"Circumstances are not to blame, they were Allah's creation. They may not always be what you expected, because life is also about letting go."

(“Keadaan tak bisa dipersalahkan, karena Allahlah yang menciptakannya. Mungkin tak selalu sesuai harapan, sebab hidup juga tentang mengikhlaskan.”)

Warna-warni kehidupan tak cuma tentang keindahan dan kebahagiaan. Ada sisi kesedihan, kehilangan yang berakhir pada keikhlasan. Kematian. Namun berkabung tetap diperbolehkan.

عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كُنَّا نُنْهَى أَنْ نُحِدَّ عَلَى مَيِّتٍ فَوْقَ ثَلَاثٍ إِلَّا عَلَى زَوْجٍ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا

Shahih Bukhari 302: Dari Nabi saw, Ummu 'Athiyah berkata, “Kami dilarang berkabung atas kematian di atas tiga hari kecuali atas kematian suami, yaitu selama empat bulan sepuluh hari.”

Badai Covid-19 yang menjangkiti dunia telah mengingatkan betapa rapuhnya manusia. Ia sekaligus sebagai wahana muhasabah tentang persiapan diri bagi orang yang berkabung, yang menyaksikan atau yang mengetahui beritanya.

Virus ukuran nano ini bukan virus kaleng-kaleng yang boleh diremehkan. Tetap waspada dan lakukan protokol ketat bagi diri dan keluarga.

Dari Aisyah bahwasanya dia pernah kehilangan Nabi saw dari tempat tidurnya, dia meraba dengan tangannya, lalu ia mendapatinya sedang sujud beliau berdoa:

رَبِّ أَعْطِ نَفْسِي تَقْوَاهَا زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا

Musnad Ahmad 24575: "Rabbi A'ti Nafsi Taqwaha, Zakkiha Anta Khairun Man Zakkaha, Anta Waliyyuha Wa Maulaha. (ya Allah berikanlah pada jiwaku ketakwaanya, sucikanlah karena Engkau sebaik-baik yang menyucikan, Engkaulah penolong dan penguasanya)."

‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata di dalam Tafsir Al Qurthubi, “Aku tidaklah pernah melihat suatu yang yakin kecuali keyakinan akan kematian. Namun sangat disayangkan, sedikit yang mau mempersiapkan diri menghadapinya.”