Guru Mengisnpirasi, Siswa Terinspirasi
“Tahukah anda? siswa berhasil karena dari gurunya, sekalipun anak yang malas dan bandelpun bisa menjadi lebih baik , dan itupun tidak terlepas dari sang guru”
Guru adalah seorang pengajar ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Menurut Purwanto (1997:138) mendefinisikan bahwa guru adalah orang yang diserahi tanggung jawab sebagai pendidik di lingkungan sekolah.
Sedangkan menurut Dri Atmaka (2004:17), mengatakan bahwa pendidik adalah orang yang bertanggung jawab untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam pengembangan baik fisik dan spiritual.
Dan menurut pendapat dari Noor Jamaluddin (1978:1), bahwa guru adalah pendidik, orang dewasa yang bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam pengembangan tubuh dan jiwa untuk mencapai kematangan, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang mampu berdiri sendiri.
Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa guru adalah orang yang di berikan tanggung jawab dalam membimbing dan mengarahkan peserta didiknya dalam pengembangan fisik dan spiritual ke arah yang lebih baik.
Jadi guru yang dimaksud di atas seperti guru olahraga, guru karate, guru musik, ustad atau ustadzah, guru honor, guru sukarela, dan lain sebagainya yang memiliki peserta didik untuk diberikan bimbingan baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
Peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidkan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun pikiran.
Setiap peserta didik memiliki karakter yang berbeda-beda, karena setiap dari diri mereka sudah membawa masing-masing bakat dan kemampuan dari sejak lahir, tinggal bagaimana seorang guru mengenali dan memodifikasi kemampuan mereka agar berkembang ke arah yang lebih baik. Dan ini tidak terlepas dari adanya campur tangan seorang guru.
Guru tidak akan muncul jika tidak ada yang namanya peserta didik atau siswa. Jadi keduanya saling keterkaitan. Untuk apa memiliki ilmu yang banyak , jika ilmu itu tidak diberikan kepada orang lain, maka sia-sialah ilmu itu jika hanya untuk diri sendiri, maka sepatutnyalah kita berikan karena ilmu yang kita berikan akan menjadi amal jariyah bagi kita yang ikhlas memberikan dan bermanfaat bagi orang lain.
Namun perlu kita ketahui disini bahwa menjadi guru bukanlah segampang yang kita bayangkan. Mengapa saya katakan demikian? Menjadi guru tidak hanya langsung mentransferka ilmu itu kepada peserta didik, hanya dengan menjelaskan dengan berbagai metode atau strategi yang digunakan tanpa menyesuaikan kebutuhan otak dari peserta didik. Tetapi kita perlu melihat ke pada peserta didik tersebut apakah mereka sudah paham atau tidak. Sebanyak apapun kalimat yang kita ucapkan jika toh peserta didik tidak paham apa yang kita ajarkan kepada mereka.
Disinilah yang menjadi permasalahan yang terkadang muncul di beberapa kalangan guru. Banyak yang tidak sadar, bahwa ketika selesai memberikan materi pelajaran, siswa terkadang belum paham, kurang antusias, dan bahkan ada yang malas menulis. Kejadian ini banyak kita temukan baik di sekolah dasar maupun sekolah menengah, dan tidak menutup kemungkinan sekolah menengah ke atas pun demikian namun mungkin agak lebih sedikit permasalahannya mengingat peserta didiknya sudah bisa mandiri.
Terkadang sebagian guru saat ini masa bodoh, yang penting datang dan sudah mengajar berarti sudah selesai tugasnya, dan itu dilakukan hanya karena tuntutan memenuhi jam mengajar dan tunjangan guru. Namun sadarkah kita, kelakuan yang kita lakukan ini justru dengan sendirinya membuat diri kita gagal sebenarnya menjadi seorang panutan bagi generasi bangsa, dan menurunkan kadar keinginan belajar oleh peserta didik semakin menurun.
Menghadapi anak yang malas dan bandel di kelas, guru seakan-akan tidak peduli walaupun diberikan teguran atau hukuman tetap tidak akan merubah perilaku mereka jika dari kita guru tidak merubah cara dan sikap yang baik dalam menyelesaikan masalah.
Pada artikel ini kita akan membahas apa dan bagaimana seharusnya kita lakukan dalam mengahadapi semua permasalahan ini. Semua ini tidak terlepas dari pengalaman pribadi seorang yang akan dijadikan sebagai acuan untuk membantu para guru dalam mengajar dan menjadikan pembelalajarannya menjadi menyenangkan, dan peserta didikpun akan termotivasi dan aktif untuk belajar dan menerima materi yang diberikan oleh gurunya.
Menjadi seorang guru yang bisa memotivasi siswanya adalah suatu pekerjaan yang bisa dilakukan oleh semua orang yang berprofesi sebagai guru. Dan ini semua diawali dari kita sendiri. Adapun hal-hal yang perlu kita lakukan agar menjadi guru yang menginspirasi bagi mereka adalah sebagai berikut :
1. Semua diawali dengan niat yang ikhlas.
Pekerjaan yang kita lakukan tidak terlepas dengan niat. Namun niat yang ikhlas untuk menjadi bermanfaat bagi orang lain memang harus menjadi yang utama. Jika seorang pertamakali terjun dalam dunia pendidikan dan menyandang sebagai guru atau pendidik dan kemudian dibenaknya hanya untuk mengharap gaji semata tiap bulan, maka semua yang akan dia lakukan terasa tidak bermanfaat. Mengapa demikian, karena tanpa keikhlasan pekerjaannya akan terasa membosankan dan cenderung tidak menjiwai dalam hatinya. Biasayanya orang yang ikhlas akan selalu mencari cara terbaik agar siswa nya bisa lebih semangat belajar dan mencari cara-cara terbaik dengan mengorbankan segala cara, mulai dari waktu, tenaga bahkan keuanganpun sekalipun.
2. Kenali setiap karakter siswa yang kita hadapi.
Sebelum memasuki kelas, cobalah anda sedikit mengenali diri pribadi peserta didik anda, apakah siswa yang anda hadapi saat ini dalam keadaan gembira, sedih, atau memiliki masalah yang berawal dari rumah masing- masing. Jika sudah mengenali karakter masing-masing, siapkan langkah atau strategi apa yang cocok anda gunakan ketika mengajar nanti.
3. Jadilah bagian dari permasalahan mereka.
Jika anda menemui siswa yang malas menulis atau bandel, cobalah panggil atau berbicara selayaknya sahabatnya, dan beritahu masalah apa yang sebenarnya dia hadapi. Kemudian rangkulah dengan penuh kasih ketika mendengarkan curahannya. Jika dia dalam keadaan sedih , berusahalah menunjukkan bahwa kita juga ikut sedih dengan masalahnya, kemudian berikan solusi yang membuat dia bahagia kembali.
4. Berusahalah bersikap baik dan penuh kasih sayang kepada siswa yang bandel.
Ada anak yang bandel, bukan berarti kita harus selalu menghukumnya jika dia berbuat salah, tetapi cobalah bertanya sebenarnya apa yang membuat dia seperti itu. Bisa jadi, dia bandel karena dirumah dia kurang perhatian dari orang tuanya, atau malah dia sedang mencari perhatian dari sang guru. Maka dari itu, kita sebagai guru jangan hanya fokus pada satu orang saja yang memiliki keunggulan di dalam kelas, cobalah bersikap adil kepada semua siswa, karena semua siswa berhak untuk mendapatkan bimbingan yang sama.
5. Ubahlah cara mengajarmu setiap hari
Mengajar dengan metode dan gaya seperti itu setiap hari, siapa yang tidak akan bosan. Apalagi materi yang akan diajarkan seperti Matematika atau Sains, tanpa media pembelajaran sangatlah membosankan bagi mereka. Mungkin saja ketika anda memulai, siswa sudah mulai gelisah bahkan menguap walaupun waktunya masih pagi.
Untuk itu, cobalah anda pelajari materinya, kemudian buatlah media sederhana atau manfaatkan alat peraga yang ada didalam kelas masing-masing. Siswa perlu belajar dengan bantuan visual yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Jika perlu ciptakan sendiri alat peraga anda dengan memanfaatkan barang-barang bekas.
6. Ciptakan kondisi kelas dengan beragam permainan menyenangkan
Belajar sambil bermain, semua siswa pasti akan menyukainya. Dari awal sampai akhir pembelajaran jangan pernah berhenti untuk menyelipkan sebuah game permainan agar pembelajaran tidak membosankan dan ini bisa mengubah suasana belajar yang tadinya mulai tegang akan berubah menjadi ceria kembali. Salah satu permainan yang cocok dalam pembelajaran adalah ice breaking. Guru juga bisa menciptakan permainan sendiri sekreatif mungkin dengan melibatkan semua peserta didik.
7. Pemberian Reward
Hadiah tidak selamanya harus yang mahal, sekalipun hadiah itu berupa permen. Biasakan memberikan hadiah bagi siswa yang sudah melakukan sesuatu yang baik, misalnya mampu menjawab pertanyaan guru, menciptakan sesuatu yang kreatif, menunjukkan sikap yang menonjol atau bahkan selalu membantu temannya adalah bentuk penghargaan bagi mereka yang sudah berhasil.
8. Beraksi bukan menyuruh
Poin ini, sangat sering kita jumpai dimanapun, bukan hanya di sekolah tetapi juga di luar dari sekolah. Kadang kita sebagai guru selalu banyak memerintah tanpa kita sadari bahwa kita jarang lakukan. Sebagai contoh, kadang kita selalu menyuruh siswa untuk memungut sampah sementara kita hanya berdiri tanpa berbuat. Contoh lain menyuruh siswa untuk selalu membaca sebelum pelajaran dimulai sementara guru sendiri tidak pernah membaca. Jadi, sekarang ubahlah mindset kita sebelum kita menyuruh siswa biasakan kita selalu beraksi terlebih dahulu. Karena dengan melihat perbuatan kita, mau tidak mau, sadar atau tidak sadar , siswa pasti akan mengikuti perbuatan kita tanpa perlu di suruh. Biasakan juga kita sering membaca baik di dalam kelas maupun di luar kelas, agar siswa mengikuti apa yang kita lakukan.
Dari ke tujuh hal tersebut di atas, merupakan sebuah pengalaman pribadi penulis yang telah melakukan di sekolahnya dan ini terbukti siswa menjadi termotivasi dan bahkan terinspirasi dengan gurunya. Semua ini tidak terlepas dari peranan guru dalam memberikan motivasi yang bisa menginspirasi siswanya agar lebih aktif dan senang untuk menerima pelajaran.
Demikian artikel ini semoga bermanfaat bagi yang membacanya dan menginspirasi. Jadilah guru yang menjiwai dalam menjalani pekerjaan anda.
BIBLIOGRAPHY
Pirawati, S.Pd
Merupakan salah seorang guru dengan tugas tambahan sebagai guru PAI di kelas IV SDN 1 Wawotobi, lahir pada tanggal 11 Juni 1982. Ibu dari tiga anak sekaligus aktivis SGI Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2019.
Baru-baru ini mulai aktif menulis di blog pribadi dan juga artikel, dan telah menghasilkan sebuah buku antologi dengan judul “Giat Literasi Di bumi Anoa” dan sementara ini masih dalam tahap percetakan 50 karya siswa dalam bentuk puisi.
Tahun 2019 dinobatkan sebagai guru berdedikasi bidang Literasi oleh Kepala SDN 1 Wawotobi dan Guru Koordinator Gerakan Siswa Menulis Buku (GSMB).
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
baik sekali Bu..