Petrus Pito, S.Pd., Gr.

Lahir di Lewolera - Lembata, Tanggal 27 April. Aku Hanyalah Seorang Guru di Pelosok Negeri Ini. Aktivitas Sekarang Mengabdi Sebagai Guru Garis Depan, Mengajar ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tarian Cakalele BUDAYA BURU (Part 1)
Siswa Sedang Menampilkan Tarian Cakalele

Tarian Cakalele BUDAYA BURU (Part 1)

Sekelumit Pesan di Lekuk TARIAN CAKALELE. Dalam Kegiatan Lomba, Memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 2019.

CAKALELE adalah jenis tarian tradisional yang berasal dari daerah Maluku. Tarian ini umumnya dibawakan oleh para penari pria. Tarian ini cukup terkenal di Maluku dan pulau Buru khususnya. Tarian ini sering ditampilkan diberbagai acara adat maupun hiburan. Pada saat itu, tarian ini dilakukan sebagai tarian perang para prajurit sebelum menuju medan perang maupun sepulang dari medan perang. Selain itu, tarian ini juga sering dijadikan sebagai bagian dari upacara adat.

Cakalele juga dikenal sebagai bagian dari tarian kabesaran. Namun fungsi dan makna tarian Cakalele pada masa sekarang ini, tidak lagi difungsikan sebagi tarian perang, namun lebih sering ditampilkan untuk acara yang bersifat pertunjukan, maupun perayaan adat. Bagi masyarakat Pulau Buru tarian Cakalele dimaknai sebagai wujud apresiasi dan penghormatan masyarakat terhadap para leluhur atau nenek moyang mereka. Selain itu tarian ini juga menggambarkan jiwa masyarakat pulau Buru yang pemberani dan tangguh, hal tersebut bisa dilihat dari gerakan dan ekspresi para penari saat membawakan tarian Cakalele. Pertunjukan tarian Cakalele biasanya dibawakan secara berkelompok oleh penari pria yang terdiri atas empat, enam, atau delapan orang dan ada beberapa orang lagi yang berperan untuk memukul 'Tifa dan Gong'.

Dalam pertunjukannya, penari pria menari menggunakan parang (pedang) dan tombak sebagai atribut menarinya. Selain itu dalam tarian Cakalele ini, biasanya dipimpin oleh seorang penari yang berperan sebagai Kapitan (pemimpin tarian) dan seorang yang menggunakan parang dan tombak yang menjadi lawan tandingnya. Dalam pertunjukan tarian Cakalele, para penari menari dengan gerakannya yang khas mengikuti genderang musik pengiring. Gerakan penari biasanya lebih didominasi oleh gerakan lincah sambil tangan memainkan parang dan tombak serta gerakan kaki berjingkrak secara bergantian dan dihentakkan dengan cepat mengikuti iringan musik tifa dan gong.

Irama yang dimainkan dalam mengiringi tarian ini, biasanya merupakan irama yang bertempo cepat, layaknya genderang perang pada zaman dahulu, sehingga dapat memicu semangat para penari dan tak jarang membuat para penonton terbawa suasana tersebut. Gerakan para penari biasanya disesuaikan dengan musik pengiring ini. Karena kadang irama yang dimainkan bisa jadi kode saat berganti gerakan atau formasi para penari. Kostum tarian Cakalele yang digunakan dalam pertunjukan, biasanya menggunakan kostum khusus. Para penari pria biasanya menggunakan pakaian perang yang didominasi warna hitam serta dilengkapi dengan senjata berupa parang dan tombak dan biasanya menggunakan penutup kepala yang disebut dengan 'Lenso atau Lestari'.

Tarian Cakalele dalam perkembangannya, hingga kini masih terus dilestarikan dan dikembangkan oleh masyarakat pulau Buru. Berbagai kreasi dan variasi juga sering ditambahkan dalam pertunjukannya agar menarik, namun tidak menghilangkan ciri khas dan keaslian dari tarian tersebut untuk mempertahankan adat setempat.

Wamlana, 17 Agustus 2019.

*Nara Sumber : Bapak Teofilus Tasijawa.

bersambung...

#GuruPelosok

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap pak, tulisan bapak sangat penting untuk mengenalkan warisan budaya kepada generasi muda

06 Jun
Balas

Terimakasih Ibu, Salam Literasi

06 Jun



search

New Post