Berbenah Ala Marie Kondo
Pertengahan tahun 2017 lalu saya membaca review dari Dewi Lestari tentang buku The Life-Changing Magic of Tidying Up karya Marie Kondo. Sebuah postingan yang berhasil membuat saya membeli bukunya. Pulang dari toko buku terbesit keraguan, “Duh mubazir nggak ya beli ini?!” Sekalipun ditulis oleh motivator terkenal atau orang paling kaya satu semesta. Buku self-improvment bukan genre favorit saya, apalagi pas googling saya justru disuguhi banyak tutorial tentang melipat pakaian ala konmari. Makin galau, ngapain coba beli buku tentang melipat sempak?! Untungnya kekhawatiran saya tidak terbukti, setidaknya saya belajar tiga hal setelah membaca buku tersebut.
1. Belajar Cara Berbenah
Pernah nggak merasa udah nyapu berkali-kali tapi kok ya masih amburadul, bersih sesaat setelah itu berantakan lagi. Itu karena kita emang sekedar bersih-bersih bukan berbenah. Berbenah ala Marie Kondo diawali dengan menvisualisasikan tujuan berbenah yang jelas. Setelah itu mulailah berbenah berdasarkan kategori bukan lokasi seperti membereskan pakaian, buku, pernak-pernik dll.
Contohnya ketika kamu ingin memiliki kamar tidur sebagai tempat istirahat sekaligus perpustakaan pribadi, maka mulailah mengumpulkan buku-buku yang tersebar di berbagai ruangan, lalu pilah mana yang benar-benar ingin kamu simpan dan mana yang harus dibuang. Tentukan juga posisi terbaik untuk setiap barang. Haruskah seribet itu? Tidak cukupkah asal nyaman buat tidur? Iya. Mesti jelas nyaman yang seperti apa. Kalau sekedar nyaman mah bentang karpet di bawah pohon duren juga nyaman buat tidur.
Kesalahan paling sering ketika berbenah adalah memulainya dengan barang kenangan. Niat hati membuang barang yang tak bermanfaat eh ujung-ujungnya malah terjebak nostalgia, keburu males buat lanjutin beres-beres. Berbenah dengan cara yang salah lebih banyak menyisakan lelah ketimbang perasaan puas.
2. Belajar Seni Membuang
Aktivitas berbenah ala Marie Kondo terbagi dua, membuang dan menentukan lokasi menyimpan. Kriteria seleksinya sederhana, buang barang-barang yang tidak berguna atau tidak membuatmu bahagia. Saya terkejut ketika menyadari bahwa hampir separuh buku yang saya miliki belum dibaca atau mungkin sudah dibaca namun tidak selesai. Saya membeli buku karena lapar mata bukan karena benar-benar butuh. Barangkali hal yang sama juga terjadi pada mereka yang hobi koleksi hijab, baju, tas, sepatu dll.
Selain buku saya juga menemukan koleksi poster, majalah, kliping artikel, sticker dan atribut Harry Potter lainnya. Semua itu saya kumpulkan dari zaman SMA. Bagi saya, tahap ini adalah ujian yang paling berat. Sulit sekali jika harus membuangnya begitu saja. Setelah pertimbangan panjang, saya hanya berhasil membuang beberapa poster lusuh, potongan artikel, majalah-majalah lama.
Ingat, jangan menyimpan sebelum tuntas membuang. Menyimpan adalah istilah yang menjebak. Secara rasional kita sadar bahwa kita tidak membutuhkan barang tertentu namun secara intuitif kita tetap ingin menyimpannya karena merasa suatu saat akan berguna. Membeli tambahan lemari bukan solusi untuk membenahi barang yang kian menumpuk. Justru hanya menciptakan ilusi bahwa kondisi yang amburadul sudah teratasi. Membuang berarti mengurangi jumlah barang yang kita simpan. Tidak semuanya benar-benar dibuang. Kamu bisa saja daur ulang atau diberikan kepada orang yang membutuhkan.
3. Belajar menemukan ide menulis
Awalnya rada skeptis, bagaimana mungkin baca buku tentang melipat baju bisa membawa perubahan dalam hidup. Terlebih saat itu saya udah setahun nganggur jadi bawaannya malas, moody, bosan di rumah tapi terlalu kere untuk liburan. Pikir saya masa orang lagi mumet disuruh beres-beres yang ada malah tambah capek. Toh mau rumahnya diberesin gimanapun saya tetap jobless, pesimis banget pokoknya. Lagi-lagi saya keliru, berbenah bukan sekedar melipat sempak atau menyikat jamban, berbenah adalah dialog dengan diri sendiri.
Meski hanya beresin kamar, ketika berbenah kita menemukan banyak hal yang sebelumnya luput dari perhatian. Berbenah membuka celah untuk menemukan ide menulis. Meski tidak semua tulisan itu selesai, bahkan tulisan yang akhirnya saya posting juga bukan tulisan yang baik. Setidaknya saya jadi semakin sering menulis.
Jika saat ini kamu sedang jenuh karena jobless atau masalah lain, sudah saatnya kamu mulai berbenah. Tidak ada jaminan kamu akan dapat pekerjaan atau masalahmu beres, but it’s worth to try. Berbenah memberi pikiran dan tubuhmu jeda dari masalah apapun yang sedang membebani. Perasaan lega, nyaman dan tenang ketika selesai berbenah memberikan energi positif. Dengan begitu kamu tidak lagi mengeluh tapi fokus mencari solusi agar hidupmu lebih baik.
Berbenah ala Marie Kondo sejalan dengan apa yang disebut minimalism saat ini. Para penganut minimalism tidak memiliki banyak barang, mereka hanya memiliki barang yang betul-betul diperlukan dan hidup minimalis. Saya sendiri tidak memiliki banyak barang, namun bukan penganut minimalism garis keras juga. Soalnya saya masih mudah tergoda buat beli dan koleksi barang tertentu terlebih saat diskon tanggal cantik hehehe. Tapi cara berbenah seperti ini sangat membantu saya hingga saat ini, tidak hanya secara teknis untuk beberes rumah melainkan juga membenahi mindset. Selamat berbenah kawan.
~
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen uasannya, Bunda. Salam literasi
Terima kasih pak, salam kenal, salam literasi