Popon Siti Mariah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kau pinang aku di depan Ka'bah#day22

Kau pinang aku di depan Ka'bah#day22

Enam bulan sudah berlalu,Jodi menjalani hari-hari hampa. Entah kemana perginya gairah cinta, seakan terganti sesal didada. Kesadaran yang terlambat, begitu tepatnya. Enam bulan lalu seorang yang mulai menempati relung hatinya telah pergi hanya dengan sebuah pesan akan lelahnya penantian. Penantian akan sesuatu dari dirinya yang dia tak paham. Zarima, yang mulai menguasai hatinya tak memberikan kesempatan kedua bagi dia mengucapkan ikrar janji.

Naifnya Jodi, mengira semua baik-baik saja hanya dengan bersikap baik. Dia tidak mengira makna ikrar bagi seorang Zarima adalah gambaran kesungguhan yang minta disaksikan oleh langit. Dungunya Jodi, tak paham mana yang boleh mana yang menyakitkan bagi seorang Zarima. Kepergiannya ke ulang tahun om Isnandar ternyata berakibat fatal bagi pernikahannya. Dia akui, saat itu masih ada harapan masih bisa berhubungan dengan Gina, walaupun dia berani bersumpah saat itu dia sudah bertekad akan setia pada Zarima, walaupun mamanya sudah membaik.

Jadi, pernikahannya dengan Zarima akhirnya tidak lagi karena mamanya, tapi semata karena rasa yang mulai tumbuh dihatinya. Sayang, mujur tak dapat diraih karena dia ceroboh bertindak. Harusnya, dia lebih memperhatikan suara hati Zarima saat itu. Harusnya, setidaknya dia pergi bersama Zarima saat itu.

Ahhh....terlanjur sudah! Zarima tak lagi mau membuka hatinya. Dia pulang ke keluarganya, meninggalkan dirinya yang hancur berantakan.

Waktu Jodi menyusul ke Bandung dulu, jangankan mengobrol bahkan menemuipun tidak. Jodi hanya dihadapi bu Wida yang lemah lembut itu.

Bu Wida, walau dengan suara lembut tapi sudah berhasil membongkar perasaan Jodi saat itu. Melalui kalimat-kalimat bu Wida saat itu akhirnya Jodi tahu bahwa dalam soal memahami watak perempuan dia masih kurang banyak. Terutama perempuan sekelas Zarima. Juga, ada pelajaran yang paling menohok dia dari kedua wanita ibu anak itu, yaitu bahwa betapa dangkalnya ilmu agama dia. Bu Wida, dan terutama Zarima telah mengajarkan tentang hukum-hukum pernikahan, hak dan kewajiban Adami, harga diri seorang muslimat, serta mengenai adab-adaban pergaulan.

Enam bulan lalu, bagaikan orang mencium bau racun dia pulang ke rumah ibunya sempoyongan kusut masai.....dia tidak bicara, hanya menghambur ke pangkuan ibunya....lupa posisi di perusahaan, lupa popularitas di pergaulan, dia hanya ingin berada dalam pelukan ibunda....yang sama-sama menangis dalam. Dia berkali-kali mengucap kata maaf kepada sang mama, dan mengakui terlambat menyadari bahwa pilihan ibunda dan ayahanda adalah yang terbaik....

Sejak hari itu, eksistensinya di perusahaan pelan-pelan dikurangi. Dia lebih banyak mendelegasikan peran dirinya kepada orang kepercayaannya. Waktunya lebih banyak dipake untuk merenung dan berselancar di ranah spritual.

Ya, kekagumannya kepada Zarima telah ia aktualisasikan dengan ia mempelajari Islam lebih mendalam. Dia mendatangi Guru ngaji, bahkan pergi ke pesantren. Dia ingin memperbaiki diri saja agar bisa lurus menuju jalan kembali kelak. Kembali kepada sang pencipta dengan bekal ibadah sesuai kehendakNya.

Adapun mengenai perjodohannya dengan Zarima, nampaknya dia sudah lama ikhlas. Namun, setiap kali disuruh mencari perempuan lain, dia selalu menolaknya.

Hari ini, dia pamitan kepada mamanya ingin pergi ke suatu tempat....

" Mama senang kamu mau umroh nak, semoga itu menjadi perjalanan ibadah yang lancar dan berkah, serta mendatangkan hikmah dari perjalanan Ini... "

"Siapa tahu dapat jodoh disana nak.... " pak Dahlan menggoda....

"Ah, ayah... Ternyata susah mencari yang seperti Rima itu yah..."

Mamanya hanya menjawab keluhan itu dengan pelukan, ada bening di sudut mata keriputnya : air mata do'a.

" Sebenarnya, kalau kamu serius membuka mata dan hatimu, yang seperti Zarima itu banyak,.... Yang kamu cari ya Zarima asli.... Itu masalahnya " Ayah Jodi mengingatkan, Jodi hanya menarik nafas pasrah. Mungkin ya, dia, bukan cuma sudah jatuh cinta kepada wanita yang dulu dicibirnya itu, tapi sudah terobsesi.

" Sepulang dari tanah suci, apa rencanamu nak " ayahnya seperti sengaja mengalihkan pembicaraan.

" Sebetulnya aku sudah kepengen hengkang dari perusahaan Ayah, aku gak bisa menghindar dari "permainan" disana itu. Aku melirik usaha toko pakean mama Yah, nampaknya disana tidak ada riba, dan juga tidak ada tender pemerintah. Mungkin bisa lebih bersih rejeki aku disana "

" Oalaaaah.....apa kamu bisa nak....ngurusin baju-baju? "" Kan nanti Mama yang ajarin dong.... "

----------------------------------------------------------------------------------------

Masuk pesawat, Jodi hanya membawa tas tenteng kecil. Ini bukan perjalanan umroh bersama travel wisata, tidak berombongan. Dia mendapat tempat duduk di jajaran tengah pesawat Garuda,duduk send it is not, dua kursi sebelahnya masih kosong. Kursi seberang terisi tiga-tigaya. Satu laki-laki yang sedang asyik membaca buku kecil dan dua orang perempuan bercadar, hanya kelihatan sekilas sepertinya sedang ngobrol.

Sampai pramugari mengumumkan bahwa pesawat akan take off, tempat duduk di sebelahnya tidak terisi juga. Laki-laki paruh baya di kursi seberang itu kelihatan agak kesulitan duduk bertiga. Jodi berinisiatif...

" Assalamualaikum pak.....sepertinya kursi ini tidak terisi. Bapak bisa pindah sini biar agak luas... "

" Iya ya..... Eh...? Nak Jodi...? "

" Om...?"

Ternyata itu adalah pamannya Zarimaaa....! Yang dulu menjadi wali nikah mereka! Tentu saja ini kejutan besar. Sudah lama sekali tidak berkomunikasi dengan Zarima atau keluargnya, tiba-tiba saja muncul disini. Tidak tanggung pula....malah wali nikah mereka. Sangat menyenangkan, seolah kerinduan akan Zarima yang diam-diam dipendamnya didasar hati kini menyeruak ke permukaan, sekaligus serasa ini adalah obatnya.

Hampir sepanjang perjalanan itu mereka tenggelam dalam obrolan panjang mengenai banyak hal. Dari mulai saling tanya kabar masing-masing hingga cerita masalah lama.

" Jadi, nak Jodi ini mau umroh juga toh...? "

"Iya om... "

" Sendiri saja...? Tidak sama keluarga? Istri....atau orang tua? "

" Anu om...mama saya kan baru agak sehat, tidak sehat sekali...masih belum bisa kecapean... "

" Istri? Eh siapa dulu itu calon nak Jodi yang dulu itu loh.... Gina ya. Yaaa...nak Gina tidak diajak toh...?

" Aduuuh...wak, saya tidak berjodoh sama Gina ternyata . Setelah Gina tahu saya sampai nyusul-nyusul Zarima ke Bandung waktu itu...akhirnya Gina menganggap hubungan kami tidak bisa lanjut. Yah walaupun waktu itu tidak ada kata putus dari saya, akhirnya Gina berpaling dari saya kemudian mendapat tambatan baru yang lebih sigap dari saya... "

" Lebih sigap...? "

" Ya om, lebih sigap membawa ke penghulu... "

" Wah, nak Jodi kalah langkah dong "

" Sebenarnya bukan kalah langkah om, tapi memang waktu itu saya sudah bertekad untuk serius dengan Zarima. Yah walau saya akui saat itu masih suka teringat pada Gina, tetapi tekad saya sudah bulat untuk melanjutkan pernikahan saya dengan Zarima "

" Laaa terus ? Kenapa....? "

" Jadi, waktu itu saya bodoh bin dungu kali ya om....saya kok mau-maunya menerima undangan tantenya Gina waktu itu. Sebetulnya Rima sudah memberikan kode bahwa dia tidak setuju saya pergi, tapi saya tak paham. Disisi lain, ini juga baru saya tahu dari ibu waktu saya menyusul Rima ke Bandung, ternyata saya tidak peka om ya.... Harusnya tekad di hati itu saya ikrarkan kepada Zarima. Jadi itu yang ditunggunya om....itu menurut ibunya Rima... "

" Sungguh om, saat itu saya mulai menaruh hati pada Rima. Walaupun mama saya sudah tidak lagi merasa tertekan atas perjodohan kami dan beliau sehat-sehat saja...tapi waktu itu saya sudah bertekad bulat pokoknya om... "

Yang terakhir itu terdengar memelas.

" Jadi sekarang bagaimana kamu nak? "

" Sekarang, saya jalani hukuman ini om...saya tidak bisa lagi menemukan tambatan hati. Mungkin seluruh hati saya sudah ikut pergi bersama Rima "

" Mengapa kamu tidak berusaha menemui lagi Rima? "

" Malu om,...dan mungkin Rima sudah menikah ya sekarang? " Suara Jodi terdengar mengambang....

" Ibu Wida bilang ke saya om, sebetulnya banyak pria yang tertarik mendekati Rima. Kan setelah yakin lepas dari saya, Rima bisa menerima salah satu dari laki-laki itu... "

Seperti itu obrolan mereka. Akhirnya banyak kepenasaranan yang dulu tidak sempat tersampaikan sekarang bisa disampaikan kepada om nya ini. Bahwa Jodi sangat menghormati keputusan Zarima untuk berpisah, dan dia menyadari kesalahannya. Namun secara tidak langsung juga Jodi menunjukkan bahwa dirinya sangat merindukan Zarima.

" Saya hanya bisa mendoakan untuk kebahagiaan Rima,om..." Katanya. Mereka masih lanjut ngobrol tentang banyak hal sampai masing-masing lelah dan mengantuk.

--------------------------------------------------------------------------------------------

Sudah seminggu Jodi tinggal di hotel tidak jauh dari Masjidil Haram. Lebih tepatnya dia tinggal di Masjid, tapi sesekali pulang ke hotel. Nampaknya dia ingin maksimal beribadah, sholat dan berzikir di dalam masjid itu. Karena dia tidak dengan rombongan, maka dia bebas melakukannya. Sesekali, dia berjalan-jalan juga sambil mencari makan tetapi selalu hatinya terpaut kepada rabb nya. Memang Jodi sekarang bukan Jodi enam bulan lalu.

Suatu sore, setelah sholat ashar di masjid dia merasa ingin mencari udara di luar sekalian meluruskan pinggang yang terasa pegel duduk terus. Dalam perjalanan, dia melihat sebuah toko yang menjual perhiasan emas. Mendadak hatinya tertarik ingin lihat-lihat...dia teringat mamanya pernah bilang bahwa emas di Mekah berkualitas baik dibanding di Indonesia.

Barangkali ada yang cocok buat mama, pikirnya. Ternyata toko itu ramai sekali. Banyak juga orang Indonesia yang belanja disana. Matanya tertari pada satu set perhiasan yang bertatahkan berlian. Disainnya agak berbeda dari yang lain,ini nampak simpel namun malah kelihatan mewah. Jodi ingin sekali membelinya, tapi dia tidak berpikir itu untuk mamanya melainkan dia teringat Zarima.

Ahhh andai saja Rima yang memakai perhiasan itu saat di rumah, pasti akan serasi dengan kepribadiannya yang sederhana namun memesona itu. Sambil pikirannya melayang ketempat yang jauh, dia beli juga itu barang, dan melanjutkan berjalan.

" Jodi...? "

" Om...? "

" Waaah senang sekali om melihat kamu nak Jodi... Kemarin itu, om lupa minta no telpon nak Jodi, juga hotel tempat nak Jodi menginap "

" Yaaa saya juga sangat menyesal om... Tapi alhamdulillah kita ketemu lagi ya "

" Alhamdulillah... Hayo kita cari makanan kecil nak, apa disini kita bisa minum kopi pahit seperti di Bandung gak ya...? He he he.... Kebetulan Om lagi jalan-jalan sendiri nih..."

" Oh ya om kemarin sampai lupa nanya om kesini sama siapa? "

" Nah...tuh ada kedai...yuk masuk "

Mereka pun duduk memesan makanan sambil ngobrol. Ditengah-tengah obrolan, Jodi mengeluarkan kotak perhiasan yang tadi dibelinya itu, mengangsurkannya kepada om nya itu...

" Om.. Boleh saya nitip ini buat Rima? Eh tapi jangan salah paham ya om...saya cuma merasa ini bagus saja kalau Rima yang pake. Kan om bisa mengatakan ini om yang beli toh..? Jadi Rima gak usah tahu kalau ini dari saya, juga suaminya tentu ya om.. "

Om Bahtiar hanya terdiam tidak menjawab mengiyakan atau menolak. Dia pandangi Jodi lekat-lekat....Nak, sepertinya nak Jodi masih sayang sama Zarima? "

" Ah ...anu om... Ehhh... "

"Nak Jodi, masih sayang sama Rima..? "

" Maafkan om...kalau saya tidak sopan. Tentu tidak seharusnya saya mengganggu ketenangan Rima " akhirnya Jodi bisa menguasai dirinya lagi. Tangannya meraih kotak perhiasan itu dan memegangnya erat.

" Nak, seandainya Rima belum punya suami dan dia mau kembali sama nak Jodi, gimana yaaa...? " Om Bahtiar seperti sedang mengajak bermain tebak-tebakan. Jodi terkekeh merasa lucu saja mendengar om nya bercanda. Tentu saya senang ooom....pekiknya. Kalau yakin Rima mau, pasti aku lamar....katanya... Ah om semua sudah terlambat ya... " "Semoga Rima bahagia selamanya...." Lirih sekali Jodi mengucapkan itu

" Nak Jodi, sudah malam, mari kita pulang ke hotel...siap-siap buat ibadah lagi. Kalau nanti om telpon, boleh kan? Oh ya...perhiasan tadi sangat bagus, pasti Rima suka...bagaimana kalau nak Jodi yang memberikannya langsung? "

" Om...? Tapi, apakah... "

" Sudah yu.... Nanti keburu Adzan " Jodi tidak melanjutkan bicaranya karena kepotong omongan om Bahtiar . Mereka pun bergegas pulang ke hotel masing-masing untuk bersiap -siap.

Malam itu Jodi habiskan di masjid saja,malas kembali ke kamar hotel. Obrolan dengan om nya Rima tadi siang terngiang lagi... Seandainya....namun dia buang jauh-jauh pikiran itu.

" Ya Allah, hamba rido Zarima menemukan kebajagiaan dengan orang lain... Berikan kekuatan kepada hamba, agar tidak lagi merinduinya ya Allah, karena bukan hak hamba memikirkan istri orang lain "

Menjelang subuh ponselnya berbunyi, dari Om nya Zarima.

" Nak Jodi, sudah di masjid kan? Bagaimana kalau kita ketemu sehabis sholat Isyrak nanti?.... Ya.. Didekat Hijir Ismail ya .. bagus, biar lebih mudah mencari. Baiklah, nanti om telp lagi... "

Ada apa ya, kok sepertinya om Bahtiar pengen sekali ketemu? Padahal kemarin sore juga ketemu bisik Jodi...

Setelah puas melakukan ibadah, waktunya memenuhi ajakan Om Bahtiar untuk ketemuan. Dia sisir rambutnya setelah sebelumnya mencuci lagi mukanya dengan air Zam-zam, sedikit olesan perfume ditangan dan belakang telinga menambah rasa segar. Baju gamis putih serta celana cingkrang putihnya sekarang ini lebih pas dengan pancaran wajahnya yang lebih teduh dibanding dulu. Sekarang, muka Jodi itu teduh-teduh ikhlas berhiaskan janggut yang dibiarkan tumbuh walau tak panjang tapi lumayan lebat. Ganteng, gagah tapi teduh dan lebih kalem.

Berjalan dengan langkah pasti ke arah tempat yang dijanjikan, senyum keimanan menghias bibirnya.

" Nak Jodi.... " seseorang yang suaranya sudah dikenal memanggilnya. Jodi melihat kearahnya dan mendekat, membungkuk dan menyalami om nya kemudian...

Matanya mengikuti isyarat Om Bahtiar ke suatu arah....disana berdiri seorang wanita bercadar. Ketika mata Jodi menyasar wajah berbalut cadar hitam itu, dia menunduk. Tapi Jodi sempat menangkap kerjap matanya....siapa dia?

" Sini nak, duduk sini " Om Bahtiar juga memberi isyarat agar wanita tadi dan yang seorang lagi juga duduk.

" Nak Jodi, sekali lagi om mau tanya, apakah benar nak Jodi masih mengharapkan bersatu lagi dengan Rima ponakan om? "

Terkejut Jodi mendapat pertanyaan seperti itu, namun tak urung dia mengangguk juga.

"Seandainya Zarima juga bersedia, apakah nak Jodi akan bersungguh-sungguh menjadikan dia istrimu dan membimbingnya agar senantiasa taat pada Allah ? " Lagi-lagi dia terkejut.

"Om..tapi...apa gunanya ?"

"Nak Jodi bersedia? "

" Tentu saja om, dengan sepenuh hati saya akan mengajaknya untuk sama-sama mencari rido Illahi lewat pernikahan. Seandainya masih bisa ya om... " kini dia menjawab sambil senyum pasrah.

"Kalau demikian, maukah nak Jodi mengucapkan ijab kabul sekarang? "

" Ijab kabul om? Ijab kabul apa ?"

" Ijab kabul pernikahan nak, Zarima bersedia menerima nak Jodi kembali sekarang, om sudah menanyainya tadi malam "

" Om....? Tapi Zarima...? "

Om Bahtiar tidak menjawab lagi.... Dia hanya melirik kepada perempuan bercadar yang tadi matanya mengerjap gugup itu....

" Rima....? "

Wanita itu memperlihatkan senyum lewat kerutan matanya, kemudian mengangguk dan menunduk.

" Rimaaa.....? " Jodi meloncat dari duduknya tak kuasa menahan gembiranya, ingin segera merengkuh pujaan hatinya itu kedalam pelukan.

"Eiiitsss..... " Om Bahtiar sontak menahan tubub tegap Jodi mencegahnya memeluk ponakannya itu.

" Sabaaaar nak, belum halaaal....!"

Kemudian dilakukanlah ijab kabul pernikahan, ikrar suci sehidup sesurga, berkomitmen saling mencinta dalam naungan sunatullah untuk meraih rido Nya ditempat yang teramat mulia itu....

Alhamdulillah...

Tamaaat!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeeeeeeen......ah jadi hoyong ngiring luncat....

15 Feb
Balas

Ehhhh ternyata ada komen inih

19 Feb
Balas



search

New Post