BOM WAKTU CORONA
Lama-lama tangis jadi beku. Kering karena tak kunjung tuntas duka menyerbu. Berita kesakitan dan kematian memenuhi ruang-ruang maya. Permohonan doa seakan jadi hamparan bunga-bunga. Kita sama-sama tahu dunia sedang berduka. Tiap insan harus siap diuji coba. Ini memang dirasakan oleh semua. Jadi harusnya kita jalan bersama-sama.
Tapi nyatanya kita sibuk berjibaku. Mementingkan apa yang penting untuk masing-masing. Menolak bersinergi karena merasa akan rugi. Pengembalian PSBB seperti awal April untuk kendalikan keganasan covid malah sibuk dibully. Khawatir membuat pelaku UKMK mati suri, padahal cukong bisnis besar masih bebas jalan sendiri. Membuat pedagang kecil di pinggir jalan terbatasi tapi mall besar tetap beroperasi. Operasi yustisi untuk menghukum warga tak bermasker tapi kerumunan kampanya pemilukada merajalela.
Kalau begini terus rasanya covid akan betah berlama-lama. Seperti apapun ikhtiar pemda akan berbenturan dengan maunya pemerintah pusat, pengusaha besar, buzzer dan kaum halu konspirasi. Sungguh miris bangsa yang tak juga mau bersatu. Padahal bencana menghantam satu demi satu. Jangan sampai kita berutang penjelasan pada anak cucu. Akibat gagal bersekutu di tengah bom waktu
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kita sekarang hidup di negeri yang penuh dengan kepura-puraan. Ketika uang berbicara, maka musnah segala usaha. Laksana beling kehujanan ketika semua jadi lacur dan abai pada tatanan. Aduuh..artikelnya sangat menggemaskan...sehat dan sukses selalu bunda Pipit.
Suara hati yang gulana menyaksikan kegagalan pemerintah dan mungkin kita semua untuk bersinergi hadapi Corona. Suwun sanget Pak Khalid...
semoga pandemi ini segera berakhir, aamiin
Aaamiin...dan pakdeku yg lucu ini harus sehat selalu lho yaaa
Ayuk, mbak Pipit, sebar artikel nya di banyak media. Itu bagus banget. Monggo to sami sadar...
Siap Bu Chus, mari kita capcuuus !
keren sekali say, keamana aja, dah lama gak muncul
Hihihi... Kangen ya bundakuh?
Miris sekali ya bun, sampai kapan kan berakhi
Lama lama tangis jadi beku dan perjuangan hanya oleh kita satu satu ya Bund...
Semoga segera berakhir masa pandemi ini...mau baca lagi tulisan lainnya. Semangat terus bu Pipit. Ahli ekonom yang gemar manulis
Halah... Saya mah apalah apalah dibanding bu Erna yg Ahli Bahasa, eeeaah!