Priska.M

Guru RA dari Sumbar "Mencoba menjadi yang terbaik"...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kamilah Perempuan

Kamilah Perempuan

Kamilah Perempuan ( Aku Bukan Tukang Ojek)

Minggu, 170121

"Sayang, antarkan abang latihan karate ya?, Mas nggak bisa," kata Rudi kepada istrinya yang lagi asyik menyiapkan makanan di dapur.

"Tapi mas, masakanku belum kelar," jawab Hani sambil mengaduk sambal yang belum matang.

"Kamu matikan saja dulu kompornya, nanti di masak lagi, pokoknya aku nggak bisa, ini teman sedang chat penting," jawab Rudi sambil melihat ke layar gawainya.

Hani tidak bisa menjawab kata suaminya lagi, saat matanya tertuju pada anak laki-laki yang telah duduk pada sofa berwarna coklat muda. Rahmat putra sulungnya yang mulai gelisah, Rahmat sekali-kali menatap pada arloji hitam pada tangannya dan sesekali menatap kepadaku penuh harap.

Tanpa bicara, Hani mematikan kompor yang masih hidup dan segera mengambil jaket serta jilbab yang memang selalu tergantung di dinding samping lemari es.

"Aku pergi dulu mas," kata Hani dengan hati sedikit kesal melihat tingkah suaminya yang lebih mementingkan gawainya dari pada anaknya sendiri.

Rudi hanya mengangguk tanpa memandang melepas kepergian istri dan anaknya. Melihat itu Hani ingin sekali merampas gawai dari tangan suaminya, tapi itu tak mungkin dia lakukan, karena pertengkaran akan terjadi dan kasihan dengan Rahmat yang telah menunggu.

Waktu terus berputar, Rudi juga lebih mementingkan gawainya dari pada menjemput anak bungsungnya pulang les. Hari ini badan Hani terasa panas dingin, dia merasa tidak sanggup menjemput Caca putrinya, apa lagi di luar tanpak hujan, walaupun tidak terlalu deras, tapi basah juga dan bisa menambah badan Hani makin sakit.

"Mas, kamu yang jemput Caca ya?" Kata Hani pada suaminya yang lagi asyik di depan leptopnya

"Kamu aja, mas sedang sibuk," jawab Rudi sambil terus memainkan jari jemarinya di keyboard

"Tapi mas, badanku kurang sehat, lagi pula di luar hujan mas," kata Hani memohon pada suaminya.

"Pakai mantel, lagi pula kan nggak jauh, kalau dipakai mobil, mobilnya baru siap ku cuci," jawab Rudi lagi

"Mas...!" Kata Hani memohon

Rudi menghentikan jari jemarinya dari papan keyboard dan menatap pada istrinya yang berdiri di belakang kursi.

"Mencari uang aku, sekarang menjemput anak saja harus aku juga, kamu kan masih bisa berdiri, jangan terlalu manja," jawab Rudi dengan nada sedikit tinggi.

Hani hanya terpaku, memang diakui hidupnya terutama dalam ekonomi tergantung pada suaminya. Kalau saat seperti ini Hani teringat akan almarhum ayah dan ibunya, Hani menyesal tidak mendengarkan kata-kata orang tuanya untuk mencari pengalaman bekerja dulu, bukan langsung menikah, tapi nasi telah menjadi bubur, Hani harus terima kalau dia selain menjadi seorang istri dan seorang ibu, dia juga harus ikhlas menjadi tukang ojek keluarganya.

Tanpa berkata apa-apa Hani meninggalkan suaminya yang tak perduli dengan tetesan air mata yang mengiringi langkahnya. Hanipun dengan hati hancur dan tetesan air mata melewati tirai hujan, demi cinta dan keutuhan rumah tangga ini, dia harus bersabar sampai dia mampu mencari tongkat untuk dia mampu berdiri tanpa harus tergantung sepenuhnya pada suami.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semua bisa dibicarakan baik2 Hani dg Rudi.....Moga Hani tetap sabar.....kereen bu

17 Jan
Balas

Iya bun, terima kasih

18 Jan

waaaaahhhh, sampai segitux kekuatan daya ikat gawai ya. salam sukses.

17 Jan
Balas

Memang gawai bisa menyita segalanya bun. Terima kasih sudah mampir

18 Jan

Cerpen bagus Bu Priska. Alur mengalir dan mudah diikuti. Salam kenal dan salam literasi.

17 Jan
Balas

Alhamdulillah, terima kasih pak

18 Jan



search

New Post