PONO

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Perjuangan Si Soleh

Adalah Si Soleh, salah satu muridku yang rajin. Untuk mengenyam pendidikan sekolah dasar ia harus menempuh jarak 3 kilometer setiap pagi dan siang. Namun ia tak pernah mengeluh. Rumahnya di dusun Jumbleng. Yang merupakan bahgian desa Pasegeran. Tetangga desa bagi warga Sinduaji. Lahir dari keluarga petani. Sekolah di Sinduaji merupakan pilihan karena di Sinduaji lah ia mendapatkan tempat belajar terdekat untuk melanjutkan sekolahnya di kelas 4. Karena di kampungnya tidak ada pembelajaran kelas 4. Setelah menyelesaikan pembelajaran kelas 3 di kampungnya ia harus rela menempuh jarak 3 kilometer setiap hari demi untuk belajar di jenjang kelas yang lebih tinggi yaitu kelas 4. “Jika tidak melanjutkan ke Sinduaji maka saya tidak akan memiliki ijazah”. “Jika tidak memiliki ijazah SD maka saya tidak mungkin bisa sekolah di SMP untuk menamatkan pendidikan dasar 9 tahun”, pikirnya.

Sungguh sangat memprihatinkan. Untuk anak seusia dia harus menyusuri jalan berliku, menanjak dan mendaki demi mendapatkan segenggam ilmu dari Bapak da Ibu Guru tercinta. Terlebih lagi jika hujan turun menghampiri. Ia harus segera berlari seolah berpacu dengan turunnnya hujan. Namun hanya Sinduaji lah sekolah berkelas 4 terdekat dan termudah akses jalannya dari rumahnya. Jika ke Pandanarum atau ke Pasegeran memerlukan waktu tempuh yang lebih lama karena jaraknya yang lebih jauh dengan medan yang lebih berat. Tentunya dengan resiko yang lebih tinggi. Mungkin inilah yang menjadi alasan sebagian penduduk masih enggan menyekolahkan anaknya. Terutama mereka yang merasa ekonomi keluarganya kekurangan.

Ironis memang setelah berpuluh-puluh tahun negeri ini merdeka naun masih banyak anak-anak yang harus berjuang keras untuk bisa mengenyam pendidikan formal. Tidak ada yang bisa disalahkan karena keadaanlah yang memaksa ini terjadi. Sebagian wilayah di sudut negeri ini memang memiliki kekhasan dan keunikkan tersendiri. Begitulah keadaan di Sinduaji dan wilayah di sekitarnya. Kedaan kampung di lereng-lereng bukit cadas menyimpan seribu tanda tanya di benak yang mengunjunginya. Namun di sisi lain merupakan keunikan tersendiri bagi yang haus keindahan.

Namun bagaimana dengan Soleh dan teman-temannya? Tebing yang terjal jurang yang curam, jalan berliku dengan kerikil – kerikil tajam merupakan tempat bermain sehari-hari. Tempat bermain yang memberikan rasa senang di hatinya. Sulitnya medan perjalanan tak menyurutkan semangatnya untuk menuntut ilmu. Baginya bersekolah adalah suatu ibadah. “Dengan rajin bersekolah berarti mengamalkan perintah agama”. Begitu katanya.

Pagi itu ia datang terlambat. Setelah sepuluh menit pembelajaran berlangsung ia mengetuk pintu kelas. Dengan cukup keras. Setelah kubuka pintu, tampak olehku sesosok murid yang kelelahan dengan nafas cepat. Keringat mengalir dari ujung rambutnya membasahi seluruh pipinya. Seakan baru diguyur hujan. Padahal ketika itu cuaca cukup cerah. Rupanya ia berlari sepanjang jalan. “Mma... maaf Pak” “Saya terlambat”, ucapnya dengan nada gugup. Kupersilakan ia masuk dan menempati tempat duduknya. Sambil menyarankan agar ia mengusap keringat di wajahnya yang memerah bak bara api kuajukan beberapa pertanyaan mengapa ia berlari. “Maaf Pak, saya terlambat karena bangun kesiangan”, katanya lagi “Saya tertinggal dari teman-teman” “Teman-teman sudah pergi semua, saya terlambat karena tempat mandinya jauh dari rumah”, Jawabnya lagi. Memang masih banyak penduduk di kampungnya yang belum memiliki kamar mandi di rumahnya. Sehingga untuk mandi harus rela berlama-lama dalam mengantre. Maklumlah mereka tinggal di daerah terpencil yang jah dari keramaian kota. Bahkan seringkali ketika kutanyakan kepada anak-anak mengenai apakah ada anak-anak yang tidak makan sebelum berangkat ke sekolah, masih banyak di antara mereka yang menjawab tidak. (Kisah ini belum berakhir. Saya posting sebagai penyemangati diri untuk menulis)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post