Popon Siti Mariah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Day11 : Jodohku telah dipilihkan taqdir

Day11 : Jodohku telah dipilihkan taqdir

Zarima, 28 tahun, masih singel ......tepatnya belum pernah punya pacar, lulusan perguruan tinggi swasta jurusan Fashion Design. Tidak berminat untuk bekerja di perusahaan manapun, hanya memanfaatkan ilmu disainnya untuk bikin-bikin baju yang dijual online. Dengan demikian dia leluasa bekerja di rumah saja tidak harus membiarkan ibunya kesepian sendirian.

Sebetulnya bukannya tidak ada pria yang mendekatinya dan menunjukkan perhatian lebih dari seorang teman. Sebetulnya bukan karena tidak ada satupun yang dia suka kalau tidak satupun niat mereka dia kasih lampu hijau. Dia akan berusaha menjauh sebelum mereka lebih dekat. Tentu ada sebabnya.

Ibunya singel parent sejak Zarima SMA, ayahnya meninggalkan mereka karena suatu penyakit. Sejak saat itu ibunya menjadi satu-satunya tempat dia bersandar. Bu Wida,tipe wanita penyayang dan berwatak halus serta setia,termasuk akan selalu berusaha menepati janji bagaimanapun caranya. Hubungan ibu dan anak itu sangat dekat bagai dua sahabat. Mereka terbiasa saling curhat....nyaris tidak ada rahasia apapun diantara mereka.

Suatu saat,ketika pak Dirman ayah Zarima masih hidup, mereka berdua menceritakan mengenai sebuah janji dengan sahabat ayahnya. Mereka berjanji akan mempererat persahabatanya dengan menikahkan putri semata wayangnya dengan putra tunggal sahabatnya itu. Gadis remaja itu cukup terkejut, tapi tetap berusaha untuk tenang dan menerima. Apalagi, saat bercerita itu suasana diantara mereka sedang sangat relaks, mereka juga tidak terkesan memaksa untuk melaksanakan perjanjiannya itu.

Namun bagi Zarima, hal itu dianggap sebagai amanah yang harus ditunaikan. Apalagi setelah ayahnya tidak ada, dia bertekad tidak ingin membuat ibunya bersedih karena kecewa kalau putrinya membangkang. Itulah sebabnya Rima, demikian panggilan gadis itu, tidak pernah membiarkan seorang teman pria memasuki hidupnya terlalu dekat. Rima tidak menyesali semuanya, walau sampai saat ini keluarga sahabat ayahnya itu tidak juga kunjung datang.

"Kalau kamu mau melepaskan diri dari janji kami itu, lakukan saja Rima.....Ibu tidak akan marah... " Begitu kata bu Wida suatu saat dulu. " Biarkan Rima menjaga nama baik ibu ya.... kan kata ibu, tanggung jawab pada janji itu adalah harga diri kita.... " Zarima menjawab saat itu.

Suatu saat bu Wida nampak murung dan mengeluhkan tentang sikap sahabat pa Dirman yang tidak juga kunjung datang menunaikan janjinya. Bu Wida berpikir sepertinya keluarga Dahlan tidak memiliki sikap yang jelas , kalaulah mereka mau membatalkan tak mengapa tapi harusnya segera bicara karena mereka fihak laki -laki.

Zarima peluk ibunya erat-erat..... "sudahlah bu....aku gak apa-apa kok " "Tapi umurmu terus bertambah..... " bu Wida memandang iba putrinya yang dijwab dengan candaan

" Tambah tua ya bu... "

" Biarlah ibu akan mencari kejelasan Rima... "

" Kalau itu baik menurut ibu, dan tidak merendahkan harga diri kita....lakukanlan ibu..." zarima tersenyum bijak, tak tega membantah sang ibu yang justru merasa bersalah.

" Bu, aku yakin semua yang terjadi sudah ada dalam catatan taqdirku di lauh mahfud....tapi kalau ibu mau berikhtiar dengan mencari kejelasan,silakan bu. Tapi ibu pun harus paham bahwa Rima tidak merasa kekurangan apapun... "

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post