Priska.M

Guru RA dari Sumbar "Mencoba menjadi yang terbaik"...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kamilah Perempuan

Kamilah Perempuan

Kamilah Perempuan (Anggap Dia Anakmu)

Selasa, 260121

"Tegar!" teriak Budi pada putra tirinya yang telah menendang bola ke arah mobilnya sehingga meninggalkan bekas noda pada mobil Budi.

"Maafkan Tegar pa, Tegar tidak sengaja," jawab Tegar sambil mengambil bolanya dan mengharapkan maaf dari papa tirinya.

"Ratih!" teriak Budi lagi dari teras rumah

"Ada apa?" jawab Ratih menghampiri

"Lihat ulah anakmu," kata Budi sambil menunjuk ke dinding mobil yang kotor

"Itukan kotor, memangnya kenapa?" jawab Ratih dengan heran

"Itu kena bola Tegar, mobil baru siap ku cuci," kata Budi dengan nada amarah

"ya sudah nanti biar aku yang bersihkan, Tegar masuk ke dalam dulu ya nak," jawab Ratih sambil tersenyum

Tegar pun berlalu pergi dari hadapan orang tuanya dan segera menuju ke kamar. Sedangkan Ratih dan Budi masih berada di teras rumah.

Budi bukannya berterima kasih kepada istrinya Ratih yang telah rela membersihkan mobilnya, tapi Budi malah menyalahkan Ratih karena membela Tegar yang masih anak-anak.

Hari terus berganti, entah apa yang membuat Budi akhir-akhir ini selalu emosi terutama kepada Tegar. Memang Tegar bukan putra kandungnya, saat Budi menikahi Ratih, Ratih berstatus sebagai seorang perempuan beranak satu.

Suatu hari Budi sedang menyelesaikan proyek besarnya di rumah, karena belum selesai dikerjakan di kantor. Hujan begitu deras, sehingga membuat Tegar tidak bisa kemana-mana. Tegar pun bermain di ruang tengah.

Entah apa yang membuat Tegar menghampiri Budi yang sedang asik bekerja. Tanpa sengaja kaki Tegar menyenggol kaki kursi, sehingga membuat Tegar tersungkur dan kertas-kertas penting basah tersiram air kopi yang tersenggol oleh tangan Tegar..

Hal itu membuat Budi marah besar, sehingga keluar perkataan yang membuat hati Ratih kecewa, Budi yang selama ini dianggapnya sebagai penyelamat hidupnya dan putranya, tapi tega mengucapkan kata-kata dimana dulu Ratih bekerja.

"Bang, aku tidak menyangka Abang tega bicara seperti itu, dulu Abang ikhlas menerima aku dan putraku. Bang, selama kita menikah aku tidak meminta apapun darimu, sekarang aku mohon Abang anggap Tegar sebagai putra kandung abang" kata Ratih dengan tetesan air mata.

Dulu Ratih adalah kupu-kupu malam sehingga membuat dia memiliki Tegar, Ratih tidak tahu siapa ayah Tegar, saat itu hidup Ratih hancur tapi Budi yang telah mengobati kehancuran itu dan membawanya ke dunia yang lebih mulia sebagai seorang istri

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren salam LiterasiTokoh dihadirkan untuk merangkai konflik-konflik. Disini penulis hebat banget. Aku mau belajar nih. Mantap salam

27 Jan
Balas

Terima kasih bun, tapi saya juga baru belajar.

31 Jan

Great short story Buk Pris. Salam semangat selalu

27 Jan
Balas

Terima kasih pak, Insyaallah

31 Jan

Keren cerpennya bu Pris. Sukses selalu ya.

27 Jan
Balas

Terima kasih buk, tapi masih belajar, aamiin

31 Jan



search

New Post