Rahasia Tahajud
Shalat yang dilakukan di malam hari disebut sebagai qiyamul lail atau shalat Tahajud jika shalat itu dilakukan setelah melakukan tidur malam (baik sebentar atau lama). Shalat Tahajud adalah shalat terpenting setelah shalat Wajib.
Rasulullah bersabda:
أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ
Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam (HR. Muslim no. 1163).
Dalam riwayat lain Rasulullah bersabda:
نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللَّهِ لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ
Sebaik-baik hamba adalah seandainya ia melakukan shalat pada sebagian malam (HR. Bukhari no. 1156, 1157, 1158).
Shalat Tahajud sendiri terdiri dari sejumlah rakaat yang bisa panjang atau pendek sesuai dengan bacaan dan gerakan shalatnya. Ia bisa dilakukan sendirian atau berjamaah.
Istilah shalat Tahajud dan Qiyam sendiri sering digunakan secara bergantian, tetapi shalat Tahajud secara khusus merujuk pada shalat malam yang dilakukan setelah terbangun dari tidur. Sementara qiyamul lail adalah shalat di malam hari terlepas dia sudah tidur atau belum.
Shalat Tahajud adalah shalat sunnah yang sangat istimewa. Berikut ini beberapa manfaat dan dampak yang bisa diperoleh dari shalat Tahajud.
1. Meningkatkan derajat
Al-Qur’an menggambarkan shalat Tahajud sebagai suatu ibadah yang dapat mengangkat maqam (derajat) seseorang ke tempat yang terpuji.
Allah berfirman:
وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَافِلَةً لَّكَۖ عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا - ٧٩
Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji (QS. Al-Isra’ [17]: 79).
Bagi orang beriman, shalat Tahajud adalah sarana memohon pertolongan kepada Allah di waktu khusus. Baik meminta kepada Allah untuk urusan dunia maupun urusan akhirat agar Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita.
Imam Syafii berkata, “Doa di saat tahajud laksana anak panah yang tak pernah meleset dari sasarannya.”
2. Melatih tanggung jawab dan disiplin
Allah berfirman di dalam Al-Qur’an:
يٰٓاَيُّهَا الْمُزَّمِّلُۙ قُمِ الَّيْلَ اِلَّا قَلِيْلًاۙ نِّصْفَهٗٓ اَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيْلً اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ
Wahai orang yang berselimut (Muhammad)! Bangunlah (untuk shalat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil, (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu, atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan (QS. Al-Muzzammil [73]:1-4).
Pada waktu-waktu malam seperti inilah Rasulullah ﷺ menghabiskan waktunya sepanjang malam untuk menerima curahan wahyu dari Allah. Al-Qur’an inilah yang kemudian kita gunakan untuk bacaan shalat di malam hari agar kita bisa merasakan dan menikmati keindahan dan keagungannya.
Membiasakan diri bangun malam untuk melaksanakan shalat Tahajud dapat membantu kita mendisiplinkan diri agar terbiasa dan rutin shalat malam, serta bertanggung jawab atas apa yang seharusnya kita lakukan. Hal ini jika dilakukan secara istiqomah, maka ke depan shalat Tahajud akan menjadi mudah untuk dilakukan.
3. Menjadi umat terbaik
Bayangkan bila kamu diundang bertemu seorang presiden suatu negara, bukankah hatimu akan berdebar-debar tak karuan?
Bayangkan pula bila undangan itu dilakukan di waktu khusus di mana hanya orang-orang tertentulah yang bisa mendapatkan kesempatan itu, bagaimana perasaanmu? Tentu akan semakin tak karuan dan mungkin akan sangat senang sekali.
Nah bayangkan bila Allah mengundangmu secara khusus. Tentu keistimewaannya melampaui keistimewaan undangan dari seorang kepala negara, sebab yang mengundang adalah Allah, Penguasa Seluruh Alam.
Waktu Tahajud adalah waktu khusus seorang hamba untuk berkomunikasi dengan Allah. Ketika sebagian besar orang terlelap dalam tidurnya, Allah memanggilmu untuk bangun dan melaksanakan shalat Tahajud. Di sanalah kamu secara khusus, tanpa gangguan apa pun, bisa berinteraksi langsung dengan Allah dengan lebih personal.
Allah berfirman:
وَمِنَ الَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهٗ وَسَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيْلًا - ٢٦
Dan pada sebagian dari malam, maka bersujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari (QS. Al-Insan [76]: 26).
Rasulullah bersabda:
عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ وَهُوَ قُرْبَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ وَمَكْفَرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَنْهَاةٌ لِلإِثْمِ
Hendaknya kalian melakukan shalat malam karena shalat malam adalah hidangan (kebiasaan) orang-orang saleh sebelum kalian, dan mendekatkan kepada Tuhan kalian, menghapus keburukan, serta mencegah dosa (HR. Tirmidzi no. 3549).
Ada yang mengatakan hadis di atas lemah. Namun demikian, maknanya sejalan dengan Al-Qur’an dan hadis-hadis Rasulullah ﷺ lainnya bahwa orang-orang saleh membiasakan dirinya untuk shalat Tahajud walaupun hanya beberapa rakaat saja.
Allah berfirman:
كَانُوْا قَلِيْلًا مِّنَ الَّيْلِ مَا يَهْجَعُوْنَ - وَبِالْاَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ
Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam; dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah) (QS. Az-Zariyat [51]: 17-18).
Dalam menafsirkan ayat di atas, Ibnu Abbas ra. berkata bahwa orang-orang saleh tidak rela melalui suatu malam, kecuali mereka mengambil sebagian darinya, walaupun sedikit untuk mengerjakan shalat Tahajud.
4. Kebiasaan Rasulullah ketika Tahajud
Rasulullah adalah pribadi yang akhlaknya adalah Al-Qur’an. Beliau ketika melaksanakan shalat Tahajud akan melakukannya dalam tempo yang lama.
صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ لَيْلَةٍ فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ فَقُلْتُ يَرْكَعُ عِنْدَ الْمِائَةِ . ثُمَّ مَضَى فَقُلْتُ يُصَلِّي بِهَا فِي رَكْعَةٍ فَمَضَى فَقُلْتُ يَرْكَعُ بِهَا . ثُمَّ افْتَتَحَ النِّسَاءَ فَقَرَأَهَا ثُمَّ افْتَتَحَ آلَ عِمْرَانَ فَقَرَأَهَا يَقْرَأُ مُتَرَسِّلاً إِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا تَسْبِيحٌ سَبَّحَ وَإِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ وَإِذَا مَرَّ بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ ثُمَّ رَكَعَ فَجَعَلَ يَقُولُ " سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ " . فَكَانَ رُكُوعُهُ نَحْوًا مِنْ قِيَامِهِ ثُمَّ قَالَ " سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ " . ثُمَّ قَامَ طَوِيلاً قَرِيبًا مِمَّا رَكَعَ ثُمَّ سَجَدَ فَقَالَ " سُبْحَانَ رَبِّيَ الأَعْلَى " . فَكَانَ سُجُودُهُ قَرِيبًا مِنْ قِيَامِهِ
Aku (Hudzaifah) shalat bersama Nabi pada suatu malam. Maka beliau membuka shalat tersebut dengan surah Al-Baqarah. Lalu aku berkata (dalam hati), ‘Beliau akan rukuk pada ayat yang ke seratus, kemudian seratus ayat pun berlalu, beliau melanjutkan bacaannya.’ Lalu aku berkata, ‘Beliau akan shalat dengan surah Al-Baqarah dalam satu rakaat, kemudian ternyata beliau meneruskan bacaannya.’ Lalu aku berkata, ‘Beliau akan segera rukuk, dan ternyata beliau memulai membaca surah An-Nisa’ hingga selesai. Kemudian beliau memulai lagi dengan surah Ali ‘Imran hingga selesai. Beliau membaca dengan perlahan-lahan. Apabila beliau melewati ayat yang di dalamnya terdapat tasbih, beliau bertasbih. Apabila beliau melewati ayat yang berisi permintaan, beliau meminta. Dan apabila beliau melewati ayat yang berisi meminta perlindungan, beliau meminta perlindungan. Kemudian beliau rukuk, lalu mulai mengucapkan, ‘Subhanaka Robbiyal ‘Azhim’ (artinya: Mahasuci Rabbku Yang Maha Agung).’ Rukuk beliau sama seperti berdirinya, kemudian beliau mengucapkan, ‘Sami’allahu Liman Hamidah, Robbanaa Lakal Hamdu’ (artinya: Semoga Allah mendengar kepada siapa saja yang memuji-Nya, Wahai Rabb kami, hanya milik-Mu lah segala puji).’ Kemudian beliau berdiri lamanya hamper sama dengan rukuknya. Lalu beliau sujud, kemudian mengucapkan, ‘Subhaana Robbiyal A’laa’ (artinya: Mahasuci Rabbku Yang Mahatinggi).’ Maka lama sujudnya hampir sama dengan berdirinya (HR. Muslim no. 772).
Meski Rasulullah telah dijamin oleh Allah pasti masuk surga, beliau tidak pernah menyepelekan ibadah. Justru semangat beliau dalam beribadah semakin tinggi dan tidak ada seorang pun yang mampu menandinginya. Hal itu karena Rasulullah ﷺ malu jika sampai tidak banyak bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan padanya.
Pernah suatu malam Aisyah ra. terbangun dari tidurnya dan mendapati suaminya Rasulullah sedang shalat hingga kedua kakinya bengkak.
“Ya Rasulullah, apa yang engkau lakukan, padahal dosamu yang lalu dan yang akan datang telah diampuni?” tanya Aisyah ra.
“Hai Aisyah, bukankah seharusnya aku menjadi hamba yang banyak bersyukur?” jawab Rasulullah (lihat HR. Muslim no. 2820).
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang yang selalu istiqomah dan cinta untuk bagun malam melaksanakan shalat Tahajud. Aamiin
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillah mendapat ilmu baru dari Gus Pur, barokallah terus berkarya untuk berbagi
matur suwun pak Syaikhu
Asmiin, llmu yg manfaat terima kasih Psk Purnomo telah berbagi. Sudah di followback
matur suwun pak syaikhu
matur suwun pak syaikhu
Mantap ulasannya dan bermanfaat pak Pur. Salam sukses selalu