Sekujur tubuhku merasakan ada titik-titik kesakitan, mula-mula hanya satu, semakin banyak ketika aku menghentikan aktifitasku olah raga. Tubuh di usia 40- an rasanya semakin tercabik-cabik penyakit, dan akan semakin menjadi-jadi ketika pikiran semakin kalut dan jiwa ketakutan karena bayangan-bayangan gelap penyakit menambah pedih perih hidup.

Rasanya seperti melangkah dalam bara api penderitaan. Kutukan, keluhan, kegalauan menyeruak dan mendidihkan rasa, seperti tersihir akan kepiluan dari drama kehidupan yang sering aku baca dalam novel-novel tragedi, aku menjadi sebutir debu tak berarti, sungguh dahsyatnya kuasa Ilahi.

Bolehlah aku berpikir bahwa sebetulnya ada kunci untuk sehat yaitu berpikir tenang, bergerak nyaman dan merasa damai dengan penyakit-penyakit yang datang menyapa satu demi satu. Kuncinya hanya berdamai dengan diri sendiri, nyaman menikmati ujian-ujian kehidupan yang semakin berat datang menghadang. Hidup dan ujian yang harus dilalui itu adalah bagian dari retreat jiwa. Saatnya mencintai kehidupan, saatnya bangkit melawan ketakutan dan membiarkan ketakutan tergilas keceriaan dan kepasrahan atas apapun yang terjadi pada tubuh. Meski kadang masih mengeluh.