Sayang Anak Versus Sayang Cucu
Kali ini saya naik mobil taksi travel menuju bandara. Penumpangnya kebanyakan emak-emak dan para "eyang uti" muda. Satu-satunya penumpang cowok, saya sendiri. Tentu saja bersama sopir mobil taksi travel itu.
Sudah bisa ditebak, kalau para emak dan eyang uti muda ngumpul. Dijamin seru. Jika sudah dalam situasi seperti ini, lebih baik saya menjadi penyimak yang baik saja. Percuma saja ikutan-ikutan nimbrung. Disamping beda gender, yang pasti saya akan "kalah suara" jika ikutan nimbrung.
Sepanjang perjalanan, perbicangan seru membahas seputar topik anak dan cucu. Akhirnya, pernyataan klasik yang saya tunggu-tunggu mungemuka juga dari perbincangan seru itu. Pernyataan tentang sayang cucu versus sayang anak.
"Kalau pada cucu beda lho, terasa lebih sayang dari pada anak sendiri", kata seorang eyang uti. "Saya belum punya cucu, tapi kata orang, memang beda kalau pada cucu", timpal seorang emak-emak. "Saya dulu sayang banget lho jeng pada anak, tapi ketika punya cucu, rasanya lebih sayang pada cucu lho", kata seorang eyang uti lainnya di antara mereka.
Benarkah demikian?
Menurut saya, rasa sayang pada anak atau cucu itu pada dasarnya sama. Kadarnya juga sama. Yang membedakan barangkali hanya nuansa (masa) dan cara sayangnya. Perbadaan itulah yang sering memunculkan semacam adagium: cucu lebih disayang dari pada anak sendiri.
Rasa sayang kita pada anak sendiri, masih didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yg rasional.Termasuk pertimbangan terhadap dampak tumbuh kembangnya kelak. Rasaua sayang yang didasarkan tanggung jawab mutlak sebagai orang tua. Ketika anak kita dulu merengek minta sesuatu, sebagai ortu kita masih mempertimbangkan, untuk memenuhi atau tidak memenuhinya. Mempertimbangkan manfaat dan mudloratnya.
Akan tetapi, rasa sayang pada cucu benar-benar serasa nothing to lose. Seakan ditumpahkan sepenuhnya oleh seorang kakek atau nenek. Tanpa lagi mempertimbangkan macam-macam. Sebab tanggung jawab mutlak akan masa depan si cucu, ada pada orang tuanya sendiri. Begitu sang cucu merengek pasti sang kakek atau nenek mengabulkannya. Bahkan sebelum merengekpun, barang atau keinginan yg diminta si cucu langsung dibelikan atau dipenuhinya.
Itu menurut pendapat saya yang kebetulan sedang berharap segera punya cucu. Bagaimana menurut pendapat anda?
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kwkwkkw... Semoga segera punya cucu... Aamiin
Judul aslinya: kegetiran menunggu hadirnya cucu
Huuuaaahhhaaa..,... Dek remmahvdik ghora rowah
Huuuaaahhhaaa..,... Dek remmahvdik ghora rowah
Mantab, Bapak! Bisa dibuktikan nanti kalau sdh ada cucu
Semoga terbukti. Salam literasi.
Ya pak. Prilaku anak sdh lewat. Trmksh, salam literasi.
Nuansa dan perilaku cucu yang memengaruhi, mantap bapak