DAY 8 RUMAH BACA CIKARACAK
Setelah sekian lama diimpikan dalam angan-angan,kadang disampaikan melalui celotehan yang sering tak didengar bahwa saya ingin punya “sesuatu” dimana anak-anak tetangga datang ke rumah saya atau tempat yang saya sediakan kemudian mereka membaca, menggambar atau bermain neng nong neng gung ..... Akhirnya pada tanggal 22 Desember 2019 dengan mengucapkan bismillahi tawaqaltu alallah...maka rumah baca kami lounching.
Rumah baca ini kami namai Rumah Baca “ CIKARACAK “. Ini diambil dari peribahasa dalam bahasa Sunda yang berbunyi : Cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok. Arti secara bebas nya kurang lebih bahwa mempelajari sesuatu itu memang sulit, tapi kalau dijalani dengan tekun dan pantang menyerah, lama-lama akan membuahkan hasil. Seperti juga cikaracak, yaitu air rembesan yang jatuh di tebing-tebing dan menimpa batu di bawahnya ,walau kelihatannya mustahil tapi setelah sekian lamanya maka batu itu akan cekung juga karena jatuhnya air tersebut.
Kalau diuraikan berdasarkan asal katanya , cikaracak berasal dari cai ( air ) dan karacak ( jatuh bercucuran ) , diucapkan dalam keseharian menjadi cikaracak. Dalam konteks ini, Cikaracak sebagai rumah baca bagi saya ibaratnya ilmu dan minat baca masyarakat. Diperlukan waktu dan ketekunan untuk membuat masyarakat sekitar mencintai buku dan ilmu.
Yang saya sebut lounching tadi adalah, saya menyimpan sekitar 100 jilid buku diatas meja di teras rumah saya. Kemudian saya menulis status di facebook mengenai dibukanya rumah baca, baik di fb pribadi maupun di grup Pustaka Bergerak. Saya kirim pemberitahuan dan undangan untuk membaca kepada kerabat-kerabat sekitar via WA, saya juga kabarkan pada semua yang saya temui di jalan, di warung dan dimanapun. Saya umumkan juga di ibu-ibu pengajian di rumah( ini nanti akan saya tulis juga ) Tidak ada seremoni ataupun sesuatu yang istimewa, itu saja. Alhamdulillah sambutan dari semuanya lumayan, bahkan ibu-ibu pengajian sebetulnya sudah tua- tua lumayan bagus. Sebelum masuk ke tempat ngaji, sambil menunggu ustadzah kami, mereka biasanya berkerumun di seputar meja buku , membaca dan ada juga yang meminjam.
Sambutan teman-teman dunia maya sangat bagus, sangat membakar semangat untuk terus melaju. Beberapa diantaranya langsung take action dengan menyumbangkan buku-bukunya yang dikirim lewat kurir. Alhamdulillah...
Oh ya, bagi yang menasaran, lokasinya adalah di kediaman saya di kampung Cipicung RT 01/02 desa Sukatani kecamatan Tanjungmedar kabupaten Sumedang Jawa Barat. Hanya 40 menit dari kota kabupaten Sumedang, dengan jalan yang sudah beraspal, tapi belum ada angkutan umum yang sampai ke lokasi. Jadi,kalau pakai kendaraan umum, dari kota Sumedang harus pake angkutan pedesaan no 34 warna kuning hijau sampai alun-alun Sukamantri, dari sana lanjut pake ojeg selama 5 menit saja.
Yang patut saya syukuri kemudian adalah ,diluar dugaan awal, ternyata anak-anak kerabat saya dan ibu-ibu tetangga sekitar, cukup antusias dalam membaca. Kalau dihari kesatu buku-buku itu hanya dibaca oleh cucu dan ponakan saya, maka hari-hari berikutnya, pelan tapi pasti anak-anak tetangga mulai berdatangan untuk mencari buku bacaan. Bahkan ada dari kampung sebelah yang datang untuk meminjam buku dengan diantar oleh orang tuanya ,karena malu datang sendiri katanya. Jadi, saya setuju apa yang disampaikan oleh tokoh pendiri pustaka bergerak, mas Nirwan bahwa ternyata minat baca bangsa kita itu tidak rendah. Paling tidak, itu tidak sepenuhnya benar, yang pasti, bagi kebanyakan anak-anak akses ke buku bacaannya yang rendah, juga keteladanan dari orang tua dan guru yang kurang. Itu menurut yang saya amati.
Kalau saya intip perpustakaan sekolah, buku yang tersedia itu kurang menarik dan keterbatasan dana menyebabkan perpustakaan sekolah kurang up to date. Koleksinya tidak beragam , kurang mengakomodir beragam kebutuhan. Sementara , perpustakaan umum pemerintah hanya ada di kota kabupaten dengan penampilan yang tertutup dan terkesan penuh birokrasi. Tidak terbuka, tidak ramah pengunjung.
Disisi lain, banyaknya channel TV dengan segudang acara yang meninabobokan adalah hambatan bagi anak untuk beranjak kelemari buku atau perpustakaan. Sudah tentu juga tantangan dari game online dan konten internet lainnya, yang lebih menjanjikan kesenangan bukan hanya bagi anak-anak, tapi juga bagi ibu bapaknya yang notabene seharusnya menjadi teladan dalam kegemaran membaca.
Hal-hal diatas, tentu diluar kuasa kita untuk membatasinya. Yang dapat kita lakukan adalah membuat membaca menjadi menarik, dan meyediakan buku yang mudah mereka jangkau. Itulah yang diupayakan ruamah baca yang saya rintis : Cikaracak.
Saat ini, buku yang tersedia sudah 300 an jilid, yang berasal dari donasi murid-murid saya dimasa lalu yang tersebar dimana-mana, teman kuliah, teman sejawat dan ada beberapa saya beli lagi. Buku yang dirasa kurang adalah buku-buku cerita untuk anak-anak sekolah dasar. Saat ini baru tersedia kurang dari 50 jilid.
Kedepan, selain menyicil melengkapi koleksi buku, juga harus dibenahi tempatnya. Belum ada rak penyimpanan buku dan tempat duduk yang memadai agar anak-anak nyaman membaca. Sementara ini baru bisa melayani peminjaman buku untuk dibaca di rumah masing-masing saja. Selain itu, kami juga merencanakan akan membuat acara-acara yang diperkirakan akan membantu mereka semakin bersemangat datang ke rumah baca kami dan tentu membaca buku. Dalm waktu yang dekat ini akan diadakan lomba mewarnai bagi anak TK, lomba bercerita bagi anak SD. Berikutnya, kalau memungkinkan akan bekerjasama dengan TK ata SD terdekat untuk mengadakan event belajar menyenangkan di rumah baca kami, termasuk memperkenalkan bahasa Inggris tahap awal.
Melihat tanggal, hari ini tepat sebulan usia bayi Cikaracak kami. Ya, bagi saya ini adalah bayi yang menuntut belaian kasih sayang untuk membersamainya tumbuh membesar. Saya yakin, rumah baca ini lambat laun akan menjelma menjadi sesuatu yang besar dan berkontribusi bagi berkembangnya pendidikan di kampung saya, melaui meningkatnya minat baca.
Seperti yang pernah dilontarkan salah satu saudara saya, semoga rumah baca Cikaracak ini akan menjelma menjadi tempat anak-anak beserta ibu bapaknya bercenkrama, belajar dan berkarya. Semoga bisa menjadi pusat kegiatan belajar masyarakat. Semoga suatu saat bisa menjadi tempat berlatih kepenulisan masyarakat, sekaligus menerbitkannya.
Semoga...






Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhdulillah, hebat bu...kabita...