Pramudya Rizki

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Prinsip Percakapan dalam Ilmu Pragmatik

Prinsip Percakapan dalam Ilmu Pragmatik

Prinsip kerja sama merupakan salah satu prinsip percakapan dalam ilmu pragmatic. Prinsip ini menekankan prinsip kerja sama harus terjalin diantara penutur dan mitra tutur yang terjadi dalam sebuah percakapan. Kerja sama yang dimaksud tentunya harus berhubungan dengan tuturan yang diujarkan. Oleh karna itu, penutur harus berupaya agar tuturanya relevan dengan konteks, jelas dan tentunya mudah dipahami padat dan ringkas, dan selalu pada persoalan. Hal tersebut dirangkum dalam maksim-maksim yang terdapat dalam prinsip kerja sama. (Grice Tarigan , 2009:36) menjelaskan bahwa di dalam sesuatu percakapan biasanya membutuhkan kerja sama antara penutur dan mitra tutur untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Prinsip yang mengatur kerja sama antara penutur dan mitra tutur dinamakan prinsip kerja sama (cooperative principle) Aturan-aturan dalam sebuah percakapan dikenal dengan istilah maksim. Grice mengatakan bahwa “ di dalam rangka melaksanakan prinsip kerja sama itu, setiap penutur harus mematuhi 4 maksim percakapan (conversational maksim), yakni maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi (maxim of relevance) dan maksim pelaksanan (maxim of manner). Dalam setiap maksim percakapan tersebut, terdapat aturan yang diterapkan untuk dipatuhi oleh setiap pengguna. (1) Maksim kuantitas menekankan bahwa setiap peserta memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya. Brown dan Stephen Levinson, Asim Gunarwan Kesantunan atau kesopanan adalah perlakuan suatu konsep yang tegas yang berhubungan dengan tingkah laku sosial yang sopan yang terdapat di budaya atau suatu masyarakat.

Penjelasan keempat maksim tersebut sebagai berikut.

1. Maksim Kuantitas (The Maxim of Quantity)

Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya. Atau secara singkat dalam maksim ini informasi yang dibutuhkan tidak lebih dan tidak kurang.

2. Maksim Kualitas (The Maxim of Quality)

Maksim percakapan ini mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang sebenarnya. Kontribusi peserta percakapan hendaknya didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Dalam maksim ini, informasi yang dibutuhkan adalah yang benar dan si penutur mempunyai bukti kebenarannya

3. Maksim Relevansi atau Hubungan atau Kegayutan (The Maxim of Relevance)

Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Informasi yang disampaikan mempunyai relevansi dengan pokok percakapan.

4. Maksim Pelaksanaan atau Cara ( The Maxim of Manner)

Maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa, tidak berlebihlebihan, runtut, singkat padat, dan secara tertib-teratur.

Tuturan ini disampaikan kepada orang normal, artinya tindakan yang dilakukan mitratutur yakni membersihkan kotoran yang ada di dalam ruang kelas.

Dalam sebuah Jurnal

Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang masih tergolong baru. Pragmatik dapat diartikan sebagai suatu cabang ilmu bahasa yang mempelajari makna yang dikehendaki oleh penutur atau yang lebih sering disebut mengkaji bahasa ditinjau dari pemakai bahasa. Pragmatik memiliki banyak kajian, di antaranya deiksis, praanggapan, implikatur percakapan, tindak bahasa, dan analisis wacana. Implikatur dapat diartikan sebagai maksud yang tersembunyi di balik tuturan. Sementara itu, implikatur percakapan adalah implikatur yang hanya diketahui oleh sebagian orang yang mengetahui konteks tuturannya saja. Implikatur percakapan berusaha untuk menganalisis suatu percakapan sehingga diperoleh makna yang benar. Humor merupakan kemampuan mental dalam menemukan, mengekspresikan atau mengapresiasikan seseuatu yang lucu atau sesuatu yang benar-benar tidak lazim.

Pendekatan pembelajaran yang disinyalir mampu memberikan pengetahuan mengenai penggunaan bahasa senyatanya adalah pendekatan pragmatik dengan memberikan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pemakaian bahasa. Prinsip-prinsip pemakaian bahasa yang diterapkan dalam pendekatan pragmatik, yaitu (1) penggunaan bahasa dengan memperhatikan prinsip-prinsip kerja sama, (2) penggunaan bahasa dengan memperhatikan prinsip-prinsip kesantunan, (3) penggunaan bahasa dengan memperhatikan aneka aspek situasi ujaran, dan (4) penggunaan bahasa dengan memperhatikan faktor- faktor penentu tindak komunikatif (Asrory, 2004). ampil berbicara, (4) guru terlalu ketat menuntut dipakainya ragam baku, dan (5) pengaruh lingkungan, seperti gangguan teman sekelas atau karena bising. Dengan teknik koreksi oleh sesama teman, hambatan nomor lima setidaknya dapat diatasi.

Keterlibatan guru dalam memberikan masukan-masukan kepada siswa tentunya memperdalam akan pemahaman semakin siswa terhadap kesalahan yang dilakukan. Mungkin saja nantinya ada kesalahan atau kekurangan-kekurangan lain yang belum disampaikan oleh siswa ketika mengomentari temannya, saat itulah guru akan menambahkannya. Sepengetahuan penulis, penelitian dengan penggunaan pendekatan pragmatik yaitu prinsip-prinsip penggunaan bahasa disertai teknik koreksi sesama teman dan koreksi oleh guru untuk meningkatkan keterampilan menceritakan pengalaman belum pernah dilakukan. Penelitian-penelitian sejenis yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan rekomendasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangkan untuk menyusun langkah pembeajaran dalam penelitian ini adalah penelitian yang berjudul Efektivitas Masyarakat-Belajar

(Learning Community) dalam Wujud Diskusi Kelompok Kecil untuk Meningkatkat Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 2 Penebel oleh Ni Made Rai Wisudariani tahun 2008. Menurut Rai, pembentukan kelompok yang bersifat heterogen dalam hal akademis, gender, dan latar belakang sosial ekonomi menjadikan suasana kondusif. pembelajaran Penelitian semakin yang lain rekomendasinya dapat dijadikan bahan pertimbangan adalah penelitian yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme dengan Media Wayang untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 2 Ubud oleh Ade Suryadana tahun merekomendasikan 2009. agar Ade dalam pembelajaran berbicara, siswa diberikan kesempatan untuk mengkonstruksi pemahamannya sendiri.

Keterampilan berbicara siswa Kelas VIIE SMPN 5 Negara dengan pemberian pengetahuan mengenai prinsip-prinsip penggunaan bahasa disertai teknik koreksi sesama teman dan koreksi oleh guru pada dasarnya bertujuan untuk melatih siswa menggunakan bahasa dengan mengaitkan bahasa dengan unsur-unsur di luar bahasa dan memperbaiki kesalahan-kesalahan siswa dalam berbicara. Baik itu kesalahan ucapan, diksi, kekeliruan pemberian tekanan, gerak-gerik dan mimik yang tidak tepat. kesalahan pemilihan bahasa yang berhubungan dengan prinsip-prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan serta hal-hal lain saat siswa bertindak tutur.

Teknik koreksi oleh sesama teman dan oleh guru ini dipilih selain bertujuan untuk memperbaiki kesalahan siswa yang melakukan tindak tutur juga untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif. Sumarsono (1985:45) menyatakan bahwa hambatan-hambatan yang dihadapi oleh seorang siswa dalam pembelajaran berbicara adalah: (1) gangguan psikis, seperti gagap, gugup, malu, demam panggung, kelelahan, (2) gangguan fisik, seperti tidak mampu melafalkan /r/ dengan baik, (3) guru terlalu banyak mencela ketika siswa

Kesimpulan

Prinsip pragmatik terdapat dua macam, yaitu prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan. Prinsip kerja sama menekankan prinsip harus terjalin diantara penutur dan mitra tutur yang terjadi dalam sebuah percakapan. Prinsip kesopanan atau kesantunan merupakan perlakuan suatu konsep yang tegas berhubungan dengan tingkah laku sosial yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Daftar Rujukan

https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/65621/NjU2MjE=

Togeby, O. 1998. “Pragmatic Principle” dalam J. L. Mey (Ed.),

Jurnal Netti Yuniarti

Dalam jurnal santiaji pendidikan,volume 3, Nomor 2, juli 2013.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Artikel mudah dipahami

18 Apr
Balas

Artikel mudah dipahami

18 Apr
Balas

terimakasih kak, materi yang disampaikan sangat bermanfaat

19 Apr
Balas

Materinya sangat membatu

18 Apr
Balas



search

New Post