Pini Hartati

Guru bahasa inggris di SMP negeri 26 Batam. Berasal dari kota kecil d daerah Bengkulu. Berhasil mencapai Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris dalam waktu 3 tahun 8...

Selengkapnya
Navigasi Web

Karakter siswa tanggung jawab siapa?

Rasanya habis sudah semua kesabaran yang dimiliki oleh guru disekolah ini atas semua ulah yang diperbuat oleh rangga. Banyak sudah perjanjian yang sudah dibuat atas semua kenakalan-kenakalan yang diperbuatnya. Bukan sekali dua kali Rangga mengulang perbuatannya dan sangat menyakiti hati guru. Bahkan perangainya itu sudah membuat dia harus tinggal kelas, dan mengharuskannya tetap berada di kelas tujuh lagi tahun ini. Pembinaan yang dilakukan oleh guru sudah mencapai ambang batas, namun prilaku buruk tetap ditunjukkan oleh Rangga. Bahkan tidak sungkan Rangga mengekspos prilaku menyimpangnya ini ke media sosial. Rangga tidak menunjukkan sedikitpun rasa penyesalan atas apa yang ia perbuat. Perilaku buruknya yang sengaja di ekspose di media sosial belakangan ini cukup mencoreng nama sekolah dan guru-guru. Tidak ada sedikitpun perubahan baik yang ditunjukkan oleh Rangga. Belum genap satu bulan pihak sekolah memanggil kedua orang tua Rangga atas ulahnya memukul kaca jendela kelas hingga pecah karena kesal. Dari penanganan kasus pemukulan kaca yang tersebut, didapat alasan yang sedikit tidak masuk akal. Rangga kesal karena Jeny tidak mau diajak keluar kelas pada saat jam pelajaran. Tersebar bahwa Jeny merupakan pacar Rangga saat ini. Hal ini terungkap karena Jeny berkelahi dengan Andrea yang merupakan mantan pacar Rangga. Rangga dan Andrea sudah resmi putus karena kepergok pacaran dilingkungan sekolah dan melakukan hal yang tidak layak dilakukan seorang pelajar. Rangga dan Andrea harus berjanji untuk memutuskan hubungan mereka didepan guru-guru dan kedua orang tua masing-masing. Sejak proses pembinaan tersebut dilakukan, Andrea dan Rangga tidak pernah terlihat pacaran di lingkungan sekolah lagi. Tidak lama berselang dari penanganan kasus Andrea dan Rangga, perkelahian antara Andrea dan Jeny kembali melibatkan Rangga. Hasil penelusuran kasus Andrea versus Jeny didapat informasi bahwa Rangga merupakan penyebab utama. Rangga menceritakan semua perbuatan tidak layaknya bersama Andrea dan disebarluaskan oleh Jeny di lingkungan sekolah. Dari kasus tersebut ketiga siswa yang sama-sama berstatus pelajar kelas tujuh smp itu mendapatkan pembinaan oleh pihak sekolah. Perjanjian kembali diberikan untuk Rangga agar dapat merubah sikap jeleknya. Rangga dan Jeny berjanji untuk tidak mengulangi lagi perbuatannya dan Rangga siap untuk di kembalikan ke orang tua jika hal tersebut tetap diulangi. Tepat lima belas hari setelah kejadian tersebut, Rangga memecahkan kaca jendela kelas Jeny. Dengan tegas Rangga menganggukkan kepalanya mengakui alasan perbuatannya itu karena kesal. Rangga kesal karena Jeny menolak untuk diajak meninggalkan kelas pada saat belajar untuk sekedar memenuhi permintaan Rangga untuk berduaan di belakang kelas. Rangga meninju kaca jendela kelas Jeny dengan kencang. Kaca berserakan seketika serentak dengan mengucurnya darah Rangga di teras kelas lantai dua tersebut. Darah Rangga berceceran di sepanjang teras lantai dua hingga ke ruang UKS di lantai satu. Kejadian tersebut menggemparkan warga sekolah dan membuat Rangga semakin terkenal dengan sifat jeleknya. Perjanjian untuk yang kesekian kalinya harus kembali dibuat oleh Rangga di depan guru dan kedua orang tuanya. Mereka juga berkewajiban mengganti kaca jendela yang dipecahkannya. Hukuman skorsing selama satu minggu diberikan kepada Rangga atas perbuatannya yang sudah melanggar janjinya tersebut. Dua minggu setelah masuk kembali ke sekolah, Rangga kembali membuat ulah lainnya. Rangga datang ke sekolah dengan rambut yang di cat warna dan bergaya anak punk. Guru piket yang menyambut kehadiran siswa pagi itu langsung menegur Rangga dan mengajaknya ke ruangan bimbingan konseling. Namun Rangga menolak dan melawan guru tersebut dengan mengeluarkan kata-kata kasar di depan banyak siswa lainnya. Rapat majelis guru kembali dilakukan untuk penanganan perilaku Rangga. Hampir semua guru mengungkapkan rasa kesal atas pelecehan yang dilakukan anak tersebut. Pembinaan dan pejanjian serta toleransi yang sudah terlalu banyak diberikan kepada Rangga ternyata tidak juga membuahkan hasil yang baik untuk perubahan sikapnya. Semua rekam jejak pembinaan karakter untuk Rangga dibuka kembali. Beberapa kali perkelahian fatal dan begitu banyak perilaku buruk beserta bukti-buktinya dibuka kembali dalam rapat. Tidak naik kelas yang sudah ditetapkan untuk Rangga atas nilai sikafnya yang belum tuntas tahun kemaren ternyata tidak serta merta merubah perilakunya. Maka kesepakatan guru untuk mengembalikan Rangga kepada kedua orang tuanya diputuskan dalam rapat dewan guru kali ini. Setelah penjelasan dilakukan kepada kedua orangtua Rangga tentang hasil rapat, mereka memahami dan menerima keputusan pihak sekolah. Mereka minta waktu untuk mereka mencarikan sekolah lain yang mungkin akan bisa memperbaiki sikaf Rangga. Terhitung hari itu Rangga diminta untuk tidak bersekolah dulu hingga mereka mencari sekolah baru. Beberapa hari kemudian, kedua orang tua Rangga datang kembali ke sekolah. Diluar dugaan, ternyata kedua orang tuanya memohon untuk meminta kesempatan terakhir untuk Rangga dapat bersekolah kembali disekolah ini. Berbagai alasan dan permasalahan mereka ungkapkan kepada Kepala Sekolah. Kepala sekolah yang menghadapi mereka merasa tidak mau memutuskan hal tersebut sendiri. Maka masalah tersebut harus kembali dilakukan melalui rapat guru. Melalui rapat guru yang cukup panjang, akhirnya keputusan untuk membina kembali Rangga disekolah ini diambil. Rangga memperoleh kesempatan untuk kembali bersekolah dengan perjanjian untuk memperbaiki sikafnya untuk yang kesekian kalinya. Guru-guru berlapang dada untuk kembali menerima Rangga dengan penuh harapan bahwa Rangga benar-benar akan memperbaiki perilakunya. Namun kesempatan yang diberikan untuk Rangga hanya berlangsung sembilan hari saja. Harapan guru atas perubahan Rangga itu belum menjadi kenyataan. Rangga makin merasa menjadi orang special yang kebal aturan. Tepat dua hari yang lalu, guru-guru menerima kiriman foto-foto Rangga di media sosial dari para siswa cukup mencoreng nama sekolah. Rangga memposting foto-fotonya sedang menghisap rokok elektrik (vave) dengan asap yang mengebul dan sedang menggunakan seragam sekolah. Postingannya itu cukup menghebohkan karena dikirim ke akun sekolah dan grup keluarga kelas yang langsung merebak kemana-mana. Maka berbagai komentar jelek dikemukakan para orang tua ditujukan kepada pihak sekolah. Mereka yang belum tentu memahami makna pendidikan sesungguhnyapun bahkan tidak sungkan mengungkapkan isi hati mereka seakan mereka mengerti segalanya. Berbagai cercahan miring untuk guru-guru karena gagal mendidik Rangga. Maka tindakan terbaik pihak sekolah mengenai berbagai tanggapan tersebut adalah dengan tidak menanggapi dan tidak terpancing emosi. Sepertinya para guru sudah terbiasa dengan perlakuan seperti itu. Setiap ada prilaku jelek yang dilakukan oleh seorang siswa, maka orang-orang akan menyebut gurunya yang jelek. Sebaliknya jika ada siswa yang baik atau berprestasi, maka dengan bangganya orang tua akan mengakui bahwa itu didikan orang tuanya. #mogaguru-guruselaluikhlas #mogaguru-guruselalubijak #mogaguru-guruselaludilindungiNya #mogatidakadalagiyangmeremegkandanmelecehkanhasilkerjaguru #tantanganmenulisharike-5

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post