah teduhnya pohon langsat yang rindang. Beliau memulai pembicaraannya. Kalau sekolah ini tidak ada guru, baik honor maupun PNS. Selanjutnya kami berdua sendiri yang akan menjalankan tugas yang terasa amat berat bagiku. Wakil kepala sekolah, wali kelas, semua mata pelajaran yang tidak ada gurunya, administrasi. Tentu, pekerjaan dan tanggung jawab berat menantiku. Aku akan merangkap untuk mengajar semua mata pelajaran. Sebuah pekerjaan berat bukan?
Beberapa saat ngobrol, aku pun minta pamit untuk segera masuk ke dalam ruangan kelas. Senyumku tersungging lebar saat aku memasuki ruangan. Mereka cukup antusias menyambutku. Wajah-wajah polos dan sederhana dengan pancaran cahaya penuh semangat dibalik bola matanya. Mereka memang hanya segelintir, dapat terhitung dengan jari. Namun, keramaiannya mengalahkan 20 anak dalam sekelas. Semangat sekali. Aku terharu.
"Selamat pagi, Anak-anak..." Sapaku pertama kali saat berdiri di hadapan mereka semua yang berkumpul dalam satu ruangan itu. Mereka duduk berpasangan dengan rapi membentuk huruf U. Dan aku berdiri di tengah-tengahnya.
"Pagi, pak guru....." seru mereka dengan semangat. Wajah-wajah berseri itu menyunggingkan senyum dengan lebar. Sangat antusias. "Perkenalan dulu ya, selanjutnya pak guru yang akan mengajar kalian seterusnya. Jadi kalau tak kenal, maka tak......." sengajaku menggantungkan agar mereka melanjutkan peribahasa yang sudah sangat akrab di telinga itu. Namun, tak ada satu pun yang menjawab. Suasana kelas menjadi hening beberapa saat. Langsung aku melanjutkan isi dan maksud dari peribahasa tersebut dan meminta mereka yang terlebih dahulu memperkenalkan diri. Satu per satu mereka mulai memperkenalkan diri hingga selesai.
Seusai perkenalan, kegiatan mengajar pun dimulai. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul setengah 9 pagi. Perkenalan yang sedikit memakan waktu. Tapi, cukup menyenangkan. Masing-masing dari mereka langsung mengeluarkan buku tulis tanpa diminta, sepertinya mereka benar-benar semangat memulai pelajaran.
bersambung...
#GuruPelosok
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap jiwa
Terimakasih Bunda,
mantap pak
Terimakasih Bu,
Mantap
Terimakasih pak Apresiasinya... salam Literasi
Semangat
Terimakasih Bu, salam Literasi